KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

30 Juni 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian era globalisasi telah meningkatkan interaksi antar negara dalam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pabrik-pabrik garmen sampai dengan tingkat UKM garmen.

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur,

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Aspek ekonomi dan sosial

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

IAS 7 Laporan Arus Kas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

PRUlink Quarterly Newsletter

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan. Tujuan dari perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Investors Kami. PaRa. Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan harga saham di Indonesia relatif mengalami fluktuasi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/7/PBI/2008 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

Transkripsi:

1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan manajemen risiko keuangan yang dijalankan oleh Perseroan dalam menghadapi risiko tersebut adalah sebagai berikut: a) Risiko kredit Risiko kredit adalah risiko keuangan yang timbul jika pelanggan gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada Perseroan. Risiko kredit Perseroan terutama melekat kepada kas dan bank dan piutang usaha. Perseroan menempatkan kas dan bank pada institusi keuangan yang terpercaya, sedangkan untuk piutang usaha yang terkena risiko kredit yang timbul dari kredit yang diberikan kepada pelanggan. Untuk mengurangi risiko ini, Perseroan memiliki kebijakan untuk memastikan bahwa penjualan produk yang dibuat hanya: (i) untuk pelanggan kredit dengan track record yang terbukti dan sejarah kredit yang baik, (ii) setelah penerimaan uang muka dari pelanggan, terutama untuk pelanggan besar, dan (iii) ketika perjanjian yang mengikat secara hukum untuk transaksi. Adalah kebijakan Perseroan bahwa semua pelanggan yang ingin bertransaksi secara kredit tunduk pada prosedur verifikasi kredit. Selain itu, Perseroan akan menghentikan pasokan semua produk kepada pelanggan dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran dan/atau default. Selain itu, saldo piutang dimonitor secara berkelanjutan untuk mengurangi kredit macet. Risiko kredit dikelola terutama melalui penetapan kebijakan-kebijakan Grup dalam pemberian fasilitas kredit. Untuk aset keuangan yang diakui di laporan posisi keuangan konsolidasian, eksposur maksimum terhadap risiko kredit sama dengan nilai tercatatnya.

b) Risiko mata uang Perseroan melakukan transaksi bisnis dalam beberapa mata uang asing dan karena itu terkena risiko mata uang asing. Perseroan tidak memiliki kebijakan lindung nilai atas mata uang asing. Namun manajemen memonitor eksposur nilai tukar mata uang asing dan akan mempertimbangkan kebutuhan untuk melakukan lindung nilai atas risiko nilai tukar mata uang asing yang signifikan. Perseroan tidak melakukan kebijakan lindung nilai atas mata uang asing karena Perseroan memiliki penghasilan dalam US Dollar yang berasal dari hasil penjualan ekspor dan digunakan untuk pembayaran utang usaha dalam mata uang asing (natural hedging). Perseroan beranggapan bahwa selisih biaya dan premi yang terjadi apabila melakukan perjanjian hedging relatif tinggi sehingga kebijakan hedging tersebut tidak memberikan manfaat bagi Perseroan. c) Risiko suku bunga atas arus kas Risiko suku bunga adalah risiko di mana arus kas masa datang dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur Perseroan atas risiko ini terutama terkait dengan pinjaman bank jangka pendek dan jangka panjang. Kebijakan Perseroan adalah untuk meminimalkan eksposur suku bunga ketika mengambil dana yang cukup untuk ekspansi usaha dan kebutuhan modal kerja. Untuk mencapai hal ini, Secara berkala Perseroan menilai dan memantau kas dengan mengacu pada rencana bisnis dan operasi sehari- hari dan terus memantau suku bunga dan ekspektasi pasar sehingga dapat mengambil keputusan. Risiko ini dikelola melalui profil optimal antara pinjaman dengan suku bunga tetap dan variabel, terus-menerus memonitor pergerakan suku bunga pasar dan kondisi ekonomi makro, baik nasional maupun regional.

