Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALJABAR DENGAN MODEL ELABORASI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SISI DATAR BANGUN RUANG ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA

Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Penugasan Mind Map untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF MATEMATIKA MAHASISWA STKIP TAPANULI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

PEMBELAJARAN TPS BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Heni Lailatul Badriah, Sudarti, Bambang Supriadi

BAB III METODE PENELITIAN. yang akan digunakan dalam penelitin ini adalah metode experimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dalam bentuk Pre-eksperimen dengan jenis one-group pretest-postest

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

Ilham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

1. BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pekalongan. Populasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester genap

Pendidikan Matematika FKIP Universitas lambung Mangkurat Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok kedua sebagai kelompok Kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNKHAIR Hasan Hamid Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Khairun Email:hasan.hamid@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah Kalkulus II (dua) materi Integral Tertentu dan Aplikasi Integral dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unkhair tahun akademik 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan control group pretest-posttest design. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan yang ditunjukkan dengan gain yang ternormalisasi (N-Gain) pada kelas ekperimen yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih besar dari kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional atau sebesar g kls Ekps = 0,67 dengan klasifikasi sedang, sedangkan peningkatan pada tiap aspeknya yaitu fluency (berpikir lancar) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Eks Flex = 0,53, flexibility (berpikir luwes) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Eks Flex = 0,61, originality (orisinalitas berpikir) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Eks Flex = 0,57 dan elaboration (penguraian) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori tinggi atau g kls Eks Ela = 0,71, maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Integral Tertentu dan Aplikasi Integral dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unkhair tahun akademik 2010. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif PENDAHULUAN Tidak ada kata terlambat yang harus dikenalkan dan diasah oleh para mahasiswa adalah kemampuan kreativitas dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sekarang ini maupun yang akan datang. Salah satunya adalah melalui pembelajaran Kalkulus karena konsep dan prinsipnya dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah yang membutuhkan kreativitas. Karena dengan mempelajari Kalkulus diharapkan mahasiswa dapat menumbuhkan keterampilan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu akan dapat mengembangkan keterampilan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip matematis untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari hasil amatan selama ini menunjukkan bahwa 4 (empat) aspek ketrampilan berpikir yang dikemukan oleh William dalam Munandar 52

(1987: 88-91) yakni fluency (berpikir lancar), flexibility (berpikir luwes), originality (orisinalitas berpikir) dan elaboration (penguraian) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika semester 2 (dua) tahun akademik 2010 FKIP Unkhair menunjukkan bahwa yang terlihat hanyalah aspek fluency (berpikir lancar), itupun hanya pada saat bertanya dan menjawab apa yang telah disampaikan oleh Dosen dalam proses perkuliahan dengan frekuensi yang sangat kecil atau sebesar 6 % dari kehadiran mahasiswa. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena selama ini belum diberi ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk mengembangkan ketrampilan berpikir mereka. Berdasarkan permasalahan yang dikemukan ini, maka perlu dikembangkan proses pembelajaran yang mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kreatif dan salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah Kalkulus II (dua) materi Integral Tertentu dan Aplikasi Integral dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unkhair tahun akademik 2010. Menurut Ibrahim dan Nur (2005: 7) Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri yang mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri serta belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak. Adapun ketrampilan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek (divergen). Tahapan pembelajaran berbasis masalah dan aspek kemampuan berpikir kreatif yang akan diteliti meliputi (1) tahap orientasi pada masalah, (2) tahap mengorganisasikan untuk belajar, (3) tahap membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta (5) tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sedangkan aspek dan indikator ketrampilan berpikir kreatif yang akan diteliti dapat disajikan pada tabel berikut: 53

