POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO

OBAT ANTI HIPERTENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik itu metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

Transkripsi:

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan ini bertahan. Tekanan darah kurang dari 120/80 mmhg didefinisikan normal. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan telanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmhg atau keatas, diukur dikedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengobatan pasien hipertensi di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010. Untuk mengetahui obat-obat yang diresepkan pada pasien hipertensi berdasarkan jenis dan golongan obat hipertensi Metode penelitian ini menggunakan metode analisis diskriptif. Populasi diambil dari pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010. Dari hasil penelitian diperoleh populasi sebanyak 622 kasus hipertensi sehingga diperoleh sampel sebanyak 243 kasus yang dihitung dengan metode random sampling. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan peresepan obat hipertensi diperoleh jenis obat hipertensi yaitu: Captropil yang berjumlah 95 obat (20,5%), Amlodipin yang berjumlah 95 obat (20,5%), Furosemid yang berjumlah 77 obat (16,6%), Valsartan yang berjumlah 67 obat (14,5%), Bisoprolol yang berjumlah 61 obat (13,2%), Lisinopril yang berjumlah 29 obat (6,3%), Nifedipin yang berjumlah 23 obat (5%), H.C.T yang berjumlah 13 obat (2,8%), Spironolakton yang berjumlah 2 obat(0,4%), dan propanilol yang berjumlah 1 obat (0,2%) Kata kunci: pola peresepan, penyakit, obat, hipertensi. Farida Rahmawati, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten

46 CERATA Journal Of Pharmacy Science PENDAHULUAN Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Suheni, 2007). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks (Suheni, 2007). Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan primer. Hipertensi primer adalah merupakan jenis hipertensi yang tidak diketehui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui. (Sustrani, 2004). Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Beningna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Baligna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita di cek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan gawat yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Suheni, 2007). Faktor Risiko yang mempengaruhi Hipertensi adalah faktor genetika, bobot badan, Obesitas Pusat dan Sindrom Metabolisme, Denyut Jantung, Faktor Lingkungan (Anonim, 2001). Penyebab terjadinya Hipertensi, Kehidupan Dini, Alkohol (minuman keras) Kegiatan Fisik, Asupan Nutrisi (Anonim, 2001). Dari latar belakang yang telah diterangkan diatas maka saya mengambil judul ini dengan tujuan agar dapat mengetahui lebih jelas dan terperinci tentang obat-obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 Apotek Sehat Farma merupakan apotek di Kabupaten Klaten yang melayani pasien Askes, oleh karena itu, semua kalangan masyarakat banyak yang menebus resepnya di Apotek Sehat Farma dan jika semakin banyak masyarakat yang menebus resep disana maka data penelitian yang diperoleh akan semakin valid. Sekitar 30% dari 300 resep yang masuk di Apotek Sehat Farma setiap harinya merupakan resep untuk pasien hipertensi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Apotek Sehat Farma Klaten. Rumusan masalah : Bagaimana pola peresepan yang banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 berdasarkan penggolongan obat hipertensi?

CERATA Journal Of Pharmacy Science 47 Tujuan Penelitian :Untuk mengetahui pola peresepan obat, jenis obat dan golongan obat dalam resep yang banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010. Manfaat penelitian : Menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit hipertensi, Memberikan masukan informasi mengenai pengobatan hipertensi. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan analisis deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu obat yang digunakan pada penyakit hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 berdasarkan jenis obat dan pengolongan obat. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah resep yang digunakan untuk penderita hipertensi yang membeli obat di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 dengan jumlah 622 populasi. Sampel penelitian ini dilakukan dengan cara Simple Random Sampling (SRS) pada penderita hipertensi yang membeli obat di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten tahun 2010 dengan jumlah 243 sampel. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa data resep periode bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2010. Metode pengumpulan data dengan cara merekap seluruh resep yang didalamnya merupakan resep penderita hipertensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah penulis lakukan di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten diperoleh data-data sebagai berikut: 1. Data Jenis Obat Hipertensi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 243 resep dari jumlah populasi sebanyak 622 resep didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Obat Hipertensi No Nama Obat Hipertensi Jumlah Prosentase 1 Captril 95 39,1 2 Amlodipin 95 39,1 3 Furosemid 77 31,6 4 Valsartan 67 27,6 5 Bisoprolol 61 25,2 6 Lisinopril 29 11,9 7 Nifedipin 23 9,5

48 CERATA Journal Of Pharmacy Science 8 H.C.T 13 5,3 9 Spinorolacton 2 0,8 10 Propanolol 1 0,4 Sumber data: Lembar resep Apotik Sehat Farma Klaten Periode Januari-Desember 2010. Gambar 4.1 Grafik Persentase Jenis Obat hipertensi Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa obat-obat yang sering digunakan pasien hipertensi berdasarkan jenis obat hipertensi yaitu : Captopril (39,1), Amlodipin (39,1), Furosemid (31,6,6), Valsartan (27,6), Bisoprolol (25,2), lisinopril (11,9), Nifedipin (9,5), H.C.T (5,3), Spinorolacton (0,8) dan Propanolol (0,4). 2. Data Golongan Obat Hipertensi Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Golongan Obat Hipertensi No Golongan obat Jumlah Prosentase 1 Penghambat ACE 191 41,5 2 Kalsium Antagonis 118 25,4 3 Diuretik 92 20 4 Beta-Bloker 62 13,1 Jumlah 463 100 Sumber data: Lembar resep Apotik Sehat Farma Klaten Periode Januari Desember 2010.

CERATA Journal Of Pharmacy Science 49 Gambar 4.2 Grafik Persentase Golongan Obat Hipertensi Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat diketahui persentase peresepan obat hipertensi di Apotek Sehat Farma Klaten berdasarkan golongan obat hipertensi yaitu : golongan penghambat ACE menduduki urutan pertama dengan persentase 41,5%, kedua golongan kalsium antagonis dengan persentase 25,4%, urutan ketiga golongan diuretik dengan persentase 20%, urutan keempat golongan Angeotensin II antagonis dengan persentase 13,1% atau golongan obat hipertensi yang jarang digunakan di Apotek Sehat Farma Klaten. 3. Data Obat selain Obat Hipertensi Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Kombinasi Obat Hipertensi No Golongan obat frekuensi Prosentase (%) 1 Vitamin 138 28,8 2 Analgesik 84 17,5 3 jantung 69 14,4 4 Antasida 55 11,5 5 DM 44 9,19 6 Batuk 29 6,1 7 Penenang 24 5 8 Antihiperlipit 15 3,1 9 Asam urat 7 1,4 10 Antibiotik 6 1,3 11 Alergi 6 1,3 12 Pencahar 1 0,3 13 Asma 1 0,2 Jumlah 479 100 Sumber data: Lembar resep Apotik Sehat Farma Klaten Periode Januari -Desember 2010.

50 CERATA Journal Of Pharmacy Science Gambar 4.3 Grafik Obat selain Obat Hipertensi Berdasarkan Gambar 4.3 di atas dapat diketahui persentase Obat selain Obat Hipertensi yang diberikan pada pasien Hipertensi di Apotek Sehat Farma Klaten adalah vitamin (28,8%), analgesik (17,5%), jantung (14,4%), antasida (11,5), DM (9,19%),batuk (6,1%), penenang (5%), antihiperlipid (3,1%), asam urat (1,4%), antibiotik (1,3%), alergi (1,3%), pencahar (0,3%) dan asma (0,2%). Pembahasan Dalam penelitian ini data yang diolah adalah data resep di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten pada periode bulan Januari-Desember tahun 2010. Dan diperoleh populasi sebesar 622 kasus penyakit hipertensi. Sampel di dapat sebesar 243 dengan menggunakan metode Sistem Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan dapat diketahui bahwa obat-obat hipertensi yang diresepkan untuk pasien hipertensi di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten adalah golongan penghambat ACE menduduki urutan pertama dengan persentase 41,5%, kedua golongan kalsium antagonis dengan persentase 25,4%, urutan ketiga golongan diuretik dengan persentase 20%, sedangkan urutan keempat adalah golongan beta-bloker dengan persentase 13,1% atau golongan obat hipertensi yang jarang digunakan di Apotek Sehat Farma Kabupaten Klaten. 1. Golongan penghambat ACE. Golongan penghambat ACE menduduki urutan pertama dengan persentase 41,5%. Golongan penghambat ACE contoh : captopril dan lisinopril, karena penghambat ACE bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Obat-obat ini efektif dan pada umumnya dapat ditolerasi dengan baik. Pada beberapa pasien, penghambat ACE dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cepat. Karena itu, bila mungkin terapi diuretika dihentikan untuk beberapa hari

sebelum terapi menggunakan penghambat ACE, dan dosis pertama sebaiknya diberikan sebelum tidur (Anonim, 2000). Dari 243 sampel yang diambil penggunaan captopril sebanyak 39,1%. Captopril Merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Cara kerja renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) akan mengubah angioensin I menjadi angoitensin II yang bersifat aktif dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta mensekresi kalium. Pemberian captopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. 2. Golongan Kalsim Antagonis Golongan kalsium antagonis contoh : nifedipin, Dari 243 sampel yang diambil penggunaan nifedipin sebanyak 9,5%, H.C.T 5,3%. menduduki urutan kedua. Golongan ini bekerja dengan cara menghambat influks ion kalsium trans membran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat kedalam sel otot polos, otot jantung dan saraf. Nifedipin merelaksasikan otot polos vaskuler sehingga mendilatasi arteri koroner dan perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah. Nifedipin tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi karena menimbulkan variasi tekanan darah yang besar sehingga menggurangi manfaatnya untuk mencegah komplikasi (Anonim, 2000). 3. Golongan diuretik CERATA Journal Of Pharmacy Science 51 Urutan ketiga yaitu golongan diuretik contoh : furosemid, hidroklortiazid, dengan persentase 20%, Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu diuretik golongan tiazid (diuretik kuat). Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan sehingga menurunkan tekanan darah ( Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002).

52 CERATA Journal Of Pharmacy Science Dari 243 sampel yang diambil penggunaan nifedipin sebanyak 31,6%. Furosemide atau pil air, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi bengkak/edema dan penyimpanan cairan yang disebabkan oleh berbagai macam masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung atau hati. Furosemide juga digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi / hipertensi. Furosemide bekerja dengan membloking absorpsi garam dan cairan dalam tubulus ginjal, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah urin yang diekskresikan. Efek diuretik furosemide dapat menyebabkan deplesi cairan tubuh dan elektrolit dalam 4. Golongan beta-bloker. Golongan beta-bloker contoh : bisoprolol, menduduki urutan keempat dengan persentase 25,5% atau golongan obat yang paling sedikit atau jarang digunakan di Apotek Sehat Farma Klaten. Beta-bloker yang mempunyai durasi relatif singkat harus diberikan 2 atau 3 kali sehari. Namun banyak diantaranya yang tersedia sebagai sediaan lepas lambat, sehingga pemberiannya untuk hipertensi cukup sekali sehari. Seluruh beta-bloker memperlambat denyut jantung dan menyebabkan depresi miokard dan mencetuskan gagal jantung. Karena itu, beta-bloker tidak boleh diberikan pada pasien yang baru mulai gagal ginjal (Anonim, 2000). Dari 243 sampel yang diambil penggunaan bisoprolol sebanyak 25,2%. Secara umum merupakan penghambat beta (beta blocker) yang bekerja di otot polos (otot jantung, bronkus or saluran pernafasan, pembuluh darah dan otot polos lain di tubuh kita). Mengingat bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan kepala dan ketegangan otot leher adalah karena konstriksi (spasme) pembuluh darah (vascular theory), maka bisoprolol digunakan untuk menghambat atau mencegah terjadinya spame pembuluh darah di kepala dan leher yang diduga sebagai pemicu terjadinya keluhan kepala, sehingga diharapkan keluhan kepala dan otot leher akan berangsur hilang. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan komplikasi penyakit-penyakit lain. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa obat selain obat hipertensi yang diberikan pada penderita hipertensi adalah adalah vitamin (58,8%), analgesik (34,6%), jantung (28,4%), antasida (22,6), DM (18,1%),batuk (11,9%), penenang (9,9%), antihiperlipid (6,2%), asam urat (2,9%), antibiotik (2,4%), alergi (2,4%), pencahar (0,4%) dan asma (0,4%). Dua terbesar pemberian kombinasi dalam hipertensi adalah sebagai berikut: Vitamin menduduki urutan pertama dalam kombinasi hipertensi dengan persentase 28,8%. Vitamin berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung, membantu menurunkan kolesterol, mengurangi depresi, membantu merawat sistem syaraf dan pembentukan sel darah

merah sehingga diharapkan dengan pemberian vitamin pada pasien hipertensi dapat membantu dalam menjaga kesehatan tubuh. Analgesik menduduki urutan kedua dalam kombinasi hipertensi dengan persentase 17,5%. Hal ini disebabkan karena untuk menghilangkan rasa panas di muka yang ditimbulkan oleh pemberian nifedipin. Obat panas yang sering di kombinasikan adalah parasetamol. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN CERATA Journal Of Pharmacy Science 53 1. Berdasarkan jenis obat yang digunakan pada kasus hipertensi, obat yang paling banyak digunakan adalah captril dengan persentase sebesar 39,1% dan amlodipin dengan persentase sebesar 39,1%. 2. Berdasarkan golongan obat yang digunakan pada penderita hipertensi, obat yang paling banyak digunakan adalah golongan penghambat ACE dengan persentase sebesar 41,5%. SARAN : Perlu penelitian lanjut tentang pola peresepan obat pada penderita hipertensi dengan menggunakan metode penelitian yang lain, perlu penelitian lanjut tentang interaksi obat hipertensi dengan obat pendukung atau penyerta lain. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Informasi Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 2001. Pengendalian Hipertensi. ITB:Bandung. Suheni Yuliana. 2007. Hubungan antara Kebiasaan merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 tahun ke Atas di Rumah Sakit daerah Cepu. Skripsi jurusan Ilmu Kesehatan masyarakat, FIK UNES. Semarang. Sustrani & Lanny. 2004. Hipertensi. PT.gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat penting Khasiat Penggunaan dan Efek Samping Edisi ke-5, PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta