BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

I. SEJARAH HIV AIDS II.APA ITU HIV? III. Dimanakah virus HIV ini berada? IV. APAKAH CD4 ITU?

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI BALI Jl. Melati No. 21 Denpasar Telpon/Fax:

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit yang timbul karena terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV. 16 Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang dapat menginfeksi sel darah putih untuk menurunkan sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Sedangkan AIDS atau Acquired immunodeficiency syndrome adalah tahapan peningkatan dari perkembangan akibat terinfeksi virus HIV. 1 Sebelum virus HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. 27 2. Tanda Dan Gejala HIV Tanda dan gejala HIV sangat bervariasi tergantung dengan tahapan infeksi yang diderita. 1 Berikut adalah tanda dan gejala HIV : a. Individu yang terkena HIV jarang sekali merasakan dan menunjukkan timbulnya suatu tanda dan gejala infeksi. 28 Jika ada gejala yang timbul biasanya seperti flu biasa, bercak kemerahan pada kulit, sakit kepala, ruam-ruam dan sakit tenggorokan. 1 b. Jika sistem kekebalan tubuhnya semakin menurun akibat infeksi tersebut maka akan timbul tanda-tanda dan gelaja lain seperti kelenjar getah bening bengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan 10

batuk. 1 Selain itu juga ada tanda dan gejala yang timbul yaitu mual, muntah dan sariawan. 29 c. Ketika penderita masuk tahap kronis maka akan muncul gejala yang khas dan lebih parah. Gejala yang muncul seperti sariawan yang banyak, bercak keputihan pada mulut, gejala herpes zooster, ketombe, keputihan yang parah dan gangguan psiskis. 29 Gejala lain yang muncul adalah tidak bisa makan candidiasis dan kanker servisk. 28 d. Pada tahapan lanjutan, penderita HIV akan kehilangan berat badan, jumlah virus terus meningkat, jumlah limfosit CD4 + menurun hingga <200 sel/ul. Pada keadaan ini dinyatakan AIDS. 28 e. Pada tahapan akhir menunjukkan perkembangan infeksi opurtunistik seperti meningitis, mycobacteruim avium dan penurunan sistem imum. 28 Jika tidak melakukan pengobatan maka akan terjadi perkembangan penyakit berat seperti TBC, meningitis kriptokokus, kanker seperti limfoma dan sarkoma Kaposi. 1 3. Faktor Risiko Kelompok berisko yang berpeluang besar terkena infeksi HIV/AIDS adalah heteroseksual, bisesksual, homoseksual, perinatal dan penasun. 3 Populasi kunci yang menjadi sasaran dalam strategi penanggulan HIV/ADIS yaitu pengguna napza suntik, wanita pekerja seks (WPS), pelanggan atau pasangan seks WPS, gay, waria dan warga binaan lapas atau rutan. 6 Perilaku dan kondisi yang menempatkan individu berisiko tinggi tertularnya infeksi HIV/AIDS yaitu : 27 a. Melakukan hubungan seksual secara anal, oral maupun vagina tanpa menggunakan kondom. Berdasarkan penelitian di Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa mayoritas kelompok homoseksual melakukan hubungan seksual menggunakan kondom (50%), seksual anal (53,8%), mengeluarkan sperma didalam anus (52,6%) dan seksual oral (47,4%). 30 11

b. Mempunyai infeksi menular seksual lain seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan vaginosis bakteri. Hasil penelitian di Denpasar menunjukkan bahwa infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi adalah servisitis dengan jumlah 200 kasus (33,3%), diikuti oleh gonore sebanyak 14 kasus (2,3%), serta sifilis dan urethritis masing-masing sebanyak 10 kasus (1,7%). 31 c. Penggunaan jarum suntik secara bergantian dan mendapatkan suntikan yang tidak aman. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa angka presentase penasun sebesar 9,3% Tahun 2013, 32 3,3% Tahun 2014 15 dan 2,6% Tahun 2015. 3 d. Saat melakukan transfusi darah, transpalasi jaringan dan prosedur medis tidak steril. Presentase kasus AIDS menurut faktor risiko transfusi darah sebesar 0,5 %, lain-lain 0,2% dan tidak diketahui 4,0% Tahun 2013. 32 Transfusi darah sebanyak 0,20 %, lain-lain 0,8 % dan tidak diketahui 4,8% Tahun 2014. 15 Transfusi darah sebesar 0,26 %, lain-lain 0,2 % dan tidak diketahui 1,6 % pada Tahun 2015 di Indonesia. 3 e. Penularan dari orang tua ke anak yang di lahirkan (perinatal). 29 Berdasarkan faktor risiko kasus AIDS, presentase perinatal sebanyak 2,6 % Tahun 2013, 32 3,5 % Tahun 2014 dan 4,2 % 15 Tahun 2015 di Indonesia. 3 4. Perkembangan HIV Beberapa tahap perkembangan HIV dalah sebagai berikut : 27 a. Setelah HIV masuk ke dalam tubuh manusia maka virus tersebut akan menyerang dan merusak sejumlah besar sel darah putih serta berkembang biak dengan cepat. 12

