HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

dokumen-dokumen yang mirip
WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) SK DIREKSI NO KEP/216/072014

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

PENDAHULUAN. dunia, termasuk Pemerintah Indonesia. The Association of Certified Fraud

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

EVALUASI DAN IMPLEMENTASI LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN FCP (FRAUD CONTROL PLAN) DI RSST KLATEN.

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)


PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS)

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5.

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA


KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)


PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

MONITORING TINDAK LANJUT PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN YANG DITERIMA INSPEKTORAT PERIODE 2015

Whitsleblowing System

Lbrands Pedoman Perilaku dan Ethics Hotline

SURAT KEPUTUSAN TENTANG. PEDOMAN SYSTEM PElAPORAN PElANGGARAN WHlffiE BLOWING SYSTEM (WBS) DllINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO)

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 11 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI PENGUATAN PENGAWASAN. Heru Suseno, Yudrika Putra, Nila Yantrisiana, Testianto Hanung F.P

WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS)

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

Tentang Generali Group Compliance Helpline (EthicsPoint)

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PELAPORAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Pengertian Istilah

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

BAB I PENDAHULUAN. tindak kecurangan yang dilakukan oleh aparatur sipil negara seperti perilaku

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PEDOMAN SISTEM PENGADUAN PELANGGARAN (WHISTLE-BLOWING SYSTEM-WBS)

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO)

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

Visi Menjadi Perusahaan Pelayaran yang Tangguh dan Pilihan Utama Pelanggan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada Bab VI dan V, dapat disimpulkan

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)

TIDAK SEKEDAR TEORI TETAPI SEBUAH SOLUSI MENEKAN KORUPSI

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Pedoman Kerja Komite Audit

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

Dadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

Transkripsi:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran Sistem Pelaporan Pelanggaran terintegral di Rumah Sakit Dr. Moewardi mulai berlaku pada 1 Juni 2016 melalui Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Nomor: 188.4/11-716/2016. Sebelum keputusan tersebut diterbitkan, sebenarnya Rumah Sakit Dr. Moewardi sudah memiliki pedoman penanganan kecurangan, yaitu melalui Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Nomor: 188.4/1838A/2015 tanggal 5 Agustus 2015 tentang Panduan Fraud Layanan Kesehatan Dr. Moewardi. Keputusan tersebut berisi penjelasan umum tentang kecurangan pada layanan kesehatan dan upaya penanganannya secara umum. Meskipun telah diterbitkan panduan dalam penanganan kecurangan, Rumah Sakit Dr. Moewardi saat itu belum memiliki pedoman terkait mekanisme pelaporan kecurangan. Peraturan yang berlaku, yakni Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Nomor: 188.4/1838A/2015, hanya berisi penjelasan umum tentang kecurangan pada layanan kesehatan. Peraturan tersebut belum mengatur secara spesifik bagaimana prosedur yang harus dilakukan baik oleh karyawan maupun petugas dalam mengatasi kecurangan. Belum terdapat pedoman maupun aturan yang jelas mengenai kewajiban melaporkan adanya kecurangan, prosedur pelaporan kecurangan, jenis pelanggaran yang dapat dilaporkan, tindak lanjut atas pelaporan, dan belum terdapat tim pengelola laporan kecurangan. 29

