ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya agar bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum

PENGEMBANGAN SOFTWARE PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DETECTING CHEMICAL MISCONCEPTIONS. Abstract

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI).

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX)

MENGGALI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI PERHITUNGAN KIMIA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX PADA OPERASI HITUNG BILANGAN

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

Keyword: miskonsepsi, penjumlahan, pengurangan, bilangan bulat, garis bilangan

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

IMPLEMENTASI STRATEGI POGIL UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X DI SMAN 1 KANDANGAN

Dr. Hj. Masriyah, M.Pd Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, Abstrak. Abstract

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN:

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

Identifikasi Miskonsepsi IPBA Di SMA Dengan CRI Dalam Upaya Perbaikan Urutan Materi Pada KTSP

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

ANALISIS KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) TERMODIFIKASI PADA MATERI PECAHAN

Analisa Fitria. Kata Kunci: Pemahaman Konsep,Miskonsepsi, Certainty of Response Index (CRI), grup.

Profil Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep Kepolaran Molekul dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response Index)

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

PROFIL MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI INKUIRI TERHADAP PENGURANGAN MISKONSEPSI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 DUDUKSAMPEYAN. Abstrak

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika siswa mempelajari konsep-konsep yang

MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA

ANALISIS DESKRIPTIF MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SISTEM SARAF MANUSIA MENGGUNAKAN TEKNIK CERTAINTY RESPONSE INDEX

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

IDENTIFIKASI POLA MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP MEKANISME EVOLUSI MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Mar atul Afidah (1)

ANALYSIS OF STUDENT MISCONCEPTIONS IN PHYSICS LEARNING OF STATIC FLUID MATERIALS USING CERTAIN OF RESPONSE INDEX (CRI) METHOD IN SMAN 7 PEKANBARU

Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik melalui Certainty of Response Index

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MISKONSEPSI PADA PENYELESAIAN SOAL ALJABAR SISWA KELAS VIII BERDASARKAN PROSES BERPIKIR MASON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

Winny Liliawati dan Taufik Ramlan Ramalis

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

Winny Liliawati dan Taufik Ramlan Ramalis

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA TENTANG KONSEP-KONSEP DALAM RANGKAIAN LISTRIK. Hamdani Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Tanjungpura.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY LEARNING) TERHADAP PENURUNAN MISKONSEPSI PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS X SMAN 2 JOMBANG

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

Penerapan Instrumen Three-Tier Test untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Keseimbangan Benda Tegar

Kata Kunci : Konsepsi, Peserta Praktikum, CRI, Gerak Jatuh Bebas, Gerak Harmonis Sederhana.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

PERSETUJUAN PEMBIMBING

IDENTIFIKASI MISKONSESPI SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII DI MTsN RUKOH

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Pada Konsep Gaya

Oleh: UMI ALIMAH MILANSARI A

JURNAL PENDIDIKAN IPA VETERAN Volume 1 Nomor 1, 2017 MISKONSEPSI MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PADA MATERI KELISTRIKAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA KONSEP CAHAYA SISWA SMP. Irwandani, M.Pd. Pendidikan Fisika, IAIN Raden Intan Lampung

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI GAYA GESEK DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX TERMODIFIKASI ARTIKEL PENELITIAN. Oleh :

PENELUSURAN MISKONSEPSI MAHASISWA TENTANG MATRIKS MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA BERBASIS GAYA BELAJAR DIMENSI PEMAHAMAN PADA KONSEP IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN CONCEPT ATTAINMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran matematika, siswa mempelajari konsep-konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA. cerita matematika adalah soal-soal matematika yang menggunakan bahasa verbal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2009:54) Metode deskriptif adalah suatu

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BANAWA TENGAH PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN POEW UNTUK MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA MATERI SUHU DAN KALOR

Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Makassar pada Konsep Genetika dengan Metode CRI