b. Ada sejumlah tahapan perkembangan virus HIV di dalam tubuh. 1) Periode jendela Tahap ini disebut dengan periode jendela, berkisar antara 1 hingga 3 bulan bahkan ada yang hingga 6 bulan (HIV masih bersembunyi, belum bisa dideteksi). 33 Selama periode ini, orang tersebut di dalam tubuhnya sudah terdapat virus dan bisa menularkannya kepada orang lain. Meskipun tidak akan teruji positif secara laboratoris. 27 2) Tahapan Tanpa gejala Pada tahap ini, HIV telah berkembang biak dalam tubuh sehingga dapat diketahui dari tes HIV. Orang yang tertular HIV tetap tampak sehat selama 5 sampai 10 tahun, dikenal dengan masa laten HIV/AIDS. 33 Daya tahan tubuh masih mampu mengatasi serangan dari berbagai penyebab penyakit oportunis. Rata-rata tahapan ini berlangsung selama 7 tahun. 27 3) Tahapan gejala mulai muncul Pada ini, sistem kekebalan tubuh semakin menurun, orang yang HIV+ akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS. Misalnya dengan adanya pembengkakan kelenjar limfa pada seluruh tubuh. Tahap ini kira-kira berlangsung selama lebih dari 1 bulan. Tahapan ini merupakan tahapan penghancuran dan perusakan secara progresif sel darah putih oleh virus HIV sehingga dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Dan pada saat ini mulai muncul penyakit oportunis karena daya tahan tubuh sudah sangat menurun. 27 4) Tahapan AIDS Pada tahap akhir, ketika sudah menjadi AIDS, penderita akan semakin lemah kondisinya akibat berbagai penyakit yang tidak dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuhnya. 33 Tahapan akhir dengan berbagai jenis infeksi oportunis seperti radang paru 13

paru, gangguan syaraf, jamur, kanker kulit. Pada akhirnya penderita akan meninggal karena penyakit oportunis tersebut. 27 c. Infeksi Oportunistik Macam-macam infeksi opurtunistik adalah TB, Pneumonia, Kandidiasis, Herpes, Diare, Toksoplasma dan Sarkoma Kaposi. 27 5. Pencegahan HIV/AIDS Pencegahan HIV/AIDS bertujuan untuk melindungi diri dari tertularnya HIV dan tidak menularkan virus kepada orang lain. 34 Berikut adalah cara pencegahan penularan HIV/AIDS : a) Tidak melakukan hubungan seksual berisiko. 34 b) Tidak berganti-ganti pasangan atau setia kepada satu pasangan yang tidak terkena infeksi HIV. 27 c) Menggunakan kondom secara konsisten saat berhubungan seksual yang berisiko. 27 d) Hindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan secara bergantian. Terutama bagi pengguna narkoba suntik. 27 Terdapat cara untuk mengurangi resiko tertular HIV pada penggunaan narkoba yaitu beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral, jangan pernah menggunakan dan bergantian alat untuk menyiapkan napza. 34 e) Memberikan pendidikan tentang Informasi seputar HIV dan AIDS terutama kepada populasi kunci. 27 f) Penghapusan penularan HIV dari ibu ke anak. 30 B. GAY 1. Pengertian Gay Gay adalah sebuah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada orang yang homoseksual. 7 Homoseksual adalah ketertarikan antara individu dengan berjenis kelamin atau gender yang sama secara rasa romantis atau perilaku seksual. Lesbian merupakan sebutan untuk 14

homoseksual perempuan yang memiliki orientasi seksual sesama perempun, 8 sedangkan gay adalah seseorang yang memiliki orientasi seksual pada sesama laki-laki. 35 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menjadi Gay Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi menjadi seorang gay yaitu : a. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak. Kehilangan peran seorang ayah akan berpengaruh kepada seorang anak laki-laki karena dapat menyebabkan ada rasa ketertarikan dengan sesama jenis. 36 Selain itu, terlalu memanjakan anak, keinginannnya selalu dituruti, menerapkan pola disiplin kepada anak yang terlalu ketat, dan kurangnya perhatian dari orang tua juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gay. 9 Penelitian di Manado menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara pola asuh dengan orang tua dengan tingkat homoseksual pada gay dalam komunitas X di Manado. Semakin baik pola asuh yang diterapkan, semakin berkurang perilaku penyimpangan seksual seseorang. 37 b. Traumatik Hasil penelitian di Kota Samarinda bahwa salah satu faktor seorang menjadi seorang gay adalah traumatik. Peristiwa traumatik bisa berdampak buruk terhadap seseorang yang mana rasa trauma itu sangat membekas dalam diri seorang, sehingga menjadi faktor awal dirinya untuk menjadi seorang gay. 36 Pengalaman yang kurang menyenangkan dengan lawan jenis juga akan memberikan kecenderungan seorang berperliku gay. Seperti trauma akibat patah hati atau mendapatkan kekerasan/ pelecehan secara seksual. 9 c. Lingkungan/ Pergaulan Hasil penelitian di Kota Samarinda menunjukkan bahwa lingkungan merupakan faktor seorang menjadi gay. Pengaruh lingkungan begitu kuat dalam pembentukan karakter seseorang, hal ini 15

