BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II TANJUNG GUSTA MEDAN 2.1 Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan merupakan tempat untuk menampung narapidana dan tahanan wanita untuk dididik dan dibina berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan Kebijaksanaan Pemasyarakatan yaitu Pohon Beringin Pengayoman, dan berbagai kebijakan pemasyarakatan yang dikeluarkan Dirjen Pemasyarakatan Depkumham (dulu Dirjen Pemasyarakatan Depkeh), dan terakhir adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995. Pada mulanya Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan bergabung dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta Medan. Dengan berpegang pada hukum dan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan apabila narapidana dan tahanan wanita bersatu dengan narapidana atau tahanan pria, maka pemerintah membangun lembaga pemasyarakatan khusus wanita agar pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana wanita dapat lebih khusus dan terarah. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan didirikan pada tahun 1983 sampai 1985, berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.03-PR.07.03 tanggal 26 Februari 1986. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan ini berada di Kota Madya Medan Wilayah Kerja Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Daerah Tk I, 38
Provinsi Sumatera Utara yang beralamat : Jl. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan mempunyai batas atau wilayah sebagai berikut : Sebelah Timur : Berbatasan dengan tanah kosong Sebelah Barat : Berbatasan dengan rumah dinas Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Lapas Anak Medan Sebelah Utara : Berbatasan dengan Rumah Penduduk Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Tahap I, pada tahun 1979 dibangun gedung Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. 2. Tahap II, dibangun penyelesaian gedung Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Sejak tanggal 2 Juli 1986 semua narapidana atau tahanan wanita yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta Medan dipindahkan ke gedung yang baru. Luas tanah keseluruhan ± 6.435 m², luas bangunan ± 5.250 m², luas lantai I kurang lebih 500 m², dan luas lantai II kurang lebih 250 m². Bangunan pertama untuk perkantoran yang terdiri atas ruangan depan yang bertingkat dimana bagian atas digunakan sebagai ruangan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, Sub TU, Ur Umum, Ur Kepeg & Keuangan. Sedangkan bagian bawah dimanfaatkan sebagai ruang pemeriksaan dan 39
penjagaan, ruang tamu, mushola, gereja, vihara dan dapur.kedua adalah bangunan untuk pembinaan yang dikenal dengan Binapi yang terdiri atas ruangan Poliklinik, ruangan kasie pembinaan, ruang kepegawaian, ruang registrasi, ruangan administrasi keamanan dan ketertiban, ruangan tamu dan gedung.sedangkan bangunan yang ketiga yang dikenal dengan bagian umum terdiri dari ruangan urusan umum, ruangan KPLP, ruangan penerima tamu untuk besukan dan kantin. Lalu bangunan keempat adalah bengkel kerja yang terdiri atas ruangan kantor, salon, ruangan menjahit, dan menyulam. Kemudian sebuah aula serba guna, yang terletak disamping gedung Binapi, yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut, dan biasanya juga digunakan untuk acara-acara keagamaan.dalam acara ini biasanya narapidana mempertunjukkan kebolehannya seperti bermain nasyid, menari, bernyanyi, serta membaca puisi. Lalu ada bangunan dapur yang berada di belakang blok penghuni yang digunakan untuk memasak semua kebutuhan para penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Namun dalam sehari-harinya setiap pagi bagian dapur akan memperoleh bantuan tenaga dari masing-masing blok secara bergilir. Ruang tempat tinggal narapidana terdiri dari 4 blok yang masing-masing terdiri dari kamar-kamar yang mempunyai kapasitas yang berbeda-beda. Blok ini terdiri dari blok narapidana dan blok tahanan, dengan rincian sebagai berikut. 1. Blok A terdiri dari 4 kamar, kapasitas 1 orang untuk setiap kamar, namun pada kenyataannya dihuni sampai dengan 7 orang; 40
2. Blok B, terdiri atas 12 kamar, dengan perincian : a. Kamar 1, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; b. Kamar 2, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; c. Kamar 3, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; d. Kamar 4, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 24 orang; e. Kamar 5, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; f. Kamar 6, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; g. Kamar 7, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; h. Kamar 8, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 22 orang; i. Kamar 9, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; j. Kamar 10, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; k. Kamar 11, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; l. Kamar 12, kapasitas 12 orang, dihuni oleh 21 orang; 3. Blok C, terdiri atas 6 kamar, dengan perincian : a. Kamar 1, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; b. Kamar 2, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; c. Kamar 3, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; d. Kamar 4, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; e. Kamar 5, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 14 orang; f. Kamar 6, kapasitas 6 orang, dihuni oleh 13 orang; 4. Blok D terdiri dari 4 kamar, kapasitas 1 orang untuk setiap kamar, namun pada kenyataannya dihuni sampai dengan 4 orang; 41
Blok A dan B digunakan untuk para narapidana sedangkan blok C dan D digunakan untuk para tahanan. Ditinjau dari keadaan fisik, pengelolaan lembaga pemasyarakatan wanita tersebut sebenarnya dapat dikatakan cukup memadai, terdiri dari perkantoran, ruang tempat tinggal narapidana, ruang kegiatan kerja, mushola, dan pos-pos penjagaan. Sedangkan daya tampung lembaga pemasyarakatan sebanyak 150 orang, sementara itu jumlah penghuninya pada saat penulis melakukan penelitian berjumlah 499 orang, yang terdiri atas 396 orang narapidana dan 103 orang tahanan, serta tahanan yang mempunyai anak dan anak ikut tinggal bersama ada 3 anak, dan ada 45 orang residivis. Tabel 1 Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan tanggal 27 Maret 2014 Narapidana Tahanan Jumlah 396 Orang 103 Orang 499 Orang berikut : Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Untuk mengetahui jenis perkara yang dilanggarnya dapat dilihat pada tabel 42
Tabel 2 Jenis Pelanggaran / Kasus per tanggal 27 Maret 2014 Narkotika : 351 Orang - Pengedar : 301 Orang - Pengedar & Pemakai : 22 Orang - Pemakai : 28 Orang PIDUM 133 Orang PIDSUS - Tipikor : 7 Orang - Trafficking : 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa narapidana yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Wanita ini banyak yang terlibat kasus narkotika.hal ini merupakan suatu fenomena nyata bahwa kebanyakan penghuni lembaga pemasyarakatan di kota-kota besar mayoritas terlibat kasus narkotika. 2.2 Sumber Daya Manusia Pada saat ini jumlah pegawai Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan adalah 72 orang yang terdiri dari : Tabel 3 Jumlah Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan SMA Satmud (D3) Jumlah 27 Orang 4 Orang 43