ANALISIS MISKONSEPSI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL POKOK BAHASANBARISAN BILANGAN REAL

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

MENGUNGKAP MISKONSEPSI MEKANIKA MAHASISWA CALON GURU FISIKA SEMESTER AKHIR PADA SALAH SATU UNIVERSITAS DI LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI MEKANIKA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MAHASISWA MENGGUNAKAN CRI PADA MATA KULIAH KALKULUS II

STUDI MISKO SEPSI PESERTA DIDIK KELAS IX SMP EGERI 1 MAKASSAR PADA

MODEL PPE (PEMBIMBINGAN, PRESENTASI, EVALUASI) UNTUK REMEDI MISKONSEPSI IPA SISWA SMP

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA KELAS XI IPA SMA UNGGUL ALI HASJMY KABUPATEN ACEH BESAR

MISCONCEPTIONS ANALYSIS OF TRIANGLE MATERIAL BASED ON COGNITIVE STYLE

POLA PERGESERAN KONSEPSI SISWA BERBASIS MODEL MENTAL ATRIBUT PEMAHAMAN WACANA DENGAN STRATEGI MEMBACA RECIPROCAL TEACHING PADA KONSEP IKATAN KIMIA

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

Nurul Fitriyah dan Sukarmin Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNESA

EFEKTIVITAS RESPONSI TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TEORI BILANGAN

Juliper Nainggolan. Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Universitas HKBP Nommensen ABSTRAC

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB

Transkripsi:

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Syarifah Fadillah Prodi Pendidikan Matematika, IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No.88 Pontianak e-mail: atick_fdl@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal pada materi perbandingan dengan menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan bentuk penelitiannya adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di SMP ABDI AGAPE Pontianak pada siswa kelas VII C yang berjumlah 37 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) 12,83% siswa paham konsep, 77,70% siswa tidak paham konsep, dan 9,46% siswa mengalami miskonsepsi dalam materi perbandingan, (2) miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam materi perbandingan antara lain pada: konversi satuan, operasi pembagian, pecahan senilai, konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai. Kata Kunci: miskonsepsi, perbandingan, Certainty of Response Index (CRI) Abstract This study aims to describe of student misconceptions in solving the ratio question used to Certainty of Response Index (CRI). The method used in this research is descriptive method and form of research is case study. The research was conducted in SMP ABDI AGAPE Pontianak in class VII C totaling 37 students. The results showed that: (1) 12.83% of the students understand the concepts, 77.70% of students do not understand the concept, and 9.46% students had misconceptions in the material ratio, (2) misconceptions that occur in students in the material ratio is: unit conversion, division operations, equivalent fractions, and equivalent ratio and non equivalent ratio. Keywords: misconception, ratio, Certainty of Response Index (CRI) PENDAHULUAN Sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran secara formal di kelas, peserta didik sudah membawa atau memiliki suatu konsep dalam pemikiran mereka yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Konsep awal siswa tersebutlah yang kadang-kadang tidak sesuai dengan konsepsi para ilmuan yang biasa disebut miskonsepsi atau salah konsep. Dalam pembelajaran matematika, antar konsep saling berkaitan. Misalnya untuk memahami materi perbandingan, siswa terlebih dahulu harus memahami materi pecahan. Bila materi pecahan tidak dipahami dengan baik, maka hal ini tentu berpengaruh pada pemahaman tentang 247

