BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui

Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU TEMPAT TEMU BESUK KANTIN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB IVGAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kalianda

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA KASUS ASUSILA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MEDAENG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambarann Umum Lembaga Pemasyarakatan. yang menunjukkan adanya tendensi kriminologen-kriminologen baru

RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai RUTAN DUMAI

BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR TERPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN. ada penjara, namun dahulu kala orang-orang yang dianggap melakukan kesalahan

BAB II GAMBARAN UMUM RUTAN KLAS II B SERANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG SIDOARJO. Jenderal Sutoyo Medaeng Waru Sidoarjo. Rumah tahanan negara kelas I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. informan adalah orang-orang yang memiliki kapasitas dalam memberikan

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA TANJUNG GUSTA MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan.

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia,

Profile LPKA Salemba PUSANEV_BPHN. Berkomitmen Untuk Membangun Manusia Mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. A. Proses Pendampingan dan Pembinaan Narapidana. pekerjaan sosial, memfasilitasi orang agar mampu memberdayakan dirinya

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Kelas I Surabaya. 1. Sejarah Singkat Rumah tahanan Kelas I Surabaya.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. Desa Banguncipto yang dibatasi oleh : 1) Sebelah Utara Desa Wijimulyo

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Al-Mudakkir

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Imigrasi. Rumah Detensi.

Gereja Menyediakan Persekutuan

JURNAL HUKUM PEMENUHAN HAK MENDAPAT PENDIDIKAN BAGI ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG BERADA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga

A. Analisis Situasi 1. Analisis Situasi Sekolah a. Letak Geografis b. Profil Sekolah

BAB II DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS IIB PEKANBARU. Saat ini Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pekanbaru berada di

BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI

Sehubungan dengan penyusunan skripsi, maka saya:

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

BAB II. Landasan Teori Lembaga Pemasyarakatan

Kata Kunci : Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan, Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

ASPEK SPIRITUAL NARAPIDANA NARKOBA YANG MENJALANI MASA TAHANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BANGKINANG. Kecamatan Bangkinang atau sekarang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 2A AMBARAWA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR LATE-MODERN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,

BAB III PEMENUHAN HAK ASIMILASI DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KUTOARJO. A. Pelaksanaan Asimilasi Ditinjau Dari Prinsip Perlindungan Anak

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Kedaton Kodya, daerah tingkat II Bandar

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERBURUHAN PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

BAB III PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

INSTRUMENT INVENTARISASI PEMBERDAYAAN PENGUNGSI

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat.

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB III GAMBARAN UMUM. A. Lokasi dan Kondisi Fisik Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB. Secara umum Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

DESKRIPSI OBJEK STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. singkatan Kuansing, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia.

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN 2.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan merupakan tempat untuk menampung narapidana dan tahanan wanita untuk dididik dan dibina berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan Kebijaksanaan Pemasyarakatan yaitu Pohon Beringin Pengayoman, dan berbagai kebijakan pemasyarakatan yang dikeluarkan Dirjen Pemasyarakatan Depkumham (dulu Dirjen Pemasyarakatan Depkeh), dan terakhir adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995. Pada mulanya Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan bergabung dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta Medan. Dengan berpegang pada hukum dan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan apabila narapidana dan tahanan wanita bersatu dengan narapidana atau tahanan pria, maka pemerintah membangun lembaga pemasyarakatan khusus wanita agar pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana wanita dapat lebih khusus dan terarah. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan didirikan pada tahun 1983 sampai 1985, berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.03-PR.07.03 tanggal 26 Februari 1986. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan ini berada di Kota Madya Medan Wilayah Kerja Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Daerah Tk I, 38

Provinsi Sumatera Utara yang beralamat : Jl. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan mempunyai batas atau wilayah sebagai berikut : Sebelah Timur : Berbatasan dengan tanah kosong Sebelah Barat : Berbatasan dengan rumah dinas Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Lapas Anak Medan Sebelah Utara : Berbatasan dengan Rumah Penduduk Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Tahap I, pada tahun 1979 dibangun gedung Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. 2. Tahap II, dibangun penyelesaian gedung Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Sejak tanggal 2 Juli 1986 semua narapidana atau tahanan wanita yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta Medan dipindahkan ke gedung yang baru. Luas tanah keseluruhan ± 6.435 m², luas bangunan ± 5.250 m², luas lantai I kurang lebih 500 m², dan luas lantai II kurang lebih 250 m². Bangunan pertama untuk perkantoran yang terdiri atas ruangan depan yang bertingkat dimana bagian atas digunakan sebagai ruangan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, Sub TU, Ur Umum, Ur Kepeg & Keuangan. Sedangkan bagian bawah dimanfaatkan sebagai ruang pemeriksaan dan 39

