BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PENDAHULUAN. anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

TINJAUAN PUSTAKA. konsumen akan barang tersebut turun, apabila semua faktor-faktor lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Indonesia, 6 November 2012,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

Harga (Pq) Supply (S)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. LANDASAN TEORI A.

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik. Salah satunya adalah dari bahan pangan hewani. Kebutuhan konsumsi hewani erat kaitannya dengan supply daging dalam negeri. Saat ini, permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh supply yang memadai. Pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu tujuan pembangunan Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, kesehatan dan tingkat pendidikan. Salah satu sumber gizi adalah pangan asal hewani yang berupa protein, dimana salah satunya terdapat pada daging sapi. Hampir semua orang suka makan daging sapi. Semakin tinggi tingkat penghasilan individu, biasanya permintaan daging sapi pun meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan individu untuk membeli daging sapi, yang memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga daging kambing ataupun harga daging ayam. Permintaan daging sapi tidak mengenal musim. Setiap hari pasti ada permintaan terhadap daging sapi. Bahkan, pada hari-hari besar seperti lebaran, lebaran haji, natal, tahun baru, serta upacara adat; permintaan daging sapi akan mengalami peningkatan yang cukup drastis. Peningkatan permintaan daging sapi yang melonjak seperti ini mengakibatkan kenaikan harga yang sangat signifikan dari harga awal. Biasanya peningkatan harga ini akan berlangsung cukup lama,

hingga beberapa hari atau minggu setelah perayaan hari besar selesai. Setelah selesai hari raya besar, biasanya permintaan akan daging sapi berangsur turun sehingga harga daging sapi akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit, hingga harga menjadi stabil. Walaupun banyak orang yang menyukai dan mengkonsumsi daging sapi, konsumsi daging sapi di Indonesia masih tergolong rendah taitu 1,8 2 kg/kapita/tahun. Angka ini masih jauh dari konsumsi daging Negara tetangga, seperti Malaysia yaitu 7 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2011, Dinas Peternakan Sumatera Utara menyebutkan bahwa populasi sapi potong di Kota Medan hanya 2.542 ekor dengan produksi daging sapi mencapai 3.233,36 ton. Sementara permintaan daging sapi di kota Medan hanya 1,522 kg/kapita/tahun. Ini masih jauh dibawah standard konsumsi daging di Indonesia yaitu 6,5 kg/kapita/tahun (Simamora, 2008). 2.1.1 Kandungan Gizi dalam Daging Sapi Sapi atau lembu adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Adapun dalam tulisan Anonimous (2012), kandungan dan manfaat yang terdapat dalam daging sapi adalah sebagai berikut : a. Zat Besi Zat besi adalah salah satu kebutuhan penting bagi tubuh kita. Kita bisa mendapatkan zat besi dari daging sapi karena daging sapi mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia sehingga tubuh menjadi lesu.

Zat besi pada daging sapi bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh, mempengaruhi semangat belajar anak dan juga sebagai benteng bagi tubuh kita karena zat besi bisa meningkatkan kekebalan tubuh. b. Protein Daging sapi juga mengandung kandungan gizi yang tidak kalah pentingnya dari zat besi, yaitu proetin. Protein sangat penting karena bisa membantu perkembangan otak pada anak. Selain itu protein juga bisa membantu tubuh Anda untuk membentuk jaringan baru pada otot-otot Anda. c. Selenium Kandungan gizi lainnnya pada daging sapi adalah selenium. Selenium sangat dibutuhkan untuk membentuk zat antioksidan dan meningkatkan imunitas anak. d. Seng atau Zinc Zat seng juga terdapat pada daging sapi. Zat ini memiliki fungsi untuk meningkatkan metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan zat seng bisa menyebabkan gangguan pada pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma serta mengganggu fungsi kekebalan tubuh. e. Vitamin B Kompleks Konsentrasi dan daya ingat bisa menjadi masalah tersendiri bagi kita. Vitamin B kompleks pada daging sapi membantu kerja sistem saraf otak sehingga mampu membantu menjaga konsentrasi dan meningkatkan daya ingat. f. Omega 3 Kandungan gizi daging sapi yang terakhir adalah omega 3. Omega 3 membantu fungsi jantung, sistem saraf pusat dan hati. Dalam 150 gram daging sapi, terkandung sekitar 30 gram asam lemak Omega 3.

2.1.2 Permintaan Daging Sapi Rasyaf (2010) menuliskan bahwa masyarakat kita telah biasa menyertakan daging sapi dalam menu makanan harian dikarenakan oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat. Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging sapi ini akan menghasilkan permintaan. Di masa mendatang, permintaan daging sapi diperkirakan akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus berlangsung akan menyebabkan permintaan daging sapi semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, permintaan daging sapi untuk dikonsumsi di Indonesia masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pemasaran daging sapi secara nasional. Santoso dan Titik (2011) menuliskan bahwa jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa. Pembeli daging sapi bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkatan pendapatan. Bahkan, saat ini pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu daging sapi. Masalah banyaknya konsumen itulah yang kurang ditangkap oleh para distributor dan peternak. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut (Rasyaf, 2011) adanya dua hal yang menjadi pertimbangan, yakni: 1. Banyak peternak dan distributor yang masih mempunyai anggapan bahwa daging sapi itu dekat dengan mereka yang penghasilan menengah ke atas sehingga

tidak heran bila pemasar daging sapi banyak dilakukan di kota-kota besar yang dianggap potensial. 2. Alasan lain adalah biaya transportasi dan potensi daya beli masyarakat di wilayah pemasaran. Memang pemasaran antar wialayah itu dilakukan pada daerah sekitar peternakan atau terbatas pada kemampuan yang layak secara ekonomis. Itulah sebabnya banyak peternakan yang berdiri di sekitar kota besar saja, sekalipun pasarnya sudah jenuh. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Permintaan Kegunaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia menyebabkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu barang dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu menunjukkan kuantitas (jumlah) barang yang di minta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi waktu, maka harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan harga tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian, harga suatu barang dapat berbeda beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu disebut permintaan (Wijaya, 1991). Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang

maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap. Asumsi inilah yang disebut dengan ceteris paribus (Sukirno, 1994 ). Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan. Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Pada kurva tersebut dapat dilihat bahwa terjadi perubahan jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu. Konsep permintaan didasarkan pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun (law of diminishing marginal utility), yang menyatakan bahwa dengan makin banyaknya produk yang dikonsumsi, makin berkurang kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan selanjutnya. Hal ini merupakan penyebab dari kemiringan negatif kurva permintaan dan hubungan terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Menurut Nasution (2008), perubahan permintaan terjadi disebabkan oleh perubahan beberapa faktor, apakah sebagai faktor utama (harga barang itu sendiri) maupun faktor lainnya sebagai pendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang. Pengaruh barang lain terhadap jumlah permintaan atas suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya, yaitu barang substitusi dan barang komplementer.

Dalam praktek ekonomi sehari-hari, perilaku permintaan relatif mendominasi dalam perekonomian baik dalam skala mikro maupun makro. Kekuatan permintaan berdampak pada tingkat kemakmuran suatu rumah tangga atau negara (Putong, 2005). Komoditi dipakai untuk memenuhi keinginan dan keperluan, dan hampir selalu ada lebih dari satu komoditi yang dapat memenuhi setiap keinginan atau keperluan. Komoditi-komoditi semacam itu bersaing satu sama lain untuk memperoleh perhatian pembeli (Kadariah, 1994). Bila harga suatu barang berubah, hal ini tidak hanya mempengaruhi permintaan barang tersebut, tetapi juga mempengaruhi permintaan barang lain. Perubahan yang terjadi selalu bisa dipecah menjadi dua komponen, yaitu komponen substitusi dan komponen pendapatan (Nicholson, 1994). Kurva permintaan terhadap suatu komoditi mempunyai lereng yang menurun (dari kiri atas ke kanan bawah) karena makin rendah harga komoditi, makin murah komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994). 2.2.2 Permintaan Hasil Hasil Pertanian Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencakup:

