psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Standar

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

2015 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA PENENTUAN NILAI KALORI MAKANAN

kualitas negara dimata internasional. 1

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan bagian dari pendidikan yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) informasi pada

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya. sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurul Arini Pratiwi, 2013

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Listrik Dinamis di Kelas X SMA Negeri 3 Lamongan, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains, ISBN , (2014), 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Rusman, 2011). Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 31 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan yang terdiri Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Poses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Salah satu standar yang harus diterapkan adalah standar proses. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah juga dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia yaitu Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta 1

2 psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan (Lampiran Permendikbud Nomor 65 tahun 2013). Pemerintah telah menyusun suatu perangkat pembelajaran yaitu Silabus yang memuat identitas mata pelajaran, Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). Tugas guru di sini adalah mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kondisi siswa. Namun, pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah belum optimal. Seperti yang diungkapkan oleh Hamid Mohammad, Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud, guru terlalu leterlek atau kaku mengimplementasikan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 (jpnn.com) Karakteristik proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sasaran pembelajaran berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki proses psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Oleh karena itu, guru dapat mengembangkan proses pembelajaran terutama sumber belajar yang mampu mengekspos ide-ide siswa menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya. Pembelajaran fisika diperlukan suatu pengalaman belajar nyata yang langsung dialami oleh siswa. Menurut Rachel Mamlok (2011) menjelaskan bahwa

ketika siswa dihadapkan dengan berbagai fakta ilmiah yang variatif, mereka akan lebih tertarik dalam pembelajaran sehingga meningkatkan rasa ingin tahu. Dengan rasa ingin tahu tersebut, diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Sumber belajar mempunyai peran yang amat penting dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal tersebut dipertegas oleh Depdiknas (2008) : Sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Dari sumber belajar, dapat diperoleh berbagai macam kebutuhan media pembelajaran. Media pembelajaran digunakan untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa, sehingga siswa lebih memahami mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Bahan ajar sebagai salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang diinginkan. Realitas pendidikan saat ini, belum ada bahan ajar fisika berbasis kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, guru yang masih menggunakan buku atau LKS konvensional atau buku yang hanya berisi ringkasan materi dan latihan soal, buku tersebut tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar konvensional memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kompetensi dan karakteristik siswa. Padahal dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan KI dan KD. Faktor lain yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah minat baca pelajar Indonesia. PISA merupakan salah satu studi internasional kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains yang diselenggarakan Organisation for Economic Co-Operation and Developmnet (OECD). Tingkat membaca pelajar Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65 negara Hal ini masih jauh di bawah rata-rata Negara Thailand (50) dan Malaysia (52). Sedangkan untuk literasi matematika, pelajar Indonesia berada di peringkat 64. Dan untuk literasi sains, 3

4 pelajar Indonesia juga berada di peringkat 64. Dengan hasil peringkat yang dicapai oleh murid-murid yang dikirim ke PISA, maka dapat diketahui mutu pendidikan Indonesia dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain di seluruh dunia. Upaya untuk mengatasi lemahnya minat baca pelajar Indonesia adalah dengan pengadaan bahan ajar yang mampu mendorong siswa untuk membaca. Salah satu bahan ajar yang digunakan adalah modul. Modul dibuat dengan menggunakan model pembelajaran yang menimbulkan suasana senang belajar. Salah satu model pembelajaran yang tepat adalah Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E. Untuk Siklus belajar 7E meliputi elicit, engage, explore, explain, elaborate, extand, dan evaluate. Hal ini didasarkan pada penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain : (1) Wawan (2012) menyatakan bahwa penerapan model Siklus belajar 7E meningkatkan motivasi belajar siswa pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Banyudono tahun 2011/2012. (2) Hartono (2013) menyatakan bahwa penerapan model Siklus belajar 7E dapat meningkatkan kemampuan kritis siswa kelas 8H SMPN 21 Semarang. (3) Irma (2013) menyatakan bahwa bahwa adanya peningkatan siginifikan hasil belajar pembelajaran yang menggunakan pembelajaran LKS berbasis siklus belajar 7E dengan sig 0,008 dan penerapan LKS berbasis siklus belajar 7E dalam pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dikategorikan baik dengan frekuensi sebesar 80 % atau 24 siswa. Model pembelajaran siklus belajar adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan baru. Model tersebut akan membuat siswa menjadi kompeten dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam kegiatan pembelajaran. Materi modul berbasis siklus belajar, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Sehingga proses pembelajaran bersifat student centered. Dalam proses pembelajaran terjadi penerimaan informasi dan kemudian diolah sehingga menghasilkan produk dalam bentuk motivasi belajar.