penjagaan, ruang tamu, mushola, gereja, vihara dan dapur.kedua adalah bangunan untuk pembinaan yang dikenal dengan Binapi yang terdiri atas ruangan Poliklinik, ruangan kasie pembinaan, ruang kepegawaian, ruang registrasi, ruangan administrasi keamanan dan ketertiban, ruangan tamu dan gedung.sedangkan bangunan yang ketiga yang dikenal dengan bagian umum terdiri dari ruangan urusan umum, ruangan KPLP, ruangan penerima tamu untuk besukan dan kantin. Lalu bangunan keempat adalah bengkel kerja yang terdiri atas ruangan kantor, salon, ruangan menjahit, dan menyulam. Kemudian sebuah aula serba guna, yang terletak disamping gedung Binapi, yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut, dan biasanya juga digunakan untuk acara-acara keagamaan.dalam acara ini biasanya narapidana mempertunjukkan kebolehannya seperti bermain nasyid, menari, bernyanyi, serta membaca puisi. Lalu ada bangunan dapur yang berada di belakang blok penghuni yang digunakan untuk memasak semua kebutuhan para penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Namun dalam sehari-harinya setiap pagi bagian dapur akan memperoleh bantuan tenaga dari masing-masing blok secara bergilir. Ruang tempat tinggal narapidana terdiri dari 4 blok yang masing-masing terdiri dari kamar-kamar yang mempunyai kapasitas yang berbeda-beda. Blok ini terdiri dari blok narapidana dan blok tahanan, dengan rincian sebagai berikut. 1. Blok A terdiri dari 4 kamar, kapasitas 1 orang untuk setiap kamar, namun pada kenyataannya dihuni sampai dengan 7 orang; 40

2. Blok B, terdiri atas 12 kamar, dengan perincian : a. Kamar 1, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; b. Kamar 2, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; c. Kamar 3, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; d. Kamar 4, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; e. Kamar 5, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; f. Kamar 6, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; g. Kamar 7, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; h. Kamar 8, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; i. Kamar 9, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; j. Kamar 10, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; k. Kamar 11, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; l. Kamar 12, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; 3. Blok C, terdiri atas 6 kamar, dengan perincian : a. Kamar 1, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; b. Kamar 2, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; c. Kamar 3, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; d. Kamar 4, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; e. Kamar 5, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; f. Kamar 6, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 13 orang; 4. Blok D terdiri dari 4 kamar, kapasitas 1 orang untuk setiap kamar, namun pada kenyataannya dihuni sampai dengan 4 orang; 41

Blok A dan B digunakan untuk para narapidana sedangkan blok C dan D digunakan untuk para tahanan. Ditinjau dari keadaan fisik, pengelolaan lembaga pemasyarakatan wanita tersebut sebenarnya dapat dikatakan cukup memadai, terdiri dari perkantoran, ruang tempat tinggal narapidana, ruang kegiatan kerja, mushola, dan pos-pos penjagaan. Sedangkan daya tampung lembaga pemasyarakatan sebanyak 150 orang, sementara itu jumlah penghuninya pada saat penulis melakukan penelitian berjumlah 499 orang, yang terdiri atas 396 orang narapidana dan 103 orang tahanan, serta tahanan yang mempunyai anak dan anak ikut tinggal bersama ada 3 anak, dan ada 45 orang residivis. Tabel 1 Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan tanggal 27 Maret 2014 Narapidana Tahanan Jumlah 396 Orang 103 Orang 499 Orang berikut : Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Untuk mengetahui jenis perkara yang dilanggarnya dapat dilihat pada tabel 42

Tabel 2 Jenis Pelanggaran / Kasus per tanggal 27 Maret 2014 Narkotika : 351 Orang - Pengedar : 301 Orang - Pengedar & Pemakai : 22 Orang - Pemakai : 28 Orang PIDUM 133 Orang PIDSUS - Tipikor : 7 Orang - Trafficking : 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa narapidana yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Wanita ini banyak yang terlibat kasus narkotika.hal ini merupakan suatu fenomena nyata bahwa kebanyakan penghuni lembaga pemasyarakatan di kota-kota besar mayoritas terlibat kasus narkotika. 2.2 Sumber Daya Manusia Pada saat ini jumlah pegawai Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan adalah 72 orang yang terdiri dari : Tabel 3 Jumlah Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan SMA Satmud (D3) Jumlah 27 Orang 4 Orang 43