konsep perbandingan. Hal tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi siswa dalam materi perbandingan. Berg (1991) mendefinisikan miskonsepsi sebagai pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai oleh para pakar ilmu yang bersangkutan. Secara filosofis terjadinya miskonsepsi pada siswa dapat dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme. Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari. Oleh karena pengetahuan itu adalah konstruksi siswa sendiri (tentu saja dengan bantuan guru), maka dapat terjadi, meskipun diberi bahan atau pelajaran yang sama pun, siswa dapat membangun pengetahuan yang berbeda dengan yang diinginkan guru (Suparno, 2013: 30). Usaha untuk mengidentifikasi miskonsepsi telah banyak dilakukan, namun hingga saat ini masih terdapat kesulitan dalam membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dengan yang tidak paham konsep. Kesalahan pengidentifikasian miskonsepsi akan menyebabkan kesalahan dalam penanggulangannya. Sebab penanggulangan siswa yang mengalami miskonsepsi akan berbeda penanggulangannya dengan siswa yang tidak paham konsep. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada penelitian ini menggunakan teknik Certainly of Response Index (CRI). CRI merupakan salah satu teknik untuk membedakan siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa yang tidak tahu konsep dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab tiap item soal yang diberikan. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan siswa bersamaan dengan setiap jawaban soal. CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan diri responden dalam menjawab suatu pertanyaan atau soal, dalam hal ini jawaban biasanya diberikan atas dasar tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan kepastian yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya 248

jawaban suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian pada skala CRI yang diberikannya untuk soal tersebut (Tayubi, 2005: 5). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah miskonsepsi siswa SMP dalam materi perbandingan dengan menggunakan Certainly of Response Index (CRI)?. METODE Sesuai tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu mendeskripsikan miskonsepsi siswa SMP dalam materi perbandingan, maka penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu gejala tertentu. Adapun kasus atau obyek yang akan diteliti adalah miskonsepsi yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal perbandingan, dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII C SMP ABDI AGAPE Pontianak. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengukuran dan wawancara. Insrumen yang digunakan adalah tes yang berbentuk pilihan ganda yang berjumlah empat soal. Pada tes ini dicantumkan CRI yang menggambarkan keyakinan siswa terhadap kebenaran alternatif jawaban yang dipilihnya. Selain tes, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan untuk menggali miskonsepsi siswa. Pertanyaan berkembang lebih mendalam untuk menanyakan mengenai pemahaman konsep siswa dan mengetahui tingkat keyakinan siswa dalam menyelesaikan soal. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada jawaban siswa dalam tes yang disertakan skala CRI. Skala CRI yang digunakan mengacu pada skala yang disusun oleh Hasan (1999: 296), seperti yang disajikan pada Tabel 1 berikut. 249

Tabel 1. Skala Certainty of Response Index (CRI) Skala Kategori Keterangan 0 Totally guessed answer Jika menjawab soal 100% di tebak. (Menebak) 1 Almost a guess (Agak Menebak) Jika dalam menjawab soal, presentase unsur tebakan antara 75%-99%. 2 Not Sure (Tidak Yakin Benar) Jika dalam menjawab soal, presentase unsur tebakan antara 50%-74%. 3 Sure (Benar) Jika dalam menjawab soal, presentase unsur tebakan antara 25%-49%. 4 Almost certaint (Hampir Pasti Benar) Jika dalam menjawab soal, presentase tebakan antara 1%-24%. 5 Certaint (Pasti Benar) Jika dalam menjawab soal presentase tebakan sama sekali (0%). Tingkat keyakinan siswa dikatakan rendah jika siswa mengisi skala CRI 0, 1, atau 2. Tingkat keyakinan siswa dikatakan tinggi jika siswa mengisi skala CRI 3, 4, atau 5. Hasil jawaban siswa pada soal dan isian tingkat keyakinannya pada skala CRI digunakan untuk menggolongkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep siswa digolongkan dalam empat golongan: paham konsep, tidak paham konsep (menebak), tidak paham konsep, dan miskonsepsi, dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria Pemahaman Konsep Siswa dengan CRI pada Materi Perbandingan Kriteria Jawaban Rendah (CRI < 2,5) Tinggi (CRI > 2,5) Jawaban Benar Tidak Paham Konsep (Menebak) Paham Konsep Jawaban Salah Tidak Paham Konsep Miskonsepsi 250