juga berlaku dalam pembentukan orientasi seksual. Faktor awal menjadi gay dikarenakan lingkungan. Faktor lingkungan menjadi faktor pendukung mereka menjadi gay seperti berteman dengan individu-individu yang memiliki penyimpangan orientasi seksual lainnya. 36 Lingkungan mengambil peranan yang cukup penting bagi seseorang untuk memahami identitas seksual dan identitas gendernya. Pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut. Budaya dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas dapat mempengaruhi seseorang menjadi seorang homoseksual (lesbian dan gay). Mulai dari cara berinteraksi dengan lingkungan, nilai-nilai yang dianut, sikap, pandangan maupun pola pemikiran tertentu terutama berkaitan dengan orientasi, tindakan dan identitas seksual seseorang. 38 3. Perilaku Seksual Berisiko Gay Kaitannya Dengan HIV/AIDS Perilaku seksual berisiko pada komunitas gay merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat memberikan pengaruh terhadap penularan dan meningkatnya HIV/AIDS. Perlunya memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang seks yang aman pada komunitas gay agar tidak tertular virus HIV/ADS. 17 Hasil penelitian di Kota Padang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku seksual dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kaum gay di Kota Padang tahun 2014. 39 Hal ini menjadi tanggung jawab bersama dari seluruh elemen masyarakat baik itu LSM maupun Pemerintah. 17 Namun penelitian lain di LSM GAYa NUSANTARA Surabaya menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dan pendidikan dengan perilaku seksual berisiko terjadinya penularan HIV dan AIDS. Umur seseorang akan mempengaruhi tingkat perilaku dalam perkembangan seseorang sedangkan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi 16

pengetahuan seseorang mengenai upaya pencegahan terhadap suatu penyakit akibat hubungan seks yang tidak aman. 40 Hasil penelitian di Kota Semarang menunjukkan bahwa perilaku seksual yang biasa dilakukan pasangan gay adalah kissing, necking, petting, intercouse yang meliputi oral seks dan anal seks. Berbagai sebutan gaya sesksual mereka seperti es gosrok, jepit paha, gaya 69, gaya monyet dan lilin cair. Perilaku seksual berisiko tinggi yang dilakukan oleh pasangan gay di indikasikan oleh beberapa hal yaitu riwayat berhubungan dengan partner sebelumnya,tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual, frekuensi yang tinggi dalam melakukan hubungan seksual dengan pasangan, merasa dirinya dan pasangannya sehat, walaupun sebenarnya kesehatan nya belum terjamin. 12 C. TEORI PERILAKU LAWRENCE GREEN Teori Lawrence Green adalah salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakan untuk mendiagnosis masalah kesehatan dan sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau pengembangan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk sebagai perencanaan kesehatan yang biasa dikenal dengan kerangka kerja precedeproceed. 41 Menurut Lawrence Green perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. 42 1. Faktor Predisposisi (predisposing factors) Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mendorong terjadinya perilaku seseorang. Faktor tersebut meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan dan kepercayaan pada Komunitas Rumah Pelangi Indonesia di Kota Semarang yang akan mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas Gay. 2. Faktor Pemungkin (enabling factor) Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi suatu perilaku. Faktor-faktor tersebut adalah sarana 17

dan prasarana untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik seperti keterjangkauan puskesmas, tersedianya obat-obatan, alat-alat kontrasespsi dan sebagainya. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui ketersedian kondom dan keterjangkauan pelayanan kesehatan untuk mendapatkan layanan VCT pada Komunitas Rumah Pelangi Indonesia di Kota Semarang yang akan mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas Gay. 3. Faktor Penguat (Reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor-faktor yang memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat. Selain itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat menjadi panutan orang lain untuk berperilaku sehat. Faktor pelayanan petugas kesehatan dalam memberikan layanan VCT dan dukungan dari founder and chairman Pada Komunitas Rumah Pelangi Indonesia di Kota Semarang akan mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas Gay. Bagan Teori : Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Perilaku dan Gaya Hidup Faktor Penguat Bagan 2.1 Bagan Teori Lawrence Green 18

D. KERANGKA TEORI Kerangka teori penelitian ini menggunakan teori Lawrence Green karena untuk mengetahui pengetahuan, sikap, keyakinan dan kepercayaan teman-teman komunitas gay dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS. Serta juga bagaimana ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS dan juga dukungan dari petugas kesehatan serta founder and chairmain komunitas. Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan subjek penelitian tentang cara pencegahan HIV/AIDS 2. Sikap subjek penelitian dalam pencegahan HIV/AIDS 3. Keyakinan dan kepercayaan subjek penelitian dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS Faktor Pemungkin: 1. Ketersediaan kondom 2. Keterjangkauan pelayanan kesehatan untuk mendaptkan layanan VCT Pencegahan HIV/AIDS Pada Komunitas Gay Faktor Penguat: 1. Pelayanan petugas kesehatan dalam memberikan layanan VCT Pada Komunitas Gay di Kota Semarang. 2. Dukungan founder and chairman Bagan 2.2 Kerangka Teori 19