RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional Untuk Mendapatkan Status Kewarganegaraan Indonesia Bagi Anak Belum Berusia 18 Tahun Atau Belum Kawin Yang Lahir Dari Ibu Warga Negara Indonesia I. PEMOHON Ira Hartini Natapradja Hamel. Kuasa Hukum Fahmi H. Bachmid, SH., M.Hum., Imam Asmara Hakim, SH., dkk, advokat dan konsultan hukum pada Fahmi H. Bachmid & Rekan, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 18 Agustus 2016. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4636) [UU 10/2006]. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 2. Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang pada pokoknya menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian undangundang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945; 3. Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan bahwa dalam 1
hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat dilakukan pengujiannnya oleh Mahkamah Konstitusi; 4. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Pasal 41 UU 12/2006, oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang- Undang a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) 1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a) perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga negara ; 2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu: a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji. c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang- Undang yang dimohonkan untuk diuji. e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.; 3. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia, yang menikah secara sah dengan warga negara Perancis, dari pernikahan tersebut dikaruniai seorang anak yang lahir dan dibesarkan di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2000 (saat ini belum berusia 18 tahun) yang lahir sebelum diberlakukannya UU 12/2006 dan anak Pemohon tersebut tidak pernah memilih kewarganegaraan Perancis, hanya memilih kewarganegaraan Indonesia; 2
4. Bahwa Pemohon dalam hal ini merasa anaknya telah dirugikan hak konstitusionalnya atas berlakunya Pasal 41 UU 12/2006 yaitu dinyatakan sebagai warga negara Perancis dan haknya untuk dapat memilih kewarganegaraan Indonesia setelah anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah menikah sebagaimana diatur Pasal 6 ayat (1) UU 12/2006 menjadi hilang. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Pengujian Materiil UU 12/2006: Pasal 41: Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum Undang-Undang ini diundangkan dan belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang ini dengan mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 1. Pasal 28B ayat (2): Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Pasal 28D ayat (1): Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 3. Pasal 28D ayat (4): Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. 4. Pasal 28H ayat (2): Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. 5. Pasal 28I ayat (2): Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 3
VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Bahwa seharusnya anak Pemohon setelah berumur 18 (delapan belas) tahun secara administrasi dapat memilih kewarganegaraan antara warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaran Pemohon selaku ibu kandungnya atau memilih sebagai warga negara Perancis mengikuti kewarganegaraan ayah kandungnya, seperti yang berlaku untuk anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang lahir setelah UU 12/2006; 2. Bahwa Pemohon berdalil, hak konstitusional tersebut hilang dan terjadi diskriminasi terhadap diri anak Pemohon dengan berlakunya Pasal 41 UU 12/2006 khususnya frasa mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang Undang ini di undangkan, serta merasa diperlakuan diskriminasi dengan anak hasil perkawinan campuran yang lahir sebelum diundangkannya UU 12/2006; 3. Bahwa akibat hilangnya atau dipersoalkan status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak Pemohon, menimbulkan kerugian langsung bagi diri Pemohon dan atau anak Pemohon yang belum dewasa karena mengakibatkan tidak bisa menjadi anggota PASKIBRAKA pada Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih tanggal 17 Agustus 2016; 4. Bahwa menurut Pemohon, Pasal 41 UU 12/2006 bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan (4) UUD 1945 karena dengan kewajiban untuk mendaftarkan diri bagi anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun hasil perkawinan campuran dari warga negara Indonesia dan warga negara asing yang ditakdirkan lahir dan besar di Indonesia pada kenyataanya dibebankan kepada keluarga Pemohon yang harus secara aktif mendaftarkan ke Pejabat yang berwenang, padahal dari bunyi Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 justru melimpahkan kewajiban dalam penyelengaraan hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil bagi setiap orang, termasuk hak atas status kewarganegaraan yang disebut dalam Pasal 28D ayat (4) UUD 1945 kepada negara; 4
5. Bahwa Pasal 41 UU 12/2006 menimbulkan kerumitan administrasi pada Pemohon yang bertentangan dengan ketentuan konstitusional yang seharusnya negara menunaikan kewajiban untuk memberi kemudahan kepada setiap orang, sebagaimana tersebut dalam Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945; 6. Bahwa menurut Pemohon, akibat adanya norma peralihan dalam Pasal 41 UU UU 12/2006, beresiko besar terjadi pengabaian hak-hak anak yang belum berusia 18 tahun hasil perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dan warga negara asing yang dilindungi konstitusi sebagaimana tersebut dalam Pasal 28B Ayat (2) UUD 1945; 7. Bahwa pengertian Warga Negara Indonesia pada Pasal 4 huruf d UU 12/2006 menjelaskan identitas (status kewarganegaraan) seseorang yaitu berbunyi: Warga Negara Indonesia adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia. 8. Bahwa Pemohon menjelaskan, negara memberikan status (pengakuan) kewarganegaraan ganda pada anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun secara langsung (otomatis), yang disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) UU 12/2006, yang berbunyi: Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. ; 9. Bahwa pengakuan negara secara langsung (otomatis) terhadap status kewarganegaraan ganda anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun hasil perkawinan warga negara Indonesia dan warga negara asing ditegaskan juga dalam Pasal 21 ayat (1) UU 12/2006, yang berbunyi : Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia. 5
10. Ketentuan di dalam frasa Pasal 41 UU 12/2006 yang berbunyi. mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang Undang ini di undangkan menjadi bertentangan dari konstruksi hukum yang dibangun dalam Pasal 4 huruf d, Pasal 6 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) UU 12/2006, sehingga frasa. mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang Undang ini di undangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 UU 12/2006 menjadi sebuah bentuk perlakuan diskriminasi yang bertentangan dengan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945; 11. Bahwa dengan berlakunya Pasal 41 UU 12/2006 maka terjadi perbedaan perlakuan bagi anak yang terlahir dari perkawinan campuran, yakni untuk anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir sesudah berlakunya UU 12/2006 otomatis berstatus kewarganegaraan Indonesia (tidak perlu mendaftar), dengan anak belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir dari ibu warga negara Indonesia sebelum berlakunya UU 12/2006, diwajibkan melakukan pendaftaran sebagaimana ketentuan Pasal 41 UU 12/2006. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 3. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 6