Selanjutnya beberapa orang siswa yang mengalami miskonsepsi diwawancarai untuk mengetahui pada konsep mana siswa mengalami miskonsepsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pekerjaan siswa pada tes obyektif yang dilengkapi dengan Certainty of Response Index (CRI) pada materi perbandingan, menunjukkan bahwa beberapa orang siswa yang mengalami miskonsepsi. Tabel 3 menyajikan persentase siswa yang paham konsep (PK), tidak paham konsep namun menebak (MB), miskonsepsi (M), dan tidak paham konsep (TPK) untuk tiap soal. Tabel 3. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori Paham Konsep (PK), Menebak (MB), Miskonsepsi (M) dan Tidak Paham Konsep (TPK) No Soal PK (%) MB (%) M (%) TPK (%) 1 13,51 40,54 13,51 32,43 2 8,10 40,54 16,21 35,13 3 16,21 51,35 8,10 24,32 4 13,51 64,86 0 21,62 Rata-rata 12,83 49,32 9,46 28,38 Soal nomor 1 mengukur indikator menjelaskan pengertian skala sebagai suatu perbandingan. Pada soal nomor 1, siswa yang memahami konsep sebesar 13,51% dan siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 13,51%. Persentase terbesar adalah siswa yang tidak paham konsep baik yang benar karena menebak ataupun salah karena memang tidak paham konsep sebesar 72,97%. Soal nomor 2 mengukur indikator menghitung faktor perbesaran dan pengecilan pada gambar berskala. Sama halnya dengan soal nomor 1, pada soal nomor 2 ini, sedikit sekali siswa yang mengalami paham konsep, yaitu hanya sebesar 8,10% dan siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 16,21%. Persentase siswa yang tidak paham konsep baik yang benar karena menebak ataupun salah karena memang tidak paham konsep sebesar 75,67%. 251

Soal nomor 3 mengukur indikator tentang menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan berbalik nilai. Pada soal nomor 3, banyaknya siswa yang paham konsep sebesar 16,21%, siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 8,10 %, sedangkan persentase siswa yang tidak paham konsep baik yang benar karena menebak ataupun salah karena memang tidak paham konsep sebesar 75,67% Soal nomor 4 mengukur indikator tentang menyelelesaikan soal yang melibatkan perbandingan senilai. Pada soal nomor 4 banyaknya siswa yang paham konsep sebesar 13,51% dan tidak ada siswa yang mengalami miskonsepsi. Persentase siswa yang tidak paham konsep baik yang benar karena menebak ataupun salah karena memang tidak paham konsep sebesar 86,48% Dari Tabel 3 terlihat bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal pada tiap indikator sebagian besar (di atas 70%) karena ketidakpahaman mereka terhadap suatu konsep, bukan karena siswa mengalami miskonsepsi. Ada sebagian kecil siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi perbandingan, yakni berkisar 8%-16%. Selanjutnya beberapa orang siswa yang mengalami miskonsepsi diwawancarai untuk mengidentifikasi kesalahan konsep apa saja yang dialami siswa pada materi perbandingan. Berikut ini akan dideskripsikan hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang siswa yang mengalami miskonsepsi. Hasil Wawancara dengan Siswa JL Siswa JL mengalami miskonsepsi pada nomor 1 dan 3, yakni pada indikator menjelaskan arti perbandingan sebagai suatu skala dan menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan berbalik nilai. Soal nomor 1 berbunyi: Jarak rumah Wawan ke sekolah 600 m. Jarak rumah Wawan ke sekolah dalam sebuah denah digambar 12 cm. Skala denah tersebut adalah.... Data hasil wawancara dengan siswa JL pada soal nomor 1 sebagai berikut: P : bisakah kamu mengerjakan soal pada nomor 1? JL : bisa bu 252

P : apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?, jika yakin apa alasannya? JL : yakin bu, karena saya merasa jawaban saya benar P : bisakah kamu menjelaskan jawaban yang kamu tuliskan? JL : karena rumusnya adalah yaitu selanjutnya saya ubah 12 cm menjadi 1200 m. Berdasarkan wawancara siswa JL memilih jawaban 1 : 2000 alasannya karena yaitu dengan skala pada gambar 12 cm di ubah menjadi 12000 m. Dari jawaban tersebut siswa JL salah dalam mengubah satuan cm ke satuan meter, yang seharusnya 0,12 m dan JL juga keliru dalam operasi pembagian tetapi JL yakin atas jawabannya benar maka dapat disimpulkan bahwa JL mengalami miskonsepsi dalam mengkonversi satuan cm ke m dan miskonsepsi dalam melakukan operasi pembagian. Sedangkan soal nomor 3 berbunyi: Suatu kelas yang kotor memerlukan waktu 18 menit apabila dibersihkan oleh 5 anak. Bila kelas tersebut dibersihkan oleh 3 anak, maka waktu yang diperlukan adalah.... Data hasil wawancara dengan siswa JL pada soal nomor 3 sebagai berikut: P : baiklah, sekarang kita lanjutkan ke soal nomor 3, jika tidak keberatan bisakah kamu mengerjakan soal pada nomor 3? JL : bisa bu 253

P : apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?, jika yakin apa alasannya? JL : yakin bu, karena saya merasa jawaban saya benar P : bisakah kamu menjelaskan langkah-langkah pekerjaanmu tadi? JL : tidak tahu (tersenyum sambil menggelengkan kepala) Berdasarkan wawancara siswa JL memilih jawaban 25 menit alasannya karena waktu 18 menit dibagi dengan 5 anak sehingga hasilnya 27 menit dan waktu 18 menit dibagi dengan 3 anak dengan hasil 24 menit sehingga 27 menit + 24 menit yaitu 51 menit. Kemudian 51 menit dibagi 5 sehingga mendapatkan hasil 25 menit, dari jawaban tersebut dapat terlihat bahwa JL salah dalam mengoperasikan pembagian waktu dengan jumlah anak. Selain itu JL juga tidak memahami cara menyelesaikan soal perbandingan berbalik nilai sehingga JL menjumlahkan 27 menit dan 24 menit. Dari hasil pekerjaan JL disimpulkan bahwa JL mengalami miskonsepsi pada konsep tentang waktu dan konsep perbandingan berbalik nilai. Hasil Wawancara dengan Siswa MY Siswa MY mengalami miskonsepsi pada soal nomor 1 dan 2, yaitu menjelaskan pengertian skala sebagai suatu perbandingan dan menghitung faktor perbesaran dan pengecilan pada gambar berskala. Data hasil wawancara dengan siswa MY pada soal nomor 1 sebagai berikut. P : apakah kamu bisa mengerjakan kembali soal nomor 1 tersebut? MY : bisa bu P : apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?, jika yakin apa alasannya? MY : yakin bu, karena sepertinya jawaban saya sudah benar P : bagaimana cara kamu mengerjakan soal tersebut? MY : tidak tahu bu (tersenyum) Berdasarkan pekerjaan siswa MY memilih jawaban 1 : 2000 alasannya karena perbandingannya yaitu jarak berbanding skala pada gambar yaitu. Selanjutnya skala pada gambar 12 cm dikali dengan 100 menjadi 1200 untuk 254

