1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baru-baru ini, keaslian halal merupakan masalah yang menjadi perhatian utama dalam industri makanan. Dalam beberapa tahun terakhir, kabar yang terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk makanan dan makanan banyak bermunculan. Banyak kasus yang dilaporkan di seluruh dunia yang melibatkan pemalsuan bahan halal dalam makanan produksi. Selain itu, dengan munculnya ilmu pengetahuan modern dan teknologi, makanan telah mengalami banyak proses dan didistribusikan ke berbagai belahan dunia yang telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen Muslim dan menyebabkan rasa ingin tahu apakah makanan olahan mengandung zat haram atau tidak (Fadzlillah, et al 2011). Dewasa ini, beberapa produsen makanan memberi label halal bukan hanya terkait dalam aspek agama, namun lebih pada aspek mutu produk (Purnomo, 2013). Produk halal mulai menjadi perhatian konsumen dan produsen makanan dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia adalah umat muslim. Konsep halal itu sendiri telah banyak dikenal dan telah diterapkan khususnya oleh umat muslim. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Agama Provinsi DIY pada tahun 2013 yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 terlihat bahwa mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim.
Persentase (%) 2 100 91,83 80 60 40 20 0 2,88 5,38 0,17 0,16 Islam Kristen Katolik Hindu Budha Agama Gambar 1.1. Komposisi Penduduk DIY Tahun 2013 Berdasarkan Agama yang Dianut Sumber : Kementrian Agama Provinsi DIY Sertifikasi halal dalam suatu produk sangatlah penting. Hal tersebut terkait dengan jaminan mutu dalam suatu produk, juga sebagai jaminan kepercayaan bagi para konsumennya. Seiring dengan perkembangan zaman, konsumen akan cenderung memilih produk yang telah bersertifikasi halal berdasarkan keyakinan bahwa produk halal sudah pasti memiliki mutu yang baik (Purnomo, 2013). Sertifikasi halal juga sangat penting diterapkan pada warung makan, terutama pada warung makan yang menjual makanan berbahan baku daging seperti warung bakso. Menurut Khattak (2011), industri makanan perlu memahami persyaratan untuk memproduksi produk-produk untuk pasar muslim. Industri makanan juga perlu memahami kebutuhan impor negaranegara dengan populasi muslim, yang meliputi aspek-aspek keselamatan agama serta makanan impor.
3 Menurut Anonim 6 (2014), bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulatan-bulatan, dan selanjutnya direbus. Bahan baku daging tersebut menyebabkan pemilik warung bakso dituntut untuk dapat memproduksi sebuah produk menggunakan bahan baku yang sudah terjamin baik dari segi mutu maupun kehalalannya, seiring dengan banyaknya isu warung bakso yang menggunakan campuran bahan baku yang dinilai tidak halal. Selain itu, bakso telah menjadi makanan yang tidak asing bagi seluruh kalangan masyarakat, hampir seluruh kalangan masyarakat pernah mengonsumsi bakso. Tidak dapat dipungkiri, saat ini jumlah warung bakso di wilayah Yogyakarta cukup banyak, namun hanya beberapa saja yang telah memiliki label halal sehingga kehalalan bakso yang dijual oleh warung makan tersebut masih dipertanyakan. Label halal merupakan hal yang harus diperhatikan oleh produsen atau pemilik warung makan karena label halal merupakan salah satu atribut mutu yang dapat mempengaruhi loyalitas konsumen, meskipun masih banyak konsumen yang belum memperhatikan ada tidaknya label halal yang terdapat pada warung makan tersebut. Strategi mengembangkan produk melalui label halal dan atribut produk dirasa sangat perlu untuk memberikan kepuasan dan menjaga loyalitas pelanggan, karena memiliki pelanggan yang loyal terhadap produk akan menimbulkan banyak keuntungan. Dengan memiliki pelanggan yang loyal
4 akan memerlukan pengorbanan yang lebih sedikit daripada mencari pelanggan baru (Dimyati, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yudiastono (2011), diketahui bahwa label halal memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen sehingga label halal perlu dimiliki oleh produsen pangan. Dengan mengetahui peran label halal dan atribut produk pada warung bakso diharapkan pemilik usaha dapat mengetahui seberapa besar pengaruh label halal terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen, khususnya bagi konsumen warung bakso di kota Yogyakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang label halal, khususnya pengaruh label halal pada warung bakso di wilayah Yogyakarta yang dituangkan dalam suatu penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Label Halal Warung Bakso terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen dengan Metode Structural Equation Modeling (SEM) di Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah 1. Seberapa besar pengaruh label halal dan atribut produk terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen? 2. Sejauh mana label halal berpengaruh terhadap volume penjualan warung bakso di Yogyakarta?
5 C. Batasan Penelitian Adapun batasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Objek penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok 1 yang terdiri dari warung bakso yang berlabel halal dan kelompok 2 yang terdiri dari warung bakso yang belum berlabel halal di kota Yogyakarta. 2. Data warung bakso yang berlabel halal merupakan data warung bakso yang tercatat oleh LPPOM MUI DIY pada bulan Juni 2014. D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besar pengaruh label halal dan atribut produk lainnya terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen warung bakso yang berlabel halal dan yang belum berlabel halal di kota Yogyakarta. 2. Mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian konsumen dan volume penjualan warung bakso berlabel halal di kota Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Sebagai informasi dan referensi bagi pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang industri makanan ataupun industri jasa lainnya yang berkaitan dengan label halal.