Strata 1 (S1) Strata 2 (S2) 33 Orang 8 Orang Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Melihat dari jumlah pegawai yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita tersebut jelas tidak seimbang dengan jumlah narapidana 499 orang. Dan tidak semua petugas yang bertugas sebagai pembina, karena dari jumlah pegawai yang 72 orang tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa sub bagian, seperti petugas jaga, administrasi dan petugas lainnya. Sudah semestinya lembaga pemasyarakatan ini memperoleh tambahan pegawai, karena sumber daya manusia sebagai pegawai dan pembina di lembaga pemasyarakatan tersebut masih kurang. Menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas), dalam melakukan pembinaan juga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya baik yang dibina maupun pembinanya. Bagaimanapun bentuk pembinaan dan cara pembinaan dilakukan, kalau narapidana tidak mau atau atau tidak ada minat, juga tidak terlaksana, begitu juga sebaliknya kalau pembinanya tidak memiliki keahlian atau keterampilan alam membina, pembinaan itu tidak akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kelebihan kapasitas penghuni di lapas dan kurangnya pegawai untuk membina narapidana sangat sulit mengingat orang-orang yang akan dibina adalah orang-orang yang melanggar hukum. Namun dalam mengatasi hal tersebut, pembina dan yang akan dibina membangun kerjasama yang baik. Pembina melakukan pendekatan persuasif kepada para narapidana seperti pemberian hakhak para napi, memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada maka terwujud keinginan yang diinginkan oleh para pembina terhadap yang dibinanya terlaksana dengan baik. 44
2.3 Pembinaan Petugas pembina harus memiliki keahlian atau keterampilan dalam membina narapidana.agar kegiatan jenis pembinaan tidak monoton, maka petugas pembina harus memiliki kemauan untuk mencari hal-hal yang baru terutama yang berhubungan dengan kegiatan keterampilan wanita yang sifatnya mudah diajarkan dan biayanya murah. Karena bagaimanapun bentuk kegiatan pembinaan yang dilakukan tidak terlepas dari masalah dana. Dengan demikian narapidana termotivasi untuk mengikuti setiap kegiatan pembinaan khususnya pembinaan keterampilan. Pembinaan dalam hal keterampilan di lapas sangat diminati oleh para napi karena keterampilan yang diajarkan dan dilakukan para napi sesuai dengan minat dan bakat yang mereka punya dan dengan begitu rasa bosan dapat diatasi oleh para narapidana. Keterampilan yang dilakukan seperti menyulam, menjahit, memasak kue, salon, membuat sandal, membuat tas, merangkai bunga, membuat hiasan manik-manik serta kerajinan-kerajinan tangan lainnya. Selain pembinaan keterampilan, pembinaan jasmani dan rohani juga dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan berupa : 1. Bidang Kerohanian Pada dasarnya pembinaan di bidang kerohanian disesuaikan dengan agama masing-masing dari narapidana.kegiatan kerohanian dilakukan setiap harinya dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan. Misalnya 45
saja untuk yang beragama Islam mendapat ceramah agama dari petugas yang tamatan Sarjana Agama Islam, dan yang beragama Kristen bekerjasama dengan beberapa gereja yang ada di Medan, seperti Gereja Pentakosta, Gereja Katolik dan Gereja Perjanjian Baru serta melakukan pendalaman Alkitab setiap harinya, sedangkan yang beragama Budha diadakan juga kerjasama dengan Vihara Sampali. 2. Bidang Jasmani / Olahraga Pembinaan di bidang jasmani diberikan kepada narapidana melalui kegiatan-kegiatan olaharaga seperti senam pagi setiap harinya, bola voli, tenis meja, bola kaki, dan bola kasti. 3. Bidang Rekreasi dan Hiburan Kepala Lembaga Pemasyarakatan membuat acara hiburan pada hari-hari tertentu pada saat perayaan 17 Agustus sebagai penyegaran. Kalau 17 Agustusan lah dibuat acara, kami gabung semua. Napi sama pegawai sama-sama ngikuti lomba, kadang pun Kalapas bawa orang dari luar lomba sama kami, jadi kami kek ngerasa senang. Oh..ada rupanya yang mau gabung sama kami yang diluar daripada kami. (Sri, 19 tahun) Bernyanyi bersama dan saling menghibur.selain itu bagi yang beragama Islam dibentuk suatu grup nasyid marhaban, dan bagi yang beragama Kristen dibuat vokal grup serta koor. 4. Bimbingan Keterampilan Keterampilan yang diberikan tentu saja keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan wanita.keterampilan tersebut adalah salon kecantikan, menjahit, menyulam, mengkait, membuat bunga, merangkai bunga, 46