d) Risiko likuiditas Risiko likuiditas merupakan risiko yang muncul dalam situasi dimana posisi arus kas Perseroan mengindikasikan bahwa arus kas masuk dari pendapatan jangka pendek tidak cukup untuk memenuhi arus kas keluar untuk pengeluaran jangka pendek. Untuk mengatur risiko likuiditas, Perseroan menerapkan manajemen risiko sebagai berikut: 1) Memonitor dan menjaga level kas dan bank yang diperkirakan cukup untuk mendanai kegiatan operasional Perseroan dan mengurangi pengaruh fluktuasi dalam arus kas. 2) Secara rutin melakukan monitor atas perkiraan arus kas dan arus kas aktual. 3) Melakukan monitor atas profil jatuh tempo pinjaman. 4) Secara terus-menerus menilai kondisi pasar keuangan untuk kesempatan memperoleh dana. e) Risiko pasar Risiko pasar merupakan risiko yang terutama berkaitan dengan perubahan nilai suku bunga dan nilai tukar mata uang yang akan menyebabkan berkurangnya pendapatan, atau bertambahnya biaya modal Perseroan. Manajemen risiko yang telah diterapkan oleh Perseroan adalah sebagai berikut: Kewajiban untuk mengelola risiko perubahan nilai tukar mata uang asing. Melakukan penelaahan atas tingkat suku bunga pinjaman. Membatasi eksposur dalam investasi yang memiliki harga pasar yang fluktuatif. f) Risiko modal Tujuan utama pengelolaan modal adalah untuk memastikan pemeliharaan rasio modal yang sehat guna mendukung usaha dan memaksimalkan imbalan bagi pemegang saham. Perseroan mengelola struktur permodalan dan melakukan penyesuaian, berdasarkan perubahan kondisi ekonomi. Untuk memelihara dan menyesuaikan struktur

permodalan, Perseroan dapat menyesuaikan pembayaran dividen dan imbalan modal kepada pemegang saham, dan atau menerbitkan saham baru. Perseroan mengelola permodalan dengan menggunakan rasio pengungkit, yang dihitung melalui pembagian antara utang bersih dengan jumlah modal. Kebijakan Perseroan adalah menjaga rasio pengungkit dalam kisaran yang umum dalam industri sejenis dengan tujuan untuk mengamankan pendanaan terhadap biaya yang rasional. 2. Risiko Operasional Investasi dalam Saham Perseroan mengandung risiko. Calon investor harus mempertimbangkan dengan cermat faktor-faktor risiko berikut ini, serta informasi-informasi lainnya yang disebutkan di dalam Penawaran ini, sebelum melakukan investasi dalam Saham Perseroan. Risiko-risiko yang dijelaskan dibawah ini bukan satu-satunya risiko yang dapat mempengaruhi saham-saham Perseroan. Risiko-risiko lain yang saat ini tidak Perseroan ketahui atau yang saat ini tidak dianggap penting juga dapat mengganggu bisnis, arus kas, hasil usaha, kondisi keuanganatauprospekusaha Perseroan. Secara umum, investasi dalam efek-efek dari perusahaan-perusahaan di negara-negara berkembang seperti Indonesia mengandung risiko-risiko yang umumnya tidak terkait dengan investasi pada efek- efek di perusahaan-perusahaan di negara dengan keadaaan ekonomi yang lebih maju. Apabila hal tersebut terjadi, maka harga Saham Perseroan di pasar modal dapat turun dan para investor dapat menghadapi potesi kerugian investasi. a) Risiko Persaingan Usaha Perseroan memasarkan produknya baik secara domestik maupun untuk pasar internasional. Dalam hal pemasaran produknya, Perseroan menghadapi tantangan baik dari pemain-pemain nasional yang telah lama dan besar di industri, maupun dari pemain internasional yang melakukan ekspor ke Indonesia. Persaingan dari segi harga, kualitas dan desain produk, serta lead-time produksi merupakan faktor risiko persaingan usaha yang harus menjadi pertimbangan Perseroan. Ketidakmampuan Perseroan dalam

meningkatkan kompetensi dalam memenangkan persaingan usaha, dapat berimbas pada penurunan penjualan, dan kinerja keuangan Perseroan. Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan melakukan usaha-usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan kompetensi Perseroan dan kualitas produknya, dengan inovasi produk, meningkatkan efisiensi proses produksi, serta melakukan survei pasar. b) Risiko bahan baku dan pemasok Bahan baku utama produk tekstil Perseroan adalah Polyester Filamen/ benang mentah dan serat rayon, yang selanjutnya akan diproses pembentukan (texturizing) terlebih dahulu sebelum diproduksi. Dalam hal ini terdapat risiko dari pemasok atas ketersediaan bahan baku, konsistensi kualitas, fluktuasi harga, serta ketepatan waktu dalam pemenuhan pesanan (lead time) dari Perseroan. Apabila terjadi hambatan pada perolehan bahan baku baik dalam hal kuantitas, kualitas, serta harga, maka akan berpengaruh pada proses produksi Perseroan, sehingga akan berimbas pada kinerja operasional dan pendapatan Perseroan. Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan senantiasa mengevaluasi dan mencari pemasok utama, serta alternatif pemasok lain, yang dapat menyediakan bahan baku dengan harga, kualitas, dan lead time yang kompetitif. c) Risiko hambatan atau gangguan produksi Perseroan memiliki proses produksi terintegrasi dan berkelanjutan dimana satu proses harus selesai terlebih dahulu sebelum proses selanjutnya bisa dilaksanakan. Dalam hal terjadi gangguan, permasalahan teknis, atau kerusakan mesin atau gangguan listrik, maka akan menghambat proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada kinerja operasional Perseroan dan ketepatan pengiriman kepada konsumen.

Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan senantiasa melakukan pemeliharaan dan perawatan mesin, menerapkan dan menjalankan standar operasional dan produksi, sehingga meminimalisir dan mengantisipasi permasalahan teknis yang tidak dapat diprediksi. d) Risiko atas Perubahan Teknologi Dalam proses pengolahan bahan baku dan produksi kain yang sebagian besar menggunakan tenaga mesin, maka sangat penting bagi Perseroan untuk terus mengikuti perkembangan teknologi terbaru. Dengan mesin yang memiliki spesifikasi dan teknologi lama, maka terdapat risiko bahwa kualitas dan kuantitas produksi kain, tidak akan sebaik dan se-efisien mesin dengan teknologi terbaru, sehingga hal tersebut dapat berpengaruh pada kurang kompeten-nya Perseroan dalam menghadapi persaingan usaha. Guna memitigasi risiko tersebut Perseroan akan berusaha memutakhirkan teknologi dari mesin-mesin produksinya, dengan melakukan upgrade mesin lama atau melakukan pembelian mesin baru, sehingga berdampak pada membaiknya kualitas, kuantitas, dan efisiensi produksi Perseroan. e) Risiko sosial dan ketenagakerjaan Industri tekstil merupakan industri padat karya, dimana Perseroan mempekerjakan ratusan buruh dalam membantu pengoperasian mesin dan proses produksi. Selain itu dengan beroperasinya pabrik secara terus menerus, serta adanya limbah, maka terdapat kemungkinan adanya gangguan sosial kepada masyarakat sekitar. Hal tersebut berisiko menimbulkan gejolak sosial dan masalah ketenagakerjaan, apabila terdapat silang pendapat antara manajemen dengan masyarakat sekitar mengenai dampak dari pencemaran udara, suara, atau air, serta adanya tuntutan pekerja melalui aksi pemogokan kerja dan unjuk rasa.

Ketidakmampuan Perseroan menjaga kondusifitas iklim sosial dan ketenagakerjaan dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan mempengaruhi pendapatan Perseroan. Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan senantiasa berkomunikasi intensif dan persuasif dengan serikat pekerja, stakeholder, dan masyarakat sekitar, serta memastikan bahwa pengoperasian pabrik Perseroan telah memenuhi ketentuan dan ijin yang diberlakukan oleh pemerintah atas gangguan dan pencemaran yang berpotensi terjadi. 3. Risiko Umum a) Risiko Nilai tukar mata uang asing Beberapa transaksi Perseroan dilakukan dalam mata uang asing, terutama dalam Dolar Amerika Serikat (USD), seperti penjualan ekspor dan beberapa pembelian bahan baku. Dalam hal ini Perseroan mengalami risiko Fluktuasi yang terjadi pada nilai tukar mata uang asing, terutama USD, dapat mempengaruhi pendapatan usaha maupun kinerja keuangan Perseroan. Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan senantiasa memantau eksposur mata uang asing dan akan mempertimbangkan untuk melakukan kebijakan lindung nilai manakala timbul risiko mata uang yang signifikan. b) Risiko fluktuasi harga minyak mentah Bahan baku utama Perseroan yaitu polyester, berasal dari bijih plastik yang merupakan produk turunan hasil pengolahan minyak bumi. Apabila terjadi fluktuasi atas harga minyak mentah, maka hal tersebut juga dapat mengakibatkan fluktuasi pada harga polyester yang pada akhirnya akan berdampak pada biaya produksi Perseroan. Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan berusaha melakukan pembelian dan negosiasi kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk mendapatkan harga dan pasokan yang lebih stabil.