mengubah satuan dari sentimeter menjadi meter. Dari jawaban siswa MY menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukannya sama dengan kesalahan yang dilakukan siswa JL yaitu salah dalam memahami konsep konversi satuan dan konsep pembagian. Namun bisa juga kesalahan ini karena menyontek dengan temannya. Sedangkan soal nomor 2 berbunyi: Jarak kota Jakarta dan Purwokerto adalah 580 km. Jika kedua kota tersebut digambar pada peta dengan skala 1 : 1.450.000, maka jarak kota Jakarta dan Purwokerto pada peta adalah... cm. Data hasil wawancara dengan siswa MY pada soal nomor 2 sebagai berikut: P : baiklah jika kamu tidak keberatan bisakah kamu mengerjakan soal nomor 2? MY : bisa bu P : apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?, jika yakin apa alasannya? MY : kurang yakin bu P : bagaimana cara kamu mengerjakan soal tersebut? MY : tidak tahu bu (tersenyum) Berdasarkan wawancara siswa MY, tidak dapat menjelaskan pekerjaannya. Siswa MY menjawab 20 cm dengan perkiraan peneliti dari hasil pekerjaannya adalah yaitu. Dari awal pekerjaan, siswa MY telah salah memahami konsep perbandingan senilai, perbandingan yang benar adalah =. Dalam langkah selanjutnya, MY membagi masing-masing pembilang dan penyebut dengan pembilang dibagi 5 dan penyebut dibagi 10, disini dapat terlihat bahwa MY keliru dalam konsep pecahan senilai. Siswa MY juga salah dalam melakukan operasi pembagian 1.450.000 : 5, tertulis hasilnya 290, seharusnya 290.000. Siswa MY juga tidak mengubah satuan km ke cm terlebih dahulu. Siswa MY juga salah dalam membagi 290 : 58 = 20. Dari pekerjaannya siswa MY belum memahami tentang konversi, pecahan senilai, dan melakukan operasi pembagian. 255

Hasil Wawancara dengan Siswa MW Siswa MW mengalami miskonsepsi pada nomor 2 yaitu menghitung faktor perbesaran dan pengecilan pada gambar berskala. Data hasil wawancara dengan siswa MW dalam soal nomor 2 sebagai berikut: P : bisakah kamu mengerjakan soal nomor 2? MW : bisa bu P MW : apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?, jika yakin apa alasannya? : tidak yakin bu, karena saya lupa caranya Berdasarkan hasil pekerjaan siswa MW, ia memilih jawaban 60 cm dengan alasan jarak pada peta dibagi dengan jarak sebenarnya yaitu dengan hasil 60 cm. MW tidak dapat menjelaskan bagaimana ia memperoleh jawaban tersebut, kemungkinan MW hanya menebak. Dalam skala CRI siswa mengisi pada option D, artinya siswa agak yakin dengan jawabannya, siswa MY merasa unsur tebakan antara 25%-49% dalam menjawab soal. Namun dalam wawancara MW mengatakan tidak yakin atas jawabannya benar karena siswa lupa caranya. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa MW tidak mengalami miskonsepsi, namun siswa MW tidak memahami konsep operasi pembagian. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal pada materi perbandingan. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CRI efektif untuk menganalisis miskonsepsi siswa. Siswa mengalami miskonsepsi atau tidak paham konsep dapat dibedakan dengan melihat jawaban siswa pada skala CRI. Siswa yang tidak paham konsep akan menuliskan skala 0, 1, atau 2 pada skala CRI untuk jawaban yang salah karena ketidakyakinan atau kekurangyakinannya terhadap jawaban yang diberikannya. Sebaliknya, siswa yang mengalami miskonsepsi, walaupun jawaban yang diberikannya salah, ia 256