membuat hiasan manik-manik dan memasak beraneka ragam kue.bagi yang memiliki kemampuan bertani maka disediakan lading untuk berkebun.tanaman yang biasanya ditanam berupa kangkung, ubi jalar, sawi, terong, dan kacang hijau.dalam hal ini adalah tanaman yang tingginya tidak boleh melampaui tinggi badan dan bersifat rimbun. 5. Pendidikan Umum Disediakan Program Paket A, dalam hal ini yang menjadi target utama adalah narapidana yang masih buta huruf, agar bisa membaca dan menulis. Setidak-tidaknya narapidana tersebut bisa menulis surat kepada keluarganya dan bisa pula membalas surat tersebut. Tabel 4 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Yang Dilakukan Oleh Narapidana Waktu (WIB) Kegiatan 07.30 08.00 Senam Pagi 08.00 09.30 Pemberantasan buta huruf 09.30 12.00 Pembinaan keagamaan sesuai dengan agamanya masing-masing dan melakukan kegiatan keterampilan, terkadang diganti dengan penyuluhan hukum. 12.30 13.00 Sholat Zuhur berjamaah 13.15 14.30 Igro dan Tadarus (bagi yang beragama Islam) serta Pendalaman Alkitab (bagi yang beragama Kristen) 47
14.30 15.30 Istirahat / Kegiatan masing-masing 15.45 16.00 Sholat Ashar Berjamaah 16.00 17.00 Olahraga Sumber : Seksi Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2014. Khusus pada hari minggu, narapidana lebih ditekankan pada kegiatan membersihkan lingkungan lembaga pemasyarakatan, kerohanian, dan hiburan. 2.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dan tidak dapat diabaikan dalam melaksanakan proses pembinaan bagi narapidana. Keberhasilan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan dalam membina narapidana tidak bisa terlepas dari sarana/prasarana yang ada. 2.4.1 Prasarana Pendidikan dan Keterampilan Prasarana di Lembaga Pemasyarakatan ini bisa dikatakan cukup lengkap, karena di Lembaga Pemasyarakatan ini disediakan salon kecantikan lengkap dengan peralatannya, peralatan masak-memasak, lahan untuk berkebun walaupun tidak luas, ruang untuk menjahit serta peralatan menjahit yang lengkap, alat-alat menyulam. Di Lembaga Pemasyarakatan ini juga disediakan ruangan khusus untuk melaksanakan program paket A yang disediakan untuk mendukung program pembinaan dan pendidikan. 48
2.4.2 Prasarana Ibadah Fasilitas untuk tempat ibadah di Lembaga Pemasyarakatan ini kurang efektif karena ruang tempat untuk ibadah seperti mushola, vihara dan gereja yang ada di lembaga pemasyarakatan ini sempit. Namun dalam hal kelengkapan peralatan ibadah serta tenaga-tenaga yang akan berceramah ataupun melakukan pembinaan spiritual, di lembaga pemasyarakatan ini sudah memadai, karena pihak lembaga pemasyarakatan membangun kerjasama pihak luar. 2.4.3 Prasarana Kesehatan Di lembaga pemasyarakatan ini terdapat satu poliklinik beserta alat-alat medis dan obat-obatannya namun terbatas.dalam hal penanganan kesehatan terhadap para narapidana yang sakit keras misalnya, menjadi terhambat karena terputusnya kerjasama dengan pihak ASKES. 2.4.4 Prasarana Olahraga Tersedia lapangan olahraga, peralatan-peralatan olahraga, tape dan kaset untuk senam, serta peralatan-peralatan lainnya. Olahraga seperti senam dilakukan setiap harinya.lapangan untuk berolahraga juga sudah cukup luas dan memadai. 2.4.5 Prasarana Jalan Jalanan menuju ke lembaga pemasyarakatan ini sangat tidak memadai, karena banyak jalanan yang berlubang dan rusak.transportasi seperti angkutan umum ke lembaga pemasyarakatan juga hanya sedikit dan jarang yang lewat. Namun sarana transportasi yang lain, seperti becak, taksi dan transportasi lainnya 49
sudah banyak karena lokasi lembaga pemasyarakatan yang sudah ramai akan penduduk. 50