Strata 1 (S1) Strata 2 (S2) 33 Orang 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Melihat dari jumlah pegawai yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut jelas tidak seimbang dengan jumlah narapidana 499 orang. Dan tidak semua petugas yang bertugas sebagai pembina, karena dari jumlah pegawai yang 72 orang tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa sub bagian, seperti petugas jaga, administrasi dan petugas lainnya. Sudah semestinya lembaga pemasyarakatan ini memperoleh tambahan pegawai, karena sumber daya manusia sebagai pegawai dan pembina di lembaga pemasyarakatan tersebut masih kurang. Menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas), dalam melakukan pembinaan juga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya baik yang dibina maupun pembinanya. Bagaimanapun bentuk pembinaan dan cara pembinaan dilakukan, kalau narapidana tidak mau atau atau tidak ada minat, juga tidak terlaksana, begitu juga sebaliknya kalau pembinanya tidak memiliki keahlian atau keterampilan alam membina, pembinaan itu tidak akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kelebihan kapasitas penghuni di lapas dan kurangnya pegawai untuk membina narapidana sangat sulit mengingat orang-orang yang akan dibina adalah orang-orang yang melanggar hukum. Namun dalam mengatasi hal tersebut, pembina dan yang akan dibina membangun kerjasama yang baik. Pembina melakukan pendekatan persuasif kepada para narapidana seperti pemberian hakhak para napi, memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada maka terwujud keinginan yang diinginkan oleh para pembina terhadap yang dibinanya terlaksana dengan baik. 44

2.3 Pembinaan Petugas pembina harus memiliki keahlian atau keterampilan dalam membina narapidana.agar kegiatan jenis pembinaan tidak monoton, maka petugas pembina harus memiliki kemauan untuk mencari hal-hal yang baru terutama yang berhubungan dengan kegiatan keterampilan wanita yang sifatnya mudah diajarkan dan biayanya murah. Karena bagaimanapun bentuk kegiatan pembinaan yang dilakukan tidak terlepas dari masalah dana. Dengan demikian narapidana termotivasi untuk mengikuti setiap kegiatan pembinaan khususnya pembinaan keterampilan. Pembinaan dalam hal keterampilan di lapas sangat diminati oleh para napi karena keterampilan yang diajarkan dan dilakukan para napi sesuai dengan minat dan bakat yang mereka punya dan dengan begitu rasa bosan dapat diatasi oleh para narapidana. Keterampilan yang dilakukan seperti menyulam, menjahit, memasak kue, salon, membuat sandal, membuat tas, merangkai bunga, membuat hiasan manik-manik serta kerajinan-kerajinan tangan lainnya. Selain pembinaan keterampilan, pembinaan jasmani dan rohani juga dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan berupa : 1. Bidang Kerohanian Pada dasarnya pembinaan di bidang kerohanian disesuaikan dengan agama masing-masing dari narapidana.kegiatan kerohanian dilakukan setiap harinya dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan. Misalnya 45

saja untuk yang beragama Islam mendapat ceramah agama dari petugas yang tamatan Sarjana Agama Islam, dan yang beragama Kristen bekerjasama dengan beberapa gereja yang ada di Medan, seperti Gereja Pentakosta, Gereja Katolik dan Gereja Perjanjian Baru serta melakukan pendalaman Alkitab setiap harinya, sedangkan yang beragama Budha diadakan juga kerjasama dengan Vihara Sampali. 2. Bidang Jasmani / Olahraga Pembinaan di bidang jasmani diberikan kepada narapidana melalui kegiatan-kegiatan olaharaga seperti senam pagi setiap harinya, bola voli, tenis meja, bola kaki, dan bola kasti. 3. Bidang Rekreasi dan Hiburan Kepala Lembaga Pemasyarakatan membuat acara hiburan pada hari-hari tertentu pada saat perayaan 17 Agustus sebagai penyegaran. Kalau 17 Agustusan lah dibuat acara, kami gabung semua. Napi sama pegawai sama-sama ngikuti lomba, kadang pun Kalapas bawa orang dari luar lomba sama kami, jadi kami kek ngerasa senang. Oh..ada rupanya yang mau gabung sama kami yang diluar daripada kami. (Sri, 19 tahun) Bernyanyi bersama dan saling menghibur.selain itu bagi yang beragama Islam dibentuk suatu grup nasyid marhaban, dan bagi yang beragama Kristen dibuat vokal grup serta koor. 4. Bimbingan Keterampilan Keterampilan yang diberikan tentu saja keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan wanita.keterampilan tersebut adalah salon kecantikan, menjahit, menyulam, mengkait, membuat bunga, merangkai bunga, 46

membuat hiasan manik-manik dan memasak beraneka ragam kue.bagi yang memiliki kemampuan bertani maka disediakan lading untuk berkebun.tanaman yang biasanya ditanam berupa kangkung, ubi jalar, sawi, terong, dan kacang hijau.dalam hal ini adalah tanaman yang tingginya tidak boleh melampaui tinggi badan dan bersifat rimbun. 5. Pendidikan Umum Disediakan Program Paket A, dalam hal ini yang menjadi target utama adalah narapidana yang masih buta huruf, agar bisa membaca dan menulis. Setidak-tidaknya narapidana tersebut bisa menulis surat kepada keluarganya dan bisa pula membalas surat tersebut. Tabel 4 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Yang Dilakukan Oleh Narapidana Waktu (WIB) Kegiatan 07.30 08.00 Senam Pagi 08.00 09.30 Pemberantasan buta huruf 09.30 12.00 Pembinaan keagamaan sesuai dengan agamanya masing-masing dan melakukan kegiatan keterampilan, terkadang diganti dengan penyuluhan hukum. 12.30 13.00 Sholat Zuhur berjamaah 13.15 14.30 Igro dan Tadarus (bagi yang beragama Islam) serta Pendalaman Alkitab (bagi yang beragama Kristen) 47

14.30 15.30 Istirahat / Kegiatan masing-masing 15.45 16.00 Sholat Ashar Berjamaah 16.00 17.00 Olahraga Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Khusus pada hari minggu, narapidana lebih ditekankan pada kegiatan membersihkan lingkungan lembaga pemasyarakatan, kerohanian, dan hiburan. 2.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dan tidak dapat diabaikan dalam melaksanakan proses pembinaan bagi narapidana. Keberhasilan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan dalam membina narapidana tidak bisa terlepas dari sarana/prasarana yang ada. 2.4.1 Prasarana Pendidikan dan Keterampilan Prasarana di Lembaga Pemasyarakatan ini bisa dikatakan cukup lengkap, karena di Lembaga Pemasyarakatan ini disediakan salon kecantikan lengkap dengan peralatannya, peralatan masak-memasak, lahan untuk berkebun walaupun tidak luas, ruang untuk menjahit serta peralatan menjahit yang lengkap, alat-alat menyulam. Di Lembaga Pemasyarakatan ini juga disediakan ruangan khusus untuk melaksanakan program paket A yang disediakan untuk mendukung program pembinaan dan pendidikan. 48

2.4.2 Prasarana Ibadah Fasilitas untuk tempat ibadah di Lembaga Pemasyarakatan ini kurang efektif karena ruang tempat untuk ibadah seperti mushola, vihara dan gereja yang ada di lembaga pemasyarakatan ini sempit. Namun dalam hal kelengkapan peralatan ibadah serta tenaga-tenaga yang akan berceramah ataupun melakukan pembinaan spiritual, di lembaga pemasyarakatan ini sudah memadai, karena pihak lembaga pemasyarakatan membangun kerjasama pihak luar. 2.4.3 Prasarana Kesehatan Di lembaga pemasyarakatan ini terdapat satu poliklinik beserta alat-alat medis dan obat-obatannya namun terbatas.dalam hal penanganan kesehatan terhadap para narapidana yang sakit keras misalnya, menjadi terhambat karena terputusnya kerjasama dengan pihak ASKES. 2.4.4 Prasarana Olahraga Tersedia lapangan olahraga, peralatan-peralatan olahraga, tape dan kaset untuk senam, serta peralatan-peralatan lainnya. Olahraga seperti senam dilakukan setiap harinya.lapangan untuk berolahraga juga sudah cukup luas dan memadai. 2.4.5 Prasarana Jalan Jalanan menuju ke lembaga pemasyarakatan ini sangat tidak memadai, karena banyak jalanan yang berlubang dan rusak.transportasi seperti angkutan umum ke lembaga pemasyarakatan juga hanya sedikit dan jarang yang lewat. Namun sarana transportasi yang lain, seperti becak, taksi dan transportasi lainnya 49

sudah banyak karena lokasi lembaga pemasyarakatan yang sudah ramai akan penduduk. 50