Subsektor perkebunan Subsektor perikanan Subsektor peternakan. Putong (2005) menuliskan bahwa hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama, sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat tidak elastis (turun naiknya harga tidak terlalu berpengaruh pada permintaan). Karena diketahui komoditas pertanian tergolong sebagai komoditas konsumsi primer maka dalam jangka panjang permintaan atas produk tersebut relatif tetap jumlahnya namun menurun dalam proporsinya. Permintaan produk pertanian ini tidak peka terhadap harga, akan tetapi harga relatif peka terhadap permintaan (harga cenderung naik apabila permintaannya naik). Oleh karenanya, dari sisi pandang hukum permintaan, permintaan komoditas pertanian relatif bersifat inelastis. Dari sisi pandang produsen, karena produk pertanian tidak bersifat siap jadi sebagaimana halnya produk manufaktur, penawaran relatif tidak merespon perubahan harga (berapapun harga jumlah barang yang ditawarkan relatif tetap). Pertambahan produksi hanya bisa dilakukan dengan cara memperluas lahan produksi (ekstensifikasi), penemuan teknologi pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas lahan secara intensif. Pemanfaatan teknologi pengawetan (dalam kaleng) atau kemasan lainnya sangat bermanfaat untuk produksi yang bersifat alami, di mana hasilnya bergantung pada kemurahan alam dan sedikit faktor keberuntungan teknologi (Putong, 2005).

2.2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya berhubungan erat dengan harga barang tersebut, tetapi berhubungan erat dengan faktor lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga barang tersebut. Faktor selain harga barang itu sendiri adalah pendapatan rumah tangga, harga barang lain, selera konsumen, jumlah penduduk, faktor advertensi yang dilakukan pemerintah dan sebagainya (Muslich, 1997). Awalnya dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan adalah harga daging sapi, harga barang substitusi, harga barang komplementer, PDRB per kapita dan jumlah penduduk. a. Harga daging sapi Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya. Sebaliknya. Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997). Terhadap faktor harga, perilaku konsumen memiliki kecenderungan bereaksi negatif. Artinya, jika harga suatu barang atau jasa semakin tinggi maka konsumen akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, jika harga suatu barang atau jasa semakin rendah maka konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta (Mushlich, 1997).

Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat. b. Harga barang substitusi Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, yaitu harga barang substitusi. Sifat dan pengaruh ketergantungan terhadap barang substitusi karena permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas sesuatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masingmasing barang tersebut memiliki hubungan yang saling menggantikan fungsi kegunaannya (Mushlich, 1997). Jika harga daging sapi naik, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, jika harga daging sapi menurun, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami penurunan. c. Harga barang komplementer Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain sebagai pelengkap barang tersebut. Sifat dan pengaruh ketergantungan terhadap barang pelengkap karena permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh secara langsung. Pengaruh mempengaruhi atas sesuatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang tersebut memiliki hubungan yang saling melengkapi fungsi kegunaannya. Jika harga barang komplementer naik, maka akan meningkat pula harga barang yang membutuhkan barang pelengkap tersebut (Mushlich, 1997).

Jika harga daging sapi menurun, maka permintaan terhadap barang komplementer meningkat. Sebaliknya, jika harga daging sapi naik, maka permintaan terhadap barang komplementer menurun. d. PDRB per kapita Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk dalam suatu daerah. Besarnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi daya beli setiap rumah tangga (Mushlich, 1997). Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat. Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun. e. Jumlah penduduk Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar kecenderungan bertambahnya jumlah permintaan konsumen. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan atas barang tersebut yang memenuhi keperluan penduduk yang bertambah semakin banyak jumlahnya. Ini berarti, hubungan jumlah penduduk dan barang yang diminta adalah positif (Mushlich, 1997). Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Dalam penelitian ini, awalnya faktor-faktor yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap permintaan daging sapi adalah kelima faktor diatas. Namun

saat data diolah, terjadi multikolinearitas yang dikarenakan kelima faktor diatas memeliki hubungan yang sangat kuat. Karena itu, agar tidak terjadi multikolinearitas, maka digunakanlah faktorfaktor dibawah ini. a. Harga daging sapi Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya. Sebaliknya. Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997). Terhadap faktor harga, perilaku konsumen memiliki kecenderungan bereaksi negatif. Artinya, jika harga suatu barang atau jasa semakin tinggi maka konsumen akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, jika harga suatu barang atau jasa semakin rendah maka konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta (Mushlich, 1997). Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat. b. PDRB per kapita Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk dalam suatu daerah. Besarnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi daya beli setiap rumah tangga (Mushlich, 1997).

Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat. Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun. c. Jumlah penduduk Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar kecenderungan bertambahnya jumlah permintaan konsumen. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan atas barang tersebut yang memenuhi keperluan penduduk yang bertambah semakin banyak jumlahnya. Ini berarti, hubungan jumlah penduduk dan barang yang diminta adalah positif (Mushlich, 1997). Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit. d. Produksi Produksi adalah banyaknya jumlah barang yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah barang yang diproduksi, maka semakin tinggi permintaan terhadap barang tersebut. Jika semakin banyak daging sapi yang diproduksi, berarti semakin tinggi permintaan terhadap daging sapi. Sebaliknya, semakin rendah permintaan terhadap daging sapi maka semakin rendah jumlah daging sapi yang diproduksi.

