KADAR FOSFAT, NITRAT DAN SILIKAT DI TELUK JAKARTA PHOSPHATE, NITRATE AND SILICATE CONCENTRATIONS IN JAKARTA BAY. Marojahan Simanjuntak *)

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS AIR LAUT DITINJAU DARI ASPEK ZAT HARA, OKSIGEN TERLARUT DAN ph DI PERAIRAN BANGGAI, SULAWESI TENGAH

di Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di :

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

PENGARUH MUSIM TERHADAP FLUKTUASI KADAR FOSFAT DAN NITRAT DI LAUT BANDA

TINGKAT KEASAMAN (ph) DAN OKSIGEN TERLARUT SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SEKITAR MUARA SUNGAI CISADANE

KAJIAN KONSENTRASI NITRAT DAN SILIKAT PADA KONDISI PASANG DAN SURUT DI PERAIRAN MOROSARI KABUPATEN DEMAK

DISTRIBUSI ZAT HARA FOSFAT, NITRAT DAN SILIKAT DI PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

TINGKAT KEASAMAN (ph) DAN OKSIGEN TERLARUT SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SEKITAR MUARA SUNGAI CISADANE

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(4), September 2013 ISSN: KADAR FOSFAT, NITRAT DAN OKSIGEN TERLARUT DI PERAIRAN PULAU TALISE, SULAWESI UTARA 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS NUTRIEN PERAIRAN TELUK HURUN, LAMPUNG

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI TELUK BUNGUS PRIMARY PRODUCTIVITYOF PHYTOPLANKTON IN THE BUNGUS BAY. UNAND Limau Manis Padang ABSTRACT

SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DALAM KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

Karakteristik Oseanografi Dalam Kaitannya Dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(2), Mei-Agustus 2014 ISSN:

Sebaran Horizontal Zat Hara di Perairan Lamalera, Nusa Tenggara Timur

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Sebaran Nitrat Dan Fosfat Dalam Kaitannya dengan Kelimpahan Fitoplankton di Kepulauan Karimunjawa

Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

STUDI SEBARAN KONSENTRASI NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN TELUK UJUNGBATU JEPARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2)

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

HUBUNGAN KEDALAMAN PERAIRAN DENGAN KONSENTRASI FOSFAT (PO 4 ) PADA SEDIMEN DASAR PERAIRAN DI TELUK GAYUN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa Tengah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

KARAKTERISTIK FOSFAT, NITRAT DAN OKSIGEN TERLARUT DI PERAIRAN SELAT LEMBEH, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

STUDI DAN EVALUASI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADNIUM (Cd) DI AIR DAN SEDIMEN PADA PERAIRAN SUNGAI KOTA TARAKAN

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

Analisis Kualitas Perairan Muara Sungai Way Belau Bandar Lampung

ZAT HARA (FOSFAT, NITRAT), OKSIGEN TERLARUT DAN ph KAITANNYA DENGAN KESUBURAN DI PERAIRAN JIKUMERASA, PULAU BURU

Bab V Hasil dan Pembahasan

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

SEBARAN HORIZONTAL KONSENTRASI NITRAT (NO 3 - ) DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA BULAN SEPTEMBER 2013 DI PERAIRAN KOMODO NUSA TENGGARA TIMUR

DINAMIKA NITROGEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CILIWUNG

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

SEBARAN KUALITAS PERAIRAN DITINJAU DARI ZAT HARA, OKSIGEN TERLARUT DAN ph DI PERAIRAN SELAT BALI BAGIAN SELATAN

SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN SIDOARJO

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2. No. 4, Desember 2011: ISSN :

Bab V Hasil dan Pembahasan

SUSPENSI DAN ENDAPAN SEDIMEN DI PERAIRAN LAUT JAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

PEMETAAN SEBARAN SPASIAL KUALITAS AIR UNSUR HARA PERAIRAN TELUK LAMPUNG

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI Pb DAN Cu TERHADAP KESETIMBANGAN SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN LAUT KOTA DUMAI

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

Transkripsi:

274 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 Full Paper KADAR FOSFAT, NITRAT DAN SILIKAT DI TELK JAKARTA PHOSPHATE, NITRATE AND SILICATE CONCENTRATIONS IN JAKARTA BAY Abstract Marojahan Simanjuntak *) The aim of this study was to find out the distribution pattern of phosphate, nitrate and silicate in the Jakarta Bay. The research were carried out in May and October 2004. Water samples were collected from 30 stations at surface and buttom layers using Nansen Bottle Sampler. Samples were analyzed using spectofotometer for phosphate, nitrate and silicate concentrations. The results showed that in May 2004, concentration of phosphate (0.03-0.05 ppm) and nitrate 90.05-0.29 ppm) were the highest in the western area, while in the central part, phosphate (0.002-0.07 ppm) and nitrate (0.05-0.29 ppm) were the lowest, respectively. In contrast to silicate, the highest was (0.61-2.93 ppm) found in the eastern part and the lowest (0.43-1.05 ppm) occurred in the western part. In October 2004, the highest concentration for phosphate (0.01-0.11 ppm) was found in eastern part, nintrate (0.03-0.19 ppm) and silicate (0.34-3.54 ppm) were found in central part, respectively. While the lowest for phosphate (0.007-0.06 ppm) occurred in central part, nitrate (0.015-0.15 ppm) in western part and silicate (0.31-1.77 ppm) in eastern part, respectively. It was suggested to manage water discharge into the Bay to reduce eutrophication. Key words: nitrate, phosphate, silicate, waters quality, Jakarta Bay Pengantar Teluk Jakarta terletak di pantai tara Pulau Jawa yang menjadi tempat berbagai aktiv itas (perikanan, perhubungan, pel ayaran, pariwisata, Hankam), sehingga keberadaannya menjadi sangat strategis. Di samping itu, perairan ini juga merupakan tempat penampungan limbah dari daratan yang dibuang ke sungai dan bermuara ke Teluk Jakarta. Berbagai limbah industri, pertanian maupun pemukiman dialirkan oleh sungai-sungai ke perairan ini, diantaranya Sungai Marunda, Ciliwung, Cisadane dan Citarum. Kualitas dan kuantitas limbah sangat berpengaruh terhadap keadaan air Teluk Jakarta (Arief et al., 1978). Hasil pengamatan Ilahude & Liasaputra (1980) menunjukkan bahwa kadar zat hara di Teluk Jakarta lebih tinggi dibandingkan *) Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jl. Pasir Putih 1, Telp. 021-64713850, Jakarta 14430, Fax: (021) 64711948, E mail: ojak_sm@.yahoo.com. dengan di wilayah laut lepas yang disebabkan masuknya bahan-bahan organik dari daratan. Daerah pertemuan air tawar dan air laut pada umumnya subur karena bahan organik dan anorganik banyak mengendap mengakibatkan kadar zat hara di daerah tersebut relatif lebih tinggi (Bennekom, 1988). Zat hara fosfat, nitrat dan silikat merupakan salah satu mata rantai makanan yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut. Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kelimpahan plankton tergantung kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken, 1988). Dari data kimia zat hara yang diperoleh, meng-

Simanjutak, 2007 275 indikasikan bahwa kualitas air Teluk Jakarta masih baik untuk kehidupan berbagai biota laut terutama ikan. Parameter kimia zat hara yang diamati yaitu fosfat, nitrat dan silikat. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang kualitas air laut ditinjau dari kadar zat hara fosfat, nitrat dan silikat yang merupakan salah satu indikator kesuburan perairan dikaitkan dengan dinamika perairan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan Teluk Jakarta. Bahan dan Metode Lokasi pengambilan contoh air laut terletak di perairan Teluk Jakarta. Waktu pengambilan adalah bulan Mei dan Oktober 2004. Contoh air laut diambil dari 30 stasiun penelitian pada lapisan permukaan (0 meter) dan dekat dasar perairan menggunakan Botol Nansen. Stasiun pengamatan dibagi atas 3 lokasi yaitu: bagian barat terdiri dari Stasiun 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan Stasiun 30 sebagai stasiun pembanding; bagian tengah Stasiun 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan Stasiun 29 sebagai stasiun pembanding; bagian timur Stasiun 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 dan Stasiun 28 sebagai stasiun pembanding (Gambar 1). Sampel disaring dengan kertas saring (Ø 0,45 µm). Kadar fosfat terlarut, nitrat terlarut dan silikat terlarut dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer menurut metode Strickland & Parson (1968) masing-masing pada panjang gelombang 885, 543 dan 810 nm dalam satuan µg/l. Selanjutnya data dalam satuan µg at/l dikonversi ke dalam satuan ppm (part per million) dengan cara membagi berat atomnya (BA P=31, N=14 dan Si=28). Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan kadar fosfat, nitrat dan silikat dalam air laut di perairan Teluk Jakarta pada bulan Mei dan Oktober 2004 disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Gambar 1. Peta stasiun penelitian di Teluk Jakarta, Mei dan Oktober 2004. Nomor lokasi sampling ditunjukan oleh angka 1 sampai 30

276 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 Fosfat Fosfat yang terdapat dalam air laut (terlarut maupun tersuspensi) umumnya berasal dari dekomposisi organisme yang sudah mati dan terdapat dalam bentuk anorganik (ortofosfat dan polifosfat), maupun organik (senyawa gula fosfat dan hasil oksidasinya, nukleoprotein dan fosfo protein). Beberapa senyawa fosfat tidak dapat dideteksi keberadaanya di laut dalam, di antaranya asam fosfat yang terkondensasi seperti asam difosfat (H 4 P 2 O 7 ), dan semua asam polifosfat dengan ikatan P O P, tetapi banyak ditemukan dalam perairan yang tercemar oleh deterjen. Senyawa fosfat organik yang terkandung dalam air laut umumnya berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat, H 3 PO 4. Kira-kira 10% dari fosfat anorganik terdapat sebagai ion PO 4 3- dan sebagian besar (90%) dalam bentuk HPO 4 2- (Nybakken, 1988). Secara keseluruhan kadar fosfat pada bulan Mei (0,003-0,12 ppm dengan ratarata 0,03 ppm) lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober (0,002-0,06 ppm dengan rata-rata 0,02 ppm) (Tabel 1). Bila ditinjau antar lokasi perairan yang diteliti pada bulan Mei dan Oktober 2004, kadar fosfat rata-rata yang tertinggi (0,04 ppm) diperoleh pada bulan Mei 2004 di bagian barat dan terendah (0,01 ppm) diperoleh pada bulan Oktober 2004 di bagian timur (Tabel 2). Pada bulan Mei kadar fosfat yang tertinggi (0,03-0,05 ppm dengan rata-rata 0,04 ppm) diperoleh pada bagian barat dan terendah (0,002-0,06 ppm dengan rata-rata 0,02 ppm) ditemukan di bagian tengah. rutan kisaran kadar fosfat dari terendah sampai tertinggi pada bulan Mei 2004 adalah: tengah < timur < barat (Tabel 2). Konsentrasi yang tertinggi ditemukan di Stasiun 11 (0,12 ppm) pada bagian tengah dan terendah (0,002 ppm) di Stasiun 29 yang merupakan stasiun kontrol dan diasumsikan sebagai lokasi yang jauh dari pengaruh daratan sebagai sumber utama kadar fosfat. rutan konsentrasi fosfat terendah sampai tertinggi pada bulan Oktober 2004 adalah: dibagian tengah < barat < timur (Tabel 2). Kadar fosfat pada lapisan permukaan terlihat bervariasi di semua stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar fosfat di perairan ini masih normal untuk wilayah tropis. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH, 2004) tentang Tabel 1. Kadar maksimum, minimum dan rerata (ppm) fosfat, nitrat dan silikat di perairanteluk Jakarta, Mei dan Oktober 2004 No Parameter Mei 2004 Oktober 2004 Min Maks Rerata Min Maks Rerata 1 PO 4 (ppm) 0,003 0,12 0,03 0,002 0,059 0,023 2 NO 3 (ppm) 0,046 0,291 0,143 0,015 0,186 0,104 3 SiO 3 (ppm) 0,372 3,541 1,086 0,308 3,291 0,629 Tabel 2. Kisaran dan rerata kandungan fosfat, nitrat dan silikat di perairan Teluk Jakarta bagian barat, tengah dan timur, Mei dan Oktober 2004 No Waktu Lokasi PO 4 (ppm) NO 3 (ppm) SiO 3 (ppm) Kisaran Rerata Kisaran Rerata Kisaran Rerata Barat 0,03-0,05 0,04 0,05-0,29 0,17 0,43-1,05 0,83 1 Tengah 0,002-0,06 0,02 0,05-0,29 0,125 0,37-3,54 1,05 2 Mei 2006 Oktober 2006 Timur 0,003-0,12 0,03 0,08-0,29 0,14 0,61-2,93 1,37 Barat 0,01-0,05 0,03 0,015-0,15 0,10 0,43-0,90 0,59 Tengah 0,002-0,03 0,01 0,03-0,19 0,11 0,34-3,29 0,72 Timur 0,01-0,11 0,03 0,065-0,13 0,10 0,31-1,77 0,57

Simanjutak, 2007 277 Baku Mutu Air Laut, nilai ambang batas kadar fosfat untuk biota laut adalah 0,015 mg/l. Kadar fosfat yang lebih tinggi pada bulan Mei (musim peralihan I) dibandingkan dengan bulan Oktober (musim peralihan II) disebabkan meningkatnya limbah yang dibuang ke perairan melalui sungai serta meningkatnya pengadukan (turbulence) dasar perairan oleh ombak menjelang musim timur pada bulan Juni. Pengaruh musim barat (Desember, Januari, Februari) yang bertepatan dengan musim hujan sangat berpotensi untuk meningkatkan kadar fosfat yang berasal dari daratan. Demikian halnya dengan pengaruh musim timur pada musim kemarau (Juni, Juli, Agustus) juga cenderung meningkatkan kadar fosfat yang disebabkan kuatnya pengadukan perairan. Dari pola sebaran terlihat kadar fosfat yang tinggi pada lapisan permukaan dan kedalaman dekat dasar di muara sungai maupun dekat pantai dan yang terendah diperoleh di lepas pantai pada bulan Mei dan Oktober (Gambar 2 dan 3). Rendahnya kadar fosfat di lapisan permukaan dan kedalaman dekat dasar pada Stasiun 28, 29 dan 30 (Stasiun pembanding) dipengaruhi oleh percampuran massa air Laut Jawa yang mengandung kadar nitrat yang lebih rendah dengan m assa air Teluk Jakarta. Meskipun kadar fosfat yang ditemukan pada stasiun pembanding tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang dekat pantai dapat diartikan bahwa fosfat telah tersebar jauh ke laut (lepas pantai) oleh pengadukan dan arus air. Kadar fosfat yang lebih tinggi di dekat pantai disebabkan beberapa faktor, diantaranya pengadukan massa air yang mengakibatkan terangkatnya kandungan fosfat yang tinggi dari dasar perairan ke lapisan permukaan dan masuknya berbagai limbah dari kota Jakarta dan sekitarnya ke perairan ini. Selain itu, arus di lapisan permukaan dan dekat dasar pada bulan Mei dominan ke arah tenggara sedangkan pada bulan Oktober arah arus dominan ke barat daya (Tabel 3). Penelitian kadar fosfat pada tahun 2004 yang berkisar antara 0,002-0,12 ppm dengan rata-rata 0,03 ppm lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian fosfat di Teluk Jakarta tahun 2003 yang berkisar antara 0,001-0,09 ppm dengan rata-rata 0,02 ppm ( Anonim, 2003). Hal ini mengindikasikan bahwa kadar fosfat pada tahun 2004 di perairan ini mengalami kenaikan 12,33% dibandingkan dengan Tabel 3. Distribusi nilai kecepatan arus (cm/det) di Teluk Jakarta, Mei dan Oktober 2004 Lokasi Bulan Kecepatan Lapisan/kedalaman Nilai Arah arus arus (cm/det) (m) rerata dominan Min. Maks. Barat Mei 2004 Permukaan 5,9 35,2 19,9 Tenggara Dekat dasar 10 6,7 28,0 Tenggara Tengah Permukaan 17,7 69,3 38,817 Tenggara Dekat dasar 46,2 93,8 72,06 Timur Timur Permukaan 12,3 26,4 19,64 Tenggara Dekat dasar 10,8 53,8 31,766 Timur Barat Oktober 2004 Permukaan 7,53 31,5 19,61 Tenggara Dekat dasar 10,2 30,4 28,7 Tenggara Tengah Permukaan 7,5 41,2 34,2 Barat daya Dekat dasar 11,4 36,7 23,5 Barat Timur Permukaan 10,6 32,5 20,8 Barat daya Dekat dasar 13,8 38,9 30,47 Barat daya

278 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 kadar fosfat pada penelitian pada tahun 2003. Meningkatnya kegiatan berbagai industri dan aktivitas manusia yang membuang limbah-limbah dari tahun ke tahun ke Teluk Jakarta dapat meningkatkan kadar fosfat di perairaan ini. Bila kenaikan kadar fosfat dari tahun 2003-2004 sebesar 12,33%, maka dapat diprediksi kenaikan kadar fosfat sampai tahun 2007 (3 tahun kemudian) sudah mencapai 36, 99% dengan asumsi kenaikan kadar fosfat setiap tahun tetap A B Gambar 2. Distribusi fosfat (ppm) pada lapisan permukaan perairan di Teluk Jakarta, Mei (A) dan Oktober 2004 (B)

Simanjutak, 2007 12,33%. Salah satu dampak kenaikan kadar f osfat pada beberapa tahun mendatang adalah terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang mengakibatkan kematian berbagai jenis ikan. Kenaikan kadar fosfat dan nitrat pada tingkat tertentu (rasio N/P dengan perbandingan 16:1) merupakan pemicu 279 terjadinya ledakan populasi fitoplankton (Redfield, 1934). Kadar fosfat di perairan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan perairan Kuta-Lombok Selatan dengan kisaran 0,01-0,04 dan 0,004-0,01ppm (Muchtar, 1994) dan Perairan Kawasan Pengelolaan dan Pengembangan Laut (KAPPEL) Jawa dengan kisaran 0,007-0,03 A B Gambar 3. Distribusi fosfat (ppm) pada kedalaman dekat dasar perairan di Teluk Jakarta, Mei (A) dan Oktober 2004 (B)

280 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 ppm dan rata-rata 0,02 ppm (Anonim, 2004). Informasi tingkat kesuburan perairan ditinjau dari kandungan zat hara fosfat di perairan dangkal belum diperoleh angka yang baku karena dipengaruhi kondisi perairan dan bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu (Anonim, 1985). Namun, Liaw (1969) mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan dalam Tabel 4. Tabel 4. Tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat Fosfat (ppm) Tingkat kesuburan 0-0,0002 Kurang subur 0,0002-0,05 Cukup subur 0,05-0,10 Subur > 0,10 Sangat subur Ditinjau dari kadar zat hara fosfat di perairan ini (0,002-0,12 ppm), dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Jakarta relatif subur karena masih berada pada kisaran zat hara fosfat di perairan laut yang normal yaitu 0,003-0,05 ppm (Sutamihardja, 1978). Menurut Liaw (1969) tingkat kesuburan ditinjau dari kadar fosfat 0,002-0,05 ppm adalah kategori perairan cukup subur. Di perairan Teluk Penghu dan Selat Taiwan yang merupakan daerah budidaya oyster, kadar fosfat berkisar antara 0,003-0,04 ppm (Liu & Fang, 1986), sehingga dengan membandingkan perairan tersebut, maka perairan Teluk Jakarta masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar fosfat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu berkisar antara 0,02-0,03 ppm. ntuk budidaya tiram berkisar antara 0,02-0,10 ppm sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar antara 0,006-0,02 ppm (KLH, 2004). Sasaran yang diinginkan berdasarkan temuan ini adalah memberdayakan perairan Teluk Jakarta untuk bidang perikanan dan budidaya berbagai biota laut dengan meminimalkan pembuangan limbah-limbah ke perairan Teluk Jakarta. Namun pengaruh bahan pencemar (logam berat) seperti merkuri diduga sudah tinggi kadarnya, meskipun belum ada data sampai sejauhmana tingkat pencemarannya. Nitrat Secara keseluruhan kadar nitrat pada bulan Mei (0,05-0,29 ppm dengan rata-rata 0,14 ppm) lebih tinggi dibandingkan dengan yang bulan Oktober (0,015-0,19 ppm dengan rata-rata 0,10 ppm) (Tabel 1). Bila ditinjau perbagian perairan yang diteliti pada bulan Mei dan Oktober 2004, kadar nitrat rata-rata yang tertinggi (0,17 ppm) diperoleh pada bulan Mei 2004 dan terendah (0,10 ppm) diperoleh pada bulan Oktober 2004 (Tabel 1). Pada bulan Mei kadar nitrat tertinggi diperoleh pada bagian barat dan terendah di bagian tengah (Tabel 2). rutan kisaran kadar nitrat dari yang terendah sampai tertinggi adalah: tengah < timur < barat. Pada bulan Oktober 2004 ditemukan kadar nitrat dengan kisaran 0,015-0,19 ppm. Konsentrasi yang tertinggi (0,19 ppm) ditemukan di Stasiun 15 dan terendah (0,015 ppm) di Stasiun 2. Kisaran konsentrasi nitrat terendah sampai tertinggi bulan Oktober 2004 adalah: timur < barat < tengah (Tabel 2). Kadar nitrat pada lapisan permukaan terlihat bervariasi di semua stasiun penelitian. Secara keseluruhan kadar nitrat di perairan ini masih normal untuk wilayah tropis. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH, 2004) tentang Baku Mutu Air Laut, nilai ambang batas kadar nitrat untuk biota laut adalah 0,008 mg/l. Kadar nitrat yang lebih tinggi pada bulan Mei (musim peralihan I) dibandingkan dengan bulan Oktober (musim peralihan II) disebabkan meningkatnya limbah yang dibuang ke perairan melalui sungai serta meningkatnya pengadukan dasar perairan oleh ombak menjelang musim timur pada bulan Juni. Pola sebaran menunjukkan bahwa kadar nitrat yang tinggi terdapat pada lapisan permukaan dan kedalaman dekat dasar di muara sungai maupun dekat pantai, sedangkan terendah diperoleh di lepas pantai pada bulan Mei dan Oktober

Simanjutak, 2007 281 (Gambar 4 dan 5). Rendahnya kadar nitrat di lapisan permukaan dan kedalaman dekat dasar pada Stasiun 28, 29 dan 30 (Stasiun pembanding) dipengaruhi oleh percampuran massa air Laut Jawa yang mengandung kadar nitrat yang lebih rendah dengan massa air Teluk Jakarta. Meskipun kadar nitrat yang ditemukan pada stasiun pembanding tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang dekat pantai dapat diartikan bahwa penyebaran nitrat telah jauh ke laut (lepas pantai). Sedangkan tingginya kadar nitrat di lokasi dekat pantai dapat disebab- A B Gambar 4. Distribusi nitrat (ppm) pada lapisan permukaan di perairan Teluk Jakarta, Mei (A) dan Oktober 2004 (B)

282 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 kan arus dan pengadukan massa air yang mengakibatkan terangkatnya kandungan nitrat yang tinggi dari dasar ke lapisan permukaan serta masuknya berbagai limbah dari kota Jakarta dan sekitarnya ke perairan ini. Seperti halnya dengan pola sebaran fosfat, dari pola sebaran terlihat kadar nitrat yang tinggi pada lapisan permukaan dan kedalaman dekat dasar di muara sungai dan yang terendah diperoleh di lepas pantai (Gambar 4 dan 5). Penelitian kadar nitrat pada tahun 2004 yang berkisar antara 0,015-0,29 ppm dengan rata-rata 0,12 ppm lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian nitrat di A B Gambar 5. Distribusi nitrat (ppm) pada kedalaman dekat dasar di perairan Teluk Jakarta, Mei (A) dan Oktober 2004 (B)

Simanjutak, 2007 283 Teluk Jakarta tahun 2003 yang berkisar antara 0,013-0,247 ppm dengan rata-rata 0,05 ppm (Anonim, 2003). Hal ini mengindikasikan bahwa kadar nitrat pada tahun 2004 di perairan ini mengalami kenaikan 162,12% dibandingkan dengan kadar nitrat pada penelitian tahun 2003. Kadar nitrat di perairan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan di perairan Cilacap dengan kisaran 0,006-0,344 ppm (Winata & Muchtar, 1984) dan Perairan Kawasan Pengelolaan dan Pengembang-an Laut (KAPPEL) Jawa dengan kisaran 0,025-0,318 ppm dan rata-rata 0,064 ppm (Anonim, 2003). Evaluasi kadar nitrat di perairan Teluk Jakarta menunjukkan suatu kondisi yang masih normal untuk kategori perairan pantai. Sharp (1983) menyatakan kadar nitrat yang normal untuk perairan pantai bervariasi antara 0-2,14 ppm. Liu & Fang, 1986, menyatakan perairan Teluk Penghu dan Selat Taiwan, merupakan daerah budidaya (oyster) dengan kadar nitrat berkisar antara dan 0,006-0,009 ppm, sehingga bila ditinjau dari kadar nitrat yang merupakan salah satu indikator kesuburan, maka perairan Teluk Jakarta masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar nitrat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu berkisar antara 0,18-0,21 ppm. ntuk budidaya tiram berkisar antara 0,11-0,21 ppm sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar antara 0,06-0,23 ppm (KLH, 1984). Kondisi yang serupa dengan kondisi fosfat yaitu kadar nitrat cenderung semakin tinggi pada beberapa tahun kedepan dengan perkiraan tidak ada usaha untuk mengurangi pembuangan limbah ke perairan Teluk Jakarta. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton yang mengakibatkan kematian berbagai jenis ikan. Kenaikan kadar nitrat dengan fosfat pada tingkat tertentu (rasio N/P dengan perbandingan 16:1) merupakan pemicu terjadinya ledakan populasi fitoplankton (Redfield, 1934). Silikat Secara keseluruhan kadar silikat pada bulan Mei (0,37-3,54 ppm dengan rata-rata 1,09 ppm) lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober (0,31 ppm dengan rata-rata 0,63 ppm) (Tabel 1). Bila ditinjau perbagian perairan yang diteliti pada bulan Mei dan Oktober 2004, kadar silikat ratarata yang tertinggi (1,375 ppm) diperoleh pada bulan Mei 2004 di bagian timur dan terendah (0,575 ppm) diperoleh pada bulan Oktober 2004 di bagian timur (Tabel 2). Pada bulan Mei kadar silikat rata-rata yang tertinggi (1,375 ppm) diperoleh pada bagian timur dan terendah 0,835 ppm) ditemukan di bagian barat. rutan kisaran kadar silikat dari terendah sampai tertinggi pada bulan Mei 2004 adalah: barat < tengah < timur. Pada bulan Oktober 2004 ditemukan kadar silikat dengan kisaran 0,31-3,29 ppm. Konsentrasi yang t ertinggi ditemukan di Stasiun 18 dan terendah di Stasiun 28. Kisaran konsentrasi silikat yang terendah sampai tertinggi pada bulan Oktober 2004 adalah: timur < barat < tengah. Kadar silikat pada lapisan permukaan terlihat bervariasi di semua stasiun penelitian. Secara keseluruhan kadar silikat rata-rata tahun 2004 yaitu 0,86 ppm lebih rendah di bandingkan dengan di Teluk Jakarta yaitu 0,91 ppm (Muchtar, 1980) namun lebih tinggi dibandingkan di Teluk Waworada, Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat (0,15 ppm) (Anonim, 1993), Teluk Bayur, Sumatera Barat (0,46 ppm) dan Teluk Bungus, Sumatera Barat (0,445 ppm) (Si manjuntak, 1999). Belum diperoleh nilai silikat untuk biota laut yang baku sampai sekarang dari KLH. Kadar silikat yang lebih tinggi pada bulan Mei (musim peralihan I) dibandingkan dengan bulan Oktober (musim peralihan II) disebabkan meningkatnya limbah yang dibuang ke perairan melalui sungai serta meningkatnya pengadukan dasar perairan oleh ombak menjelang musim timur pada bulan Juni. Dari pola sebaran terlihat kadar silikat yang tinggi pada lapisan permukaan

284 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 dan kedalaman dekat dasar di muara sungai maupun dekat pantai dan yang terendah diperoleh di lepas pantai pada bulan Mei dan Oktober (Gambar 6 dan 7). Rendahnya kadar silikat di lapisan permukaan dan kedalaman dekat dasar pada Stasiun 28, 29 dan 30 (Stasiun pembanding) dipengaruhi oleh percampuran massa air Laut Jawa yang mengandung kadar silikat yang lebih rendah dengan massa air Teluk Jakarta. Meskipun kadar silikat yang ditemukan pada stasiun pembanding tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang dekat pantai A B Gambar 6. Distribusi silikat (ppm) pada lapisan permukaan di perairan Teluk Jakarta, Mei (A) dan Oktober 2004 (B)

Simanjutak, 2007 dapat diartikan bahwa penyebaran silikat tel ah jauh ke laut (lepas pantai). Sedangkan tingginya kadar silikat di lokasi dekat pantai dapat disebabkan arus dan pengadukan massa air yang mengakibatkan terangkatnya kandungan silikat yang tinggi dari dasar ke lapisan permukaan 285 serta masuknya berbagai limbah dari kota Jakarta dan sekitarnya ke perairan ini. Penelitian kadar silikat pada tahun 2004 yang berkisar antara 0,31-3,54 ppm dengan rata-rata 0,86 ppm lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian silikat di A a n a t e l S g n t a n L i B Gambar 7. Distribusi silikat (ppm) pada kedalaman dekat dasar di perairan Teluk Jakarta, Mei (A) dan Oktober 2004 (B)

286 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 274-287 ISSN: 0853-6384 Teluk Jakarta tahun 2003 yang berkisar antara 0,11-1,00 ppm dengan rata ratarata 0,36 ppm (Anonim, 2003). Hal ini mengindikasikan bahwa kadar silikat pada tahun 2004 di perairan ini mengalami kenaikan 137,12 % dibandingkan dengan kadar silikat pada penelitian tahun 2003. Kadar silikat di perairan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan di perairan Teluk Bayur dan Teluk Bungus masing-masing berkisar antara 0,14-1,17 ppm, dengan rata-rata 0,46 ppm dan 0,08-0,68 ppm dengan rata-rata 0,44 ppm (Simanjuntak, 1999). Kadar silikat yang di Kawasan Pengelolaan dan Pengem-bangan Laut (KAPPEL) Jawa yang berkisar antara 0,21-0,24 lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian silikat di lokasi ini (Anonim, 2004). Kondisi ini dipengaruhi banyaknya li mbah organik yang mengandung zat hara mengalir ke Teluk Jakarta. Nutrisi silikat terdistribusi secara alamiah mulai dari permukaan dan dekat dasar. Semakin ke dasar perairan, kadarnya semakin t inggi sebagai akibat dari pengaruh dari dasar laut yang lebih kaya akan kandungan nutrisinya. Kadar silikat yang cocok untuk budidaya biota laut belum ditetapkan, hal ini diduga hara silikat kurang berperan penting dibandingkan hara fostat maupun nitrat. Kesimpulan 1. Sumber hara fosfat, nitrat dan silikat sebagian besar berasal dari daratan yang terbawa oleh sungai-sungai yang bermuara di Teluk Jakarta daripada pasokan yang berasal dari Laut Jawa. 2. Kadar fosfat, nitrat dan silikat pada bulan Mei lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober. Konsentrasi hara di perairan pantai lebih tinggi daripada lepas pantai dan semakin meningkat-nya kadar zat hara dari tahun 2003 ke tahun 2004. 3. Beradasarkan kadar fosfat, nitrat dan silikat, Teluk Jakarta masih baik untuk kehidupan beberapa jenis ikan budidaya dan kerang-kerangan. Daftar Pustaka Anonim. 1985. Laporan tahunan sub proyek penel itian sif at-si f at oseanologi laut dangkal. Puslitbang Oseanologi. Jakarta. Periode 1985-1986 : 138-154. Anonim. 2003. Laporan akhir penelitian dinamika sumber daya laut perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta: 15-17. Anonim. 2004. Laporan akhir penelitian perairan kawasan pengelolaan dan pengembangan laut (KAPPEL) Jawa. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta: 21-24. Arief, D. M. Muchtar dan S. Liasaputra. 1978. Pengamatan hidrologi di Teluk Jakarta. In: Pemonitoran Teluk Jakarta. Proyek Penelitian Masalah Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pencemaran Laut. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI. Laporan No. 14: 6-33. Bennekom, A. J. van. 1988. Deep-water transit times in the eastern Indonesian basins, calculated from dissolved silica in deep and interstitial waters. Neth. J. Sea Res. 22 : 341-354. Ilahude, A. G dan S. Liasaputra. 1980. Teluk Jakarta, pengkajian fisika, kimia, biologi dan geologi tahun 1975-1979. A. Nontji dan A. Djamali. (Eds). Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI: 59-67. KLH. 1984. Bahan penyusunan RPP baku mutu air laut untuk mandi, renang, biota laut dan budidaya biota laut. Lokakarya Baku Mutu Air Lingkungan Laut, Bogor.

Simanjutak, 2007 287 KLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Liaw, W. K. 1969. Chemical and biological studies of fish pond and reservoir in Taiwan. Chinese America Joi nt Comissi on on Rural. Recontruction Fish, Series 7: 1-43. Liu, K-K and L-S. Fang. 1986. Nutrient cycling in the Penghu Bay: a study on nutrient regeneration in sediments in an oyster farm. A. Oceanographica Taiwanica. 17: 45-60. Muchtar, M. 1980. Kandungan silikonsilikat di Teluk Jakarta. in: Teluk Jakarta, pengkajian fisika, kimia, biologi dan geologi tahun 1975-1979. A. Nontji dan A. Djamali. (Eds). Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI: 59-67. Muchtar, M. 1994. Struktur komunitas biologi padang lamun di Pantai Sel atan Lombok dan kondisi lingkungannya.proyek Pengembangan Kelautan MREP 1993-1994, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Jakarta. 1-14. Nybakken, J. W. 1988. Biologi laut. suatu pendekatan ekologi (Diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo). Gramedia Jakarta. 459 p. Redfield, A.C. 1934. On the proportion of organic derivatives in sea water and their relation to the composition of plankton. James Johnstone Memorial. Liverpool. 176 p. Sharp, J.H. 1983. The distributions of inorganic nitrogen and disolved and particulate organic nitrogen in the sea. in: Nitrogen in the marine environment. E.J Carpenter and D.G. Capone. (Eds.). Academic Press New York: 1-29 p. Simanjuntak, M. 1999. Kandungan silikonsilikat di perairan Teluk Bayur dan Teluk Bungus, Sumatera Barat in: Pesisir dan pantai Indonesia II tahun 1999. D.P. Praseno, W.S. Atmaja, I. Supangat, Ruyitno dan B.S. Sudibjo. (Eds.). Puslitbang Oseanologi-LIPI: 1-8. Strickland, J.D.H. and T.R. Parsons. 1968. A practical handbook of seawater analysis. Fish. Res. Board. Canada, Bull. 167: 1-311. Sutamihardja, R. T. M. 1978. Kualitas dan pencemaran lingkungan. Sekolah Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB: 41 p. Winata, I. dan M. Muchtar. 1984 Zat hara fosfat, nitrat dan nitrit di perairan hutan mangrove Cilacap. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 308-312.