BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

TINJAUAN PUSTAKA. terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

Oleh. Firmansyah Gusasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis serta memiliki potensi ekonomi bahkan pariwisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Hampir 75 % tumbuhan mangrove hidup diantara 35ºLU-35ºLS (McGill, 1958

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I. penting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah

BAB I PENDAHULUAN km. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang menimpah baik dari

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

KRISIS HUTAN MANGROVE DI SUMATERA UTARA DAN ALTERNATIF SOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

1. Pengantar A. Latar Belakang

STUDI TENTANG KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI DESA LUBUK KERTANG KECAMATAN BRANDAN BARAT KABUPATEN LANGKAT. Oleh: ZULVITA HERTI NIA SARI NIM.

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. yang kaya dan beragam sumberdaya alam untuk dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai sumber kehidupan. Keanekaragaman sumberdaya alam tersebut meliputi sumberdaya yang dapat pulih maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih. Wilayah pesisir dan lautan merupakan potensi ekonomi Indonesia yang perlu dikembangkan. Didalamnya terkandung kekayaan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya dan beragam, seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, minyak dan gas, bahan tambang dan mineral, dan kawasan pariwisata (Suwandhi, 2007). Hutan mangrove Indonesia merupakan hutan mangrove terluas di dunia sebesar 3,244 juta Ha tahun 2009 yang tersebar di seluruh Indonesia. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti Malaysia dengan luas 625.219 ha dengan persen totalnya 13,059%, Thailand seluas 312.700 ha dengan persen totalnya 6,261%, Filipina seluas 220.242 ha dengan persen totalnya 4,410% serta Singapura 3.210 ha dengan persen totalnya 0,064%. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir yang paling luas terbentang di pulau Sumatra (19%), Kalimantan (28%) dan Papua (38% (http://www.waspada.co.id.2012. 2 juni 2013, 21.10 WIB). 1

2 Manusia tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya, bahkan sangat tergantung pada lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di lingkungan sekitarnya. Dalam memanfaatkan sumber daya alam pesisir sebagai wujud mata pencaharian. Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah menciptakan kemudian mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan terhadap manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan sumberdaya alam tersebut. Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem wilayah pesisir dan lautan yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup sehingga hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alami penting di daerah pesisir. keberadaan vegetasi dan fauna yang terdapat di hutan mangrove merupakan potensi yang dapat dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebagai sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir, hutan mangrove mempunyai fungsi biologis/ekologis, fungsi fisik, dan fungsi sosial ekonomi. Sedangkan manfaat hutan mangrovea dalah sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat (Kustanti, 2011). Sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain: pelindung garis pantai, pencegah intrusi air laut, tempat tinggal (habitat), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Kustanti, 2011).

3 Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Langkat yang terletak di pesisir pantai timur Sumatera Utara, wilayahnya merupakan kawasan pantai yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove dan berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan kawasan hutan negara Suaka Alam Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut. Desa Jaring Halus memiliki hutan mangrove yang disebut sebagai hutan desa dengan luas sekitar 57,8 Ha yang masih tergolong baik (hasil wawancara kepala desa). Mata pencaharian yang diusahakan oleh masyarakat desa jaring halus berkaitan dengan kawasan ekosistem mangrove, yaitu sebagai nelayan dan penghasilan keluarga didapatkan dari memanfaatkan sumber daya yang ada di kawasan hutan mangrove sebagai lokasi mencari ikan, udang dan kepiting ataupun sebagai sumber bahan bakar kayu, dengan demikian kehidupan warga desa Jaring Halus ini sangat bergantung pada kondisi sumberdaya laut dan sumberdaya mangrovenya dan keberadaan hutan mangrove sangat memberikan kemanfaatan yang besar bagi masyarakat, baik yang bermukim di sekitar kawasan ataupun di luar kawasan hutan. Oleh karena itu keberadan hutan mangrove harus tetap terjaga dan dilestarikan. Walaupun desa ini terisolir tetapi masyarakat mampu menjaga hutan mangrove agar tetap lestari hal ini dapat dilihat setiap pendatang yang masuk ke wilayah desa Jaring Halus dapat menyaksikan hamparan vegetasi mangrove (terutama jenis bakau-bakauan) yang mampu tumbuh lebat, menjulang, dan rapat. Kondisi hutan mangrove yang terawat dengan baik, hal ini dapat diketahui dari keterpadatan populasi tanaman mangrovenya yang cukup luas dengan keberagaman jenis yang cukup banyak.

4 Dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian hutan mengrove, tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan tokoh masyarakat dan beberapa lembaga seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati lingkungan dengan program rehabilitasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat pesisir dan peran serta masyarakatnya. Selain itu, upaya dalam menjaga kelestarian tersebut juga sangat perlu didukung oleh kesadaran dan perilaku masyarakat di dalam memanfaatkan kawasan hutan mangrove tersebut yang dapat dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove, sikap dan tindakan masyarakat dalam melestarikannya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka beberapa masalah yang dapat di identifikasi adalah Hutan mangrove sebagai wilayah pesisir yang sangat potensial dan memiliki banyak manfaat bagi lingkungan maupun masyarakat baik yang tinggal di sekitarnya maupun di luar daerahnya. Sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Dalam memanfaatkan sumber daya alam pesisir sebagai wujud mata pencaharian. Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah menciptakan dan mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan keberlanjutan terhadap keberadaan sumberdaya alam. Masyarakat Desa Jaring Halus mampu menjaga hutan mangrove agar tetap lestari hal ini dapat dilihat setiap pendatang yang masuk ke wilayah desa Jaring Halus dapat menyaksikan hamparan vegetasi mangrove (terutama jenis bakaubakauan) yang mampu tumbuh lebat, menjulang, dan rapat. Dalam pelestariannya perlu peran pemerintah ataupun tokoh masyarakat dan lembaga- lembaga yang

5 terkait seperti LSM dan lain sebagainya dalam melestarikan hutan mangrove namun dalam menjaga kelestarian hutan mangrove tidak hanya peran pemerintah, tokoh masyarakat ataupun lembaga yang terkait saja melainkan peranan masyarakat juga sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan mangrove menjadi suatu hutan lingkungan pendukung ketersediaan sumberdaya alam laut. Peranan masyarakat dalam melestarikan sumberdaya alam hutan mangrove dapat dilihat dari perilaku masyarakatnya. Prilaku masyarakat yang baik akan menjadikan suatu ekosistem mangrove akan tetap lesatri dan menguntungkan bagi lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Karena sebahagian besar aktivitas masyarakat sangat dipengaruhi oleh kawasan ekosistem mangrove seperti aktivitas sosial ekonomi dan lain sebagainya. Sehubungan dengan itu maka perlu untuk diteliti tentang perilaku masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada perilaku masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove yang dilihat dari pengetahuan tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove serta sikap dan tindakan masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove, serta bagaimana peran tokoh masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

6 1. Bagaimana perilaku masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana peran tokoh masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui peran tokoh masyarakat dalam mempertahankan kelestarian hutan mangrove di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. F. Manfaat Penelitian Yang menjadi manfaat dalam penelitian ini antara lain 1. Sebagai masukan bagi masyarakat lain tentang sikap ataupun perilaku yang harus dimiliki dalam menjaga kelestarian mangrove. 2. Menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang masalah yang diteliti 3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam objek penelitian yang sama.