2.2.4 Regresi Linier Berganda Yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa yang akan mendatang dengan menggunakan data masa lalu. Data masa lalu ini diolah dengan menggunakan metode analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan nilai variabel terikat dengan adanya perubahan dari variabel bebas. Analisis regresi ini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis regresi yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier. Analisis regresi linier merupakan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dengan menggunakan persamaan linier. Jika menggunakan satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel bebas maka disebut analisis regresi linier berganda. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang terabaikan. Menurut (Siregar, 2013) bentuk umum dari persamaan linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut. YY = aa 0 + bb 1 XX 1 + bb 2 XX 2 + bb 3 XX 3 + bb 4 XX 4 + µ Dimana : Y = variabel terikat a b 1 -b 4 = Konstanta = Koefisien variable regresi X 1 -X 4 = variabel bebas µ = kesalahan pengganggu

2.2.5 Pengujian Parameter Model Regresi Linier Berganda Menurut (Siregar, 2013), pengujian parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, baik secara serentak maupun secara parsial. a. Pengujian Parameter secara Serentak/Simultan (Uji F) Prosedur pengujian parameter secara serempak adalah sebagai berikut : - Membuat hipotesis H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang nyata secara serempak antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. H 1 : Terdapat pengaruh yang nyata secara serempak antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. - Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H 0 : β = 0 H 1 : β 0 - Membuat taraf signifikansi α - Kaidah pengujian Jika F hitung F tabel atau sig > 0,05, maka H 0 diterima Jika F hitung > F tabel sig < 0,05, maka H 1 diterima - Menghitung F hitung dan F tabel - Membandingkan F hitung dan F tabel dan signifikan Tujuan membandingkan antara F hitung dengan F tabel dan signifikan adalah untuk mengetahui apakah H 0 diterima atau H 1 diterima berdasarkan kaidah pengujian. - Mengambil keputusan

Tujuan dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang terpilih apakah H 0 atau H 1. b. Pengujian Parameter secara Parsial (Uji t) Prosedur pengujian parameter secara individual adalah sebagai berikut : - Membuat hipotesis H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang nyata secara parsial antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. H 1 : Terdapat pengaruh yang nyata secara parsial antara kelompok variabel bebas terhadap kelompok variabel terikat. - Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H 0 : β = 0 H 1 : β 0 - Membuat taraf signifikansi α - Kaidah pengujian Jika t hitung t tabel atau sig > 0,05, maka H 0 diterima Jika t hitung > t tabel atau sig < 0,05, maka H 1 diterima - Menghitung t hitung dan t tabel - Membandingkan t hitung dan t tabel dan signifikansi Tujuan membandingkan antara t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansi adalah untuk mengetahui apakah H 0 diterima atau H 1 diterima berdasarkan kaidah pengujian.

- Mengambil keputusan Tujuan dari membuat keputusan adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang terpilih apakah H 0 atau H 1. 2.3 Kerangka Pemikiran Salah satu hasil dari subsektor peternakan yang memiliki peran penting dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah daging sapi. Dewasa ini permintaan daging sapi di Kota Medan sebagai bahan makanan pokok semakin meningkat. Namun sampai saat ini produksi daging sapi belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi. Upaya peningkatan produksi daging sapi di Kota Medan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan perluasan areal produksi. Hal ini bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan permintaan dan meningkatkan kebutuhan permintaan masyarakat. Disamping itu, pertambahan jumlah penduduk dan PDRB per kapita juga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan. Di Pasar, harga daging sapi selalu berubah sesuai dengan kondisi pasar. Perubahan harga daging sapi inilah yang nantinya akan mengakibatkan perubahan permintaan akan daging sapi. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Permintaan Daging Sapi (Y) Harga Daging Sapi (X 1 ) Tingkat Pendapatan Per Kapita (X 2 ) Jumlah Penduduk (X 3 ) Produksi (X 4 ) Keterangan : : Pengaruh : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gambar1. Kerangka Hubungan Antar Variabel 2.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : Harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk, dan produksi berpengaruh nyata terhadap perubahan permintaan daging sapi di Kota Medan.