Tabel 1. Indikator Ketrampilan Berpikir Kreatif yang diteliti fluency lancar) Aspek (berpikir flexibility (berpikir luwes) originality (orisinalitas berpikir) elaboration (penguraian) Indikator Ketrampilan Berpikir Kreatif yang diteliti Mengungkapkan gagasan dengan lancar Jika diberikan pertanyaan mampu menjawab dengan berbagai aspek Secara tepat dan cepat mampu mengoreksi kesalahan dan kelemahan dari objek atau situasi yang dilihat Memberikan multitafsir terhadap soal dalam bentuk gambar, cerita atau masalah Memikirkan beragam cara dalam menyelesaikan soal berbentuk masalah Terstruktur dalam menggolongkan sesuatu berdasarkan kategori yang berbeda. Berinovasi untuk mendapatkan hal yang baru Mengembangkan ide-ide yang telah ada menjadi kreasi yang diperbaharui Menguraikan masalah yang diberikan dengan langkah yang terperinci Melakukan penyelidikan secara detail dari langkah-langkah menyelesaikan masalah METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan control group pretest-posttest design yakni dibagi dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 (dua) kelas B program studi pendidikan matematika tahun akademik 2010 yang memprogramkan mata kuliah Kalkulus II sebanyak 53 mahasiswa yang dikelompokkan menjadi dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 pada saat peneliti sebagai dosen model pada kegiatan Lesson Study. Tabel 2.1 Control Group Pretest-Posttest Design Kelas Pre-Test Pertemuan 1 2 3 4 5 6 Post-Test 1 Q 1 X 1 X 1 X 1 X 1 X 1 X 1 Q 2 2 Q 3 X 2 X 2 X 2 X 2 X 2 X 2 Q 4 (Arikunto: 2006) Keterangan: X 1 = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen X 2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol Q 1, Q 3 = Pre-Test (tes awal) Q 2, Q 4 = Post-Test (tes akhir) 54

Adapun instrumen tes yang digunakan adalah tes uraian untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif yang meliputi empat aspek kemampuan kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yaitu C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis) dan C6 (evaluasi) yang berimplikasi pada empat aspek yaitu fluency (berpikir lancar), flexibility (berpikir luwes), originality (orisinalitas berpikir) serta elaboration (penguraian). Jumlah soal sebanyak 8 soal tentang Integral Tertentu dan Aplikasi Integral. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus N-Gain g (gain ternormalisasi) sebagai berikut: Keterangan : <g> = gain ternormalisasi S post = Skor posttest < gg > = SS pppppppp SS pppppp SS mmmmmmmm SS pppppp S post = Skor pretest S maks = Skor maksimum (ideal) Tabel 2.2 Interpretasi Nilai Gain yang dinormalisai N-Gain g Nilai g g 0,7 Klasifikasi Tinggi 0,3 g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah Hake (Cheng, et. al, 2004) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa persentase skor rerata pretest, posttest, dan N-Gain g ketrampilan berpikir kreatif antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol disajikan pada diagram berikut ini: 80 70 60 50 40 30 20 10 0 73.47 67.94 47.02 25.45 28.93 17.25 Pretest posttest N-Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 3.1 Diagram Batang persentae skor rerata pretest, posttest, dan N-Gain g ketrampilan berpikir kreatif 55

Berdasarkan gambar 3.1 diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase N-Gain g ketrampilan berpikir kreatif yang cukup signifikans setelah diterapkannya pembelajaran berbasis masalah pada kelas ekperimen jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya diberikan pembelajaran secara konvensional atau terjadi peningkatan persentase N-Gain g sebesar 39,01 %. Interpretasi N-Gain g untuk masing-masing kelas menunjukkan bahwa kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Ekps = 0,67 sedangkan kelas kontrol termasuk kategori rendah atau g kls Kont = 0,28. Selanjutnya dari hasil analisis untuk N-Gain g persentase rerata skor 4 (empat) aspek ketrampilan berpikir kreatif yang meliputi aspek fluency (berpikir lancar), flexibility (berpikir luwes), originality (orisinalitas berpikir) serta elaboration (penguraian) dapat disajikan dalam diagram berikut ini: N-Gain (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 53.27 25.03 61.04 57.65 29.18 28.66 71.79 38.59 Fluency (berpikir lancar) Flexibility (berpikir luwes) Originality (orisinalitas berpikir) Elaboration (penguraian) Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 3.2 Diagram Batang persentae skor rerata N-Gain g 4 (empat) aspek ketrampilan berpikir kreatif Berdasarkan gambar 3.2 menunjukkan terjadi peningkatan persentase skor rerata N- Gain 4 (empat) aspek ketrampilan berpikir kreatif yang cukup signifikan antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol dan urutan peningkatan yang terbesar adalah elaboration (penguraian), flexibility (berpikir luwes), originality (orisinalitas berpikir) dan fluency (berpikir lancar). Aspek elaboration (penguraian) yakni mahasiswa mampu menguraikan masalah yang diberikan dengan langkah yang terperinci karena dalam proses pembelajaran berbasis masalah mahasiswa dilatih mengembangkan kemampuan tersebut, disamping itu mereka juga dibiasakan melakukan penyelesaian dengan menggunakan langkah-langkah secara detail. Interpretasi aspek 56

elaboration (penguraian) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori tinggi atau g kls Eks Ela = 0,71, sedangkan untuk kelas kontrol dalam kategori sedang atau g kls Kont Ela = 0,38. Aspek flexibility (berpikir luwes) termasuk dalam urutan kedua peningkatan ketrampilan berpikir kreatif setelah diterapkan pembelajaran berbasis masalah, hal ini dimungkinkan karena mahasiswa selalu diberikan beberapa contoh gambar, cerita atau masalah yang berkaitan dengan luas daerah dibawah kurva serta model-model gambar tiga dimensi yang bisa didekati dengan konsep volume benda putar sehingga mereka terstruktur dalam menyelesaikan soal dengan kategori berbeda. Interpretasi aspek flexibility (berpikir luwes) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Eks Flex = 0,61, sedangkan untuk kelas kontrol dalam kategori rendah atau g kls Kont Flex = 0,29. Aspek originality (orisinalitas berpikir) termasuk dalam urutan ketiga peningkatan ketrampilan berpikir kreatif setelah diterapkan pembelajaran berbasis masalah. Aspek ini memang sulit untuk dikembangkan karena mahasiswa belum terbiasa berinovasi untuk mendapatkan hal yang baru serta mengembangkan ide-ide yang telah ada menjadi kreasi yang diperbaharui. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa belum terbiasa mencari referensi pendukung lainnya dalam belajar Kalkulus II. Interpretasi aspek originality (orisinalitas berpikir) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Eks Flex = 0,57, sedangkan untuk kelas kontrol dalam kategori rendah atau g kls Kont Flex = 0,28. Aspek fluency (berpikir lancar) termasuk dalam urutan keempat peningkatan ketrampilan berpikir kreatif setelah diterapkan pembelajaran berbasis masalah, hal ini dimungkinkan karena rerata kemampuan awal/kemampuan dasar mahasiswa masih sangat rendah sehingga masih sulit untuk mengungkapkan gagasan yang bervariasi jika diberikan permasalahan serta rerata mahasiswa belum terbiasa memberikan beberapa alternatif jawaban dari soal yang diberikan. Interpretasi aspek fluency (berpikir lancar) untuk kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang atau g kls Eks Flex = 0,53, sedangkan untuk kelas kontrol dalam kategori rendah atau g kls Kont Flex = 0,25. SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan yang ditunjukkan dengan N-Gain (gain yang ternormalisasi) untuk kelas eksperimen sebesar g kls Ekps = 0,76 dan termasuk klasifikasi tinggi yang diberikan model pembelajaran 57

berbasis masalah dengan kelas kontrol sebesar g kls Kont = 0,28 termasuk klasifikasi rendah yang hanya diberikan model pembelajaran secara konvensional. 2. Peningkatan tiap aspek dengan urutan elaboration (penguraian) dengan klasifikasi tinggi, flexibility (berpikir luwes) klasifikasi sedang, originality (orisinalitas berpikir) klasifikasi sedang dan fluency (berpikir lancar) setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Integral Tertentu dan Aplikasi Integral dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unkhair tahun akademik 2010. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI, Cetakan Ketigabelas). Jakarta : Rineka Cipta. Cheng, K., et al. (2004). Using an Online Homework System Enhances Students Learning Of Physics Consepts in an Introdutory Physics Course. Journal American Association of Physic Teacher. 72, 11, 1447 1453. Ibrahim, M. dan Nur, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah (Edisi 2). Surabaya : Unesa University Press. Munandar, U. (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia. 58