5 Model pembelajaran siklus belajar ini mudah dipelajari dan sangat bermanfaat dalam menciptakan kesempatan dalam belajar sains dan model pembelajaran yang didasarkan pada penyelidikan (Lorsbach dan Walbert, 2012). Langkah-langkah siklus belajar 7E sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi mengamati (observasi), menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Modul berbasis Siklus belajar 7E di sekolah diharapkan dapat membantu siswa lebih memahami permasalahan dan fenomena yang mereka temukan di alam sekitar. Pengalaman belajar siswa tidak hanya melalui membaca buku. Menurut Edgar Dale dalam Sudjana (1989) bahwa symbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap ketika diberikan dalam bentuk pengalaman konkrit. Kerucut pengalaman merupakan awal untuk memberikan alasan tentang kaitan teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa, modul dilengkapi dengan video sebagai upaya menunjang gambar tak bergerak yang disajikan dalam modul. Adapun materi yang akan disampaikan adalah fluida dinamis. Siklus belajar 7E dapat diterapkan pada materi fluida dinamis karena pada silabus materi fluida dinamis terdapat pada KD 3.7 yaitu menerapkan prinsip fluida dinamis dalam teknologi. Materi fluida dinamis dapat dipelajari secara bertahap berdasarkan siklus belajar yang dimulai dari ekplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep. Tidak hanya berdasarkan silabus, berdasarkan laporan hasil ujian nasional tahun 2013/2014 di Jawa Tengah, bahwa daya serap untuk materi fluida berada pada urutan ke-3 dari bawah.

Tabel 1.1. Persentase Penguasaan Materi Soal Fisika Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2013/2014 di Jawa Tengah No. Kemampuan yang diuji Prov. Nas. 1. Besaran, satuan, dan vektor 67.46 72.63 2. Dinamika dan perubahan energi 63.02 64.13 3. Fluida statik dan fluida dinamik 54.65 61.68 4. Kinematika 70.30 66.54 5. Suhu, kalor, dan hukum termodinamika 74.20 68.76 6. Gelombang, bunyi, dan cahaya 74.67 70.81 7. Kemagnetan dan elektromagnetik 53.09 53.76 8. Listrik statik dan listrik dinamik 50.50 54.80 9. Fisika modern 72.21 62.81 (Sumber : Panduan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/2014 untuk Perbaikan Mutu Pendidikan) 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video? 2. Apakah modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video layak digunakan dalam pembelajaran fisika? 3. Apakah modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video efektif untuk pembelajaran Fisika ditinjau dari kemampuan kognitif siswa? 4. Apakah modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan produk pengembangan modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video yang layak diterapkan dalam pembelajaran fisika di kelas XI. 2. Modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video efektif untuk pembelajaran Fisika.

3. Modul fisika berbasis siklus belajar 7E untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI. 7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk berbagai kepentingan sebagai berikut : 1. Teoritis : a. Modul Fisika hasil pengembangan dapat dipakai sebagai bahan kajian tentang pengembangan Modul Fisika. b. Modul Fisika hasil pengembangan dapat dipakai sebagai sumber belajar alternatif sebagai media pembelajaran yang layak secara baik dalam proses pembelajaran Fisika. 2. Praktis : a. Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar fisika. E. Spesifikasi Produk Pengembangan Produk pengembangan yang berupa : 1. Modul fisika berbasis siklus belajar 7E Modul fisika berbasis siklus belajar 7E berdasarkan Kurikulum 2013 yang dalam format PDF. Modul memuat materi fluida dinamis. Kompetensi Inti yang mencakup penerapan konsep fluida dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi. Modul fisika berbasis siklus belajar 7E untuk SMA/MA disusun sesuai dengan komponen isi/materi, penyajian materi, keterbacaan, bahasa, dan grafika. Secara garis besar modul pembelajaran fisika berbasis siklus belajar 7E berisi tentang materi pelajaran dalam modul berbasis siklus belajar 7E meliputi Persamaan kontinuitas, persamaan Bernoulli, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi tersebut dibagi dalam 7 kegiatan belajar masing-masing kegiatan belajar disajikan berdasarkan langkah-langkah siklus

8 belajar 7E yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, extand, dan evaluate. Modul terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut : a. Judul b. Pendahuluan yang berisi deskripsi modul, petunjuk modul, dan tujuan pembelajaran. c. Peta Kompetensi d. Peta Konsep e. Kegiatan Belajar f. Rangkuman g. Evaluasi h. Glosarium i. Daftar Pustaka j. Kunci Jawaban 2. CD yang berisi video materi fluida dinamis. 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk tahap eksplorasi. 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran materi fluida dinamis. F. Definisi Istilah Operasional 1. Modul Pembelajaran : salah satu bahan ajar dengan tujuan siswa dapat belajar secara mandiri atau dengan bimbingan seminimal mungkin dari pendidik. Modul berisikan tentang materi, kegiatan yang dilakukan siswa, dan lembar evaluasi. 2. Siklus Belajar 7E (Learning cycle 7E) : metode perencanaan yang cukup berpengaruh dalam ilmu pendidikan dan konsisten dengan berbagai teori kontemporer mengenai bagaimana individu belajar. Metode ini mudah dipelajari dan sangat bermanfaat dalam menciptakan kesempatan dalam belajar sains dan model pembelajaran yang didasarkan pada penyelidikan. Siklus belajar 7E yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, extand, dan evaluate.

9 3. Motivasi Belajar : suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.