c) Risiko perubahan kondisi ekonomi domestik dan global, sosial dan politikyang mempengaruhi permintaan produk Perseroan Perlambatan ekonomi global saat ini tengah berlangsung, dimana terjadi pelemahan output/ hasil produksi serta menurunnya permintaan barang konsumsi, pada Negara-negara maju dan berkembang. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi permintaan atas produk tekstil Perseroan. Bagi pelanggan Perseroan yang merupakan pelanggan korporat (business to business) pelemahan daya beli akan berpengaruh pada output produksi yang ditargetkan sehingga memangkas permintaan atas tekstil dari Perseroan. Selain itu untuk pelanggan instansi dan pemerintahan, pelemahan ekonomi dan ketidakstabilan politik akan menurunkan anggaran pengadaan seragam instansinya, sehingga mengurangi permintaannya atas produk Perseroan. Apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik terus bergejolak, akan memberikan sentimen negatif bagi para pelaku bisnis dan investor, sehingga dapat berdampak pada kelangsungan kegiatan usaha Perseroan. d) Risiko Kebijakan Pemerintah Pemerintah melalui kebijakan dan peraturan yang mengatur industri tekstil dan produk tekstil (TPT), terus berupaya meningkatkan kondusifitas iklim usaha dan investasi baik pada pelaku di industri hulu maupun hilir. Kebijakan tersebut utamanya untuk melindungi dan meningkatkan daya saing industri tekstil nasional untuk terus bertumbuh dan dapat menghadapi gencarnya serangan produk impor. Apabila Pemerintah tidak dapat menghasilkan kebijakan dan peraturan yang mendukung pertumbuhan industri TPT, maka hal tersebut akan berdampak pada kelangsungan kegiatan usaha Perseroan.

Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan senantiasa tunduk pada kebijakan pemerintah yang berlaku, serta secara langsung maupun tidak langsung (melalui asosiasi) akan memberikan masukan secara berkala kepada pemerintah agar iklim usaha dan investasi di industri tekstik akan tetap kondusif. e) Risiko atas Ketentuan Negara Lain Mengingat sebagian dari hasil produksi Perseroan dipasarkan ke luar negeri, maka Perseroan akan memiliki ketergantungan pada risiko kebijakan import dari negara lain. Dalam hal dilakukannya pembatasan kuota atau pelarangan impor produk tekstil, maka hal tersebut akan berdampak pada kelangsungan kegiatan usaha Perseroan dan kinerja keuangan Perseroan. Guna memitigasi risiko tersebut, Perseroan akan senantiasa melakukan diversifikasi dan penambahan target pasar pada negara-negara tujuan ekspor, serta akan berusaha melakukan perluasan pasar pada penjualan domestic. 4. Risiko Investasi a) Risiko Tidak Likuidnya Perdagangan Saham Perseroan di Bursa Mengingat jumlah saham yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini tidak terlalu besar maka terdapat kemungkinan Perdagangan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia akan menjadi kurang aktif dan tidak likuid. b) Harga Saham Dapat Sangat Berfluktuasi. Hargasaham Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham dapat mengalami fluktuasi. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, termasuk: Perbedaan antara hasil aktual keuangan dan operasional Perseroan dengan hasil yang diharapkan oleh investor dan analis; Perubahan rekomendasi analis atau persepsi terhadap Perseroan atau Indonesia;

Pengumuman aliansi strategis atau perusahaan patungan oleh Perseroan; Penambahan atau pemberhentian personil kunci; Keterlibatan Perseroan dalam litigasi; Perubahan dalam perekonomian, sosial, politik maupun kondisi pasar di Indonesia; Fluktuasi harga pasar saham-saham secara keseluruhan di Bursa Efek Indonesia. c) Perseroan Mungkin Tidak Dapat Membagikan Dividen Kemampuan Perseroan untuk mengumumkan pembagian dividen bergantung pada kinerja keuangan dan operasional Perseroan serta keberhasilan implementasi strategi untuk tumbuh di masa depan yang mencakup faktor-faktor kompetisi, peraturan, teknis, lingkungan, kondisi perekonomian secara umum, permintaan atas jasa, dan faktor-faktor tertentu lainnya yang terdapat pada industri atau proyek tertentu yang dikerjakan oleh Perseroan, dimana sebagian besar berada di luar kendali Perseroan. Perseroan tidak dapat menjamin dapat membagi dividen, atau bahwa Direksi dari Perseroan akan merekomendasi, atau Pemegang Saham akan menyetujui pembayaran dividen. MANAJEMEN PERSEROAN DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA PERSEROAN TELAH MENGUNGKAPKAN SELURUH RISIKO USAHA MATERIAL YANG DISUSUN BERDASARKAN BOBOT RISIKO TERHADAP KEGIATAN USAHA UTAMA DAN KEUANGAN PERSEROAN.