memiliki keyakinan yang tinggi bahwa jawabannya benar, yang ditunjukkan pada skala CRI yang diisinya pada skala 3, 4, 5, atau 6. Hasil penelitian tentang konsepsi siswa pada materi perbandingan menunjukkan bahwa persentase siswa yang tidak paham konsep (baik yang karena menebak maupun yang menjawab salah karena memang tidak paham konsep) lebih banyak daripada siswa yang mengalami miskonsepsi. Siswa yang tidak paham konsep sebesar 77,70%. Siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 9,46%, sedangkan siswa yang paham konsep sebesar 12,83%. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran tentang perbandingan di kelas tersebut belum membuat siswa paham akan konsep perbandingan. Siswa yang menjawab benar pun, tidak yakin akan jawaban mereka. Hal ini ditunjukkan dengan skala CRI yang rendah (<2,5). Besarnya persentase siswa yang menebak (49,32%) menunjukkan bahwa jawaban benar yang diberikan siswa dalam soal pilihan ganda, kemungkinan diperolehnya dengan cara menyontek, sehingga keyakinan mereka akan jawaban tersebut benar rendah. Soal pilihan ganda memudahkan siswa dalam menyontek, jika tanpa pengawasan yang benar, oleh karena itu perlu kiranya memodifikasi soal pilihan ganda yang dilengkapi dengan alas an. Dalam analisis konsepsi siswa dalam materi perbandingan ditemukan 9,46% siswa yang mengalami miskonsepsi. Melalui wawancara diperoleh bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa antara lain pada konversi satuan, operasi pembagian, pecahan senilai, dan juga pada konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai itu sendiri. Dari miskonsepsi yang terjadi terlihat bahwa siswa memiliki pemahaman yang rendah pada konsep awal yang seharusnya dimiliki siswa sebelum mempelajari perbandingan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suparno (2013: 34) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa adalah prakonsepsi atau konsep awal siswa. Wafiyah (2012: 136) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa salah satu penyebab miskonsepsi siswa adalah guru tidak mengecek pemahaman konsep siswa pada materi yang diajarkan sebelumnya. 257

Penggalian miskonsepsi siswa yang dilakukan dengan mewawancarai siswa yang mengalami miskonsepsi belumlah mendalam, dalam hal ini pewawancara kurang mengejar pertanyaan mengapa siswa merasa dirinya benar, padahal yang dilakukannya salah, sehingga dapat mendeteksi lebih lanjut, apa yang dipahaminya tentang sebuah konsep tertentu. Pada pengumpulan data melalui proses wawancara dengan siswa diperoleh beberapa kendala, antara lain siswa kurang memberikan respon saat diminta untuk memberikan langkah-langkah mereka dalam menjawab soal, khususnya ketika menggali miskonsepsi siswa pada materi perbandingan. Hal ini terjadi karena saat siswa diminta mengerjakan soal, tidak diminta memberikan alasan. Siswa beralasan lupa bagaimana cara mereka menyelesaikan soal-soal tes yang telah dilaksanakan sebelumnya. Padahal, wawancara dilakukan hanya berselang satu hari dari tes yang dilakukan. Ini dapat disebabkan oleh sebenarnya siswa menjawab dengan menebak akan tetapi memberikan skor CRI yang tinggi (3 atau 4). Sehingga menjadi hambatan saat menelusuri bentuk dan penyebab miskonsepsi siswa. Jadi siswa pada dasarnya siswa bukan mengalami miskonsepsi, tetapi memang tidak memahami konsep. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) 9,46% siswa kelas VII C SMP ABDI AGAPE Pontianak mengalami miskonsepsi pada materi perbandingan, (2) Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam materi perbandingan antara lain pada konversi satuan, operasi pembagian, pecahan senilai, konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada guru agar dapat melakukan apersepsi yang berkaitan dengan konsep prasyarat pada saat awal pembelajaran dan mengecek kepahaman siswa terhadap materi prasyarat tersebut. Kepahaman siswa dalam materi prasyarat akan menudahkan siswa mempelajari mempelajari konsep-konsep selanjutnya. Selain itu, apabila ditemukan 258

miskonsepsi pada siswa, hendaknya guru memperbaiki miskonsepsi tersebut dengan cara menjelaskan konsep yang benar kepada siswa. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian remediasi penanggulangan miskonsepsi siswa dalam materi perbandingan. DAFTAR PUSTAKA Berg, E. V. D., dkk. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: UKSW. Hasan, S., Bagayoko, D., & Kelley, E.L. 1999. Misconception and the Certainty of Response Index (CRI). Physics Education. XXXIV (5): 294-299. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Tayubi, Y. R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-konsep Fisika Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan. XXIV(3): 4-9. Wafiyah, N. 2012. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dan Faktor-Faktor Penyebab Pada Materi Permutasi Dan Kombinasi Di Sma Negeri 1 Manyar. Gamatika. II (2): 128-138. 259