30 Berdasarkan keterangan Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Rumah Sakit Dr. Moewardi, Shobari, S.Kep., M.Kes., peraturan yang ada saat itu belum mengatur prosedur dan pengelolaan laporan kecurangan, baik jenis pengaduan yang dapat ditindaklanjuti, mekanisme, serta petugas yang berwenang menindaklanjuti laporan. Hal ini berakibat pada sulitnya penyampaian laporan dari saksi apabila ditemukan indikasi kecurangan. Selain itu, ketidakjelasan aturan terkait pelaporan kecurangan juga menyebabkan proses tindak lanjut terhadap laporan kecurangan menjadi lebih rumit karena tidak adanya pedoman standar dalam menangani laporan kecurangan. Laporan kecurangan juga tidak terdokumentasi dengan baik. Tidak tersedianya sarana dan pedoman pelaporan yang jelas menurut Shobari menjadi salah satu alasan hampir tidak adanya pelaporan kecurangan yang diduga diakibatkan kebingungan karyawan maupun pihak lain dalam menyampaikan laporan. Bentuk Sistem Pelaporan Pelanggaran Rumah Sakit Dr, Moewardi Sistem Pelaporan Pelanggaran pada Rumah Sakit Dr. Moewardi berbentuk sistem pengaduan terintegrasi yang merupakan gabungan dari tiga jenis pelaporan aduan. Pelaporan tersebut yaitu Whistle Blowing System (WBS), Pelaporan Gratifikasi, dan Pelaporan Benturan Kepentingan. WBS pada Rumah Sakit Dr. Moewardi dibangun untuk memberikan kesempatan kepada pegawai yang mengetahui adanya tindak kecurangan pada lingkungan rumah sakit mengungkapkan penyimpangan tersebut tanpa merasa khawatir kerahasiaanya diketahui orang lain. Whistleblowing pada dasarnya merupakan pengungkapan tindakan pelanggaran yang dapat merugikan organisasi

31 maupun pemangku kepentingan yang dilakukan oleh karyawan dan umumnya dilakukan sacara rahasia (confindental) (KNKG, 2008). Meskipun demikian, berdasarkan keterangan Shobari, WBS disediakan tidak hanya sebagai media pengaduan bagi karyawan, akan tetapi juga media penampung aduan dari pihak luar yang mengetahui adanya kecurangan pada lingkungan rumah sakit. Pelaporan gratifikasi disediakan sebagai media bagi karyawan untuk melaporkan adanya gratifikasi yang diduga berhubungan dengan tugas maupun kewenangannya pada lingkungan Rumah Sakit Dr. Moewardi. Gratifikasi sebagaimana penjelasan pasal 12 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 meliputi pemberian uang, barang, rabat, fasilitas seperti penginapan, perjalanan wisata, maupun fasilitas lain. Pelaporan benturan kepentingan disediakan untuk menampung laporan adanya konflik kepentingan pegawai atau pejabat pada lingkungan rumah sakit secara pribadi yang bertentangan dengan kepentingan rumah sakit yang diakibatkan adanya aktivitas atau partisipasi karyawan maupun pejabat pada suatu tugas. Kebijakan dan Pelaksanaan Sistem Pelaporan Pelanggaran Pelaksanaan Sistem Pelaporan Pelanggaran pada Rumah Sakit Dr. Moewardi diatur dalam Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Momor 188.4/II- 716/2016 tentang Pedoman Whistleblowing System RSUD Dr. Moewardi. Penggunaan whistleblowing system pada peraturan tersebut dianggap bermakna Sistem Pelaporan Pelanggaran, sehingga ruang lingkup penerapan pedoman tersebut dijelaskan berlaku bagi seluruh pegawai, mitra kerja, dan seluruh

32 stakeholder Rumah Sakit Dr. Moewardi, dalam hal ini termasuk pihak eksternal organisasi. Hal-hal yang diatur dalam pedoman tersebut: 1. Kewajiban melaporkan pelanggaran, Setiap pegawai Rumah Sakit Dr. Moewardi yang mendengar, melihat dan/atau mengalami terjadinya pelanggaran atau dugaan terjadinya pelanggaran, wajib melaporkannya kepada petugas pengelola pengaduan melaluisaluran yang telah disediakan. Kewajiban tersebut tidak mengikat bagi masyarakat di luar Rumah Sakit Dr. Moewardi, tetapi saluran pelaporan dapat dimanfaatkan juga oleh pihak di luar lingkungan Rumah Sakit Dr. Moewardi. 2. Lingkup pengaduan yang harus atau wajib dilaporkan Lingkup pengaduan yang ditindaklanjuti melalui sistem pelaporan pelanggaran adalah tindakan yang dapat merugikan organisasi, meliputi penyimpangan dari peraturan yang berlaku, penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan lain di luar organisasi, pemerasan, perbuatan curang, korupsi, benturan kepentingan, dan gratifikasi. Pengaduan tersebut pelaporannya dikelompokkan dalam tiga kelompok sesuai pengelompokkan pada pengelompokkan yang tersedia pada media pelaporan. Laporan wajib mencantumkan penjelasan indikasi wala pelanggaran meliputi pelanggaran yang diadukan, pihak yang terlibat, lokasi pelanggaran, waktu atau periode pelanggaran, bagaimana pelanggaran terjadi, dan bukti pendukung apabila ada.

33 3. Sarana Pelaporan Rumah Sakit Dr. Moewardi menyediakan beberapa alternatif sarana khusus melaporkan kecurangan, baik pengaduan secara langsung maupun secara tidak langsung. Penyampaian pelaporan penlanggaran dapat disampaikan langsung kepada SPI Rumah Sakit Dr. Moewardi sebagai unit pengelola laporan. Penyampaian laporan secara tidak langsung melalui surat, surat elektronik, hot line telepon, maupun website yang disediakan khusus oleh Rumah Sakit Dr. Moewardi untuk pelaporan pelanggaran. Gambar 4.1. Tampilan situs pelaporan RS. Dr. Moewardi Sumber http://rsmoewardi.com/wbs.v5 Tersedianya alternatif penyampaian aduan menunjukkan komitmen RS. Dr. Moewardi untuk memberikan kesempatan dan mendorong semua pihak menyampaikan pengaduan bila menemukan pelangggaran terkait kecurangan di lingkungan Rumah Sakit Dr. Moewardi.

34 4. Pengelolaan Sistem Pelaporan Pengaduan Pengelolaan sistem pelaporan pengaduan dilakukan oleh SPI selaku unit pengelola WBS. Mekanismenya secara umum dilakukan dengan penerimaan dan penyaringan laporan pengaduan oleh unit pengelola WBS. Laporan tersebut akan dianalisis untuk meastikan kebenaran laporan. Apabila laporan sesuai lingkup pengaduan dan terdapat indikasi awal pelanggaran selanjutnya laporan tersebut akan ditindaklanjuti. Tindak lanjut dari SPI kemudian akan disampaikan ke Direksi untuk memperoleh rekomendasi untuk tindakaan selanjutnya. Apabila pengaduan terbukti, selanjutnya ditindaklanjuti samapi dengan pemberian sanksi sesuai tingkat pelanggaran atau diteruskan ke pihak penyidik untuk proses lebih lanjut. Tindak lanjut pengaduan dapat dihentikan apabila tidak terbukti atau selesai dan kasus yang terlapor akan ditutup. Seluruh proses pada sistem pelaporan pelanggaran didokumentasikan. Seluruh rekam pengaduan pelanggaran dilaporkan melalui laporan berkala 3 bulanan oleh SPI kepada Direktur. 5. Perlindungan terhadap pelapor Pedoman pelaksanaan sistem pelaporan pelanggaran juga mengatur bahwa Rumah Sakit Dr. Moewardi wajib memberikan perlindungan bagi pelapor untuk memberi kenyamanan dan mendorong partisipasi dalam pengungkapan kecurangan. Perlindungan tersebut berupa menjamin kerahasiaan identitas pelapor selama pelapor tidak membuka sendiri identitas pelapor. Selain terhadap pelapor, perlindungan juga diberikan oleh petugas yang melakukan investigasi.

35 Pedoman pelaporan pelanggaran RS Dr. Moewardi mengatur dan penganjuran penggunaan penggunaan nama samaran atau sandi yang tidak menggambarkan identitas pelapor. Penggunaan nama sandi tersebut digunakan apabila dibutuhkan dalam tindak lanjut. 6. Sanksi Aturan terkait pedoman pelaporan menyebut pemberian sanksi bagi pelanggaran yang terjadi, akan tetapi rincian atau tingkatan sanksi tidak disebutkan secara terperinci dalam pedoman tersebut. Pertimbangan pemberian sanksi adalah sesuai ketentuan yang berlaku pada Rumah Sakit. Kendala dalam Pelaksanaan Sistem Pelaporan Pengaduan Setiap kebijakan yang diterapkan pada suatu organisasi wajar apabila terjadi kendala dalam implementasinya. Implementasi Sistem Pelaporan Pelanggaran pada Rumah Sakit Dr. Moewardi tak luput dari beberapa kendala. Berdasarkan wawancara dengan Shobari selaku Ketua SPI serta AS dan SY selaku karyawan pada Rumah Sakit Dr. Moewardi, diketahui beberapa kendala terjadi, antara lain: 1. Kurang pemahaman teknis pelaporan Pemahaman teknis terkait prosedur pelaporan adalah salah satu kendala dalam pelaksanaan penerapan sistem pelaporan pelanggaran, lhususnya pada penggunaan sistem informasi sebagai media pelaporan. Alasan kurang terbiasa dalam penggunaan teknologi adalah penyebabnya. Pegawai yang tidak terbiasa atau tidak mahir menggunakan teknologi akan kesulitan dalam memanfaatkan fasilitas tersebut apabila tidak dibiasakan dalam menggunakannya. Selain itu, informasi

36 prosedur pelaporan belum cukup terpublikasi bagi stake holder dari pihak eksternal rumah sakit. 2. Masih adanya kekhawatiran akan kerahasiaan pelapor Masih ada individu yang mengkhawatirkan kerahasiaan identitasnya tidak terjamin. Padahal pedoman dan aturan yag ada telah menjelaskan bahawa aturan yang ada telah menjamin kerahasian pelapor. 3. Partisipasi kurang Budaya permisif terhadap adanya pelanggaran dapat menyebabkan kurangnya partisipasi. Perasaan sungkan untuk melaporkan pelanggaran yang dilakukan pihak lain terutama yang dirasa pelanggaran ringan menyebabkan orang cenderung memilih untuk tidak mau repot melaporkan hal tersebut. Selain itu, alasan lain adalah karena penerapan sistem tersebut masih baru untuk Rumah Sakit Dr. Moewardi. Evaluasi dan Analisis atas Penerapan Sistem Pelaporan Pelanggaran Zimbelman dkk. (2014) menyebutkan Sistem Pelaporan Pelanggaran yang ideal setidaknya mengadung elemen-elemen anonimitas, independensi, kemudahan akses, dan proses tindak lanjut. 1.5.1 Anonimitas Sistem pelaporan yang efektif harus menyembunyikan identitas pelapor. Hal tersebut bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan pelapor dari risiko ancaman. Rumah sakit Dr. Moewardi telah memenuhi aspek anonimitas. Pedoman sistem pelaporan pelanggaran Rumah Sakit Dr. Moewardi telah mengatur penggunaan nama samaran atau inisial atau sandi yang tidak menggambarkan

37 identitas pelapor sebagai pengganti identitas pelapor. Menurut AS dan SY selaku karyawan, calon pelapor lebih merasa nyamn apabila melapor tanpa menyertakan identitas. Penggunaan nama pengganti mengurangi kekhawatiran akan kerhasiaan identitas pelapor. 1.5.2 Indepedensi, Pengelola sistem pelaporan yang baik selayaknya independen, dan tidak terkait dengan kejadian kecurangan yang terjadi. Unit pengelola sistem pelaporan pelanggaran Rumah Sakit Dr. Moewardi adalah SPI. Meskipun masih bagian dari lingkungan Rumah Sakit Dr. Moewardi, unit pengelola pelaporan masih tetap independen karena tidak berhubungan langsung dengan pelayanan, pengelolaan keuangan, atau fungsi lain yang merupakan fungsi operasi sehari-sehari organisasi, selain perannya sebagai pengawas. KNKG (2008) menyatakan unit pengelola sistem pengaduan pelanggaran independen selama bukan merupakan fungsi atau unit yang melaksanakan operasi perusahaan sehari-hari. Meskipun sebagai unit pengelola pelaporan pelanggaran, apabila terdapat kecurangan yang dilakukan SPI, proses tindak lanjut pelaporan masih tetap dilaksanakan. Pedoman pelaporan pelanggaran RS Dr. Moewardi mengatur pengaduan terhadap pelanggaran oleh dilaporkan ke Direksi langsung. Sedangkan, pelaporan atas pelanggaran direksi akan ditindaklanjuti Inspektorat Provinsi Jawa Tengah. 1.5.3 Kemudahan Akses Pelaporan Pilihan jalur pelaporan yang beragam akan memberi kemudahan bagi pelapor dalam menyampaikan laporan. Rumah Sakit Dr. Moewardi telah

38 menyediakan beberapa alternatif media pelaporan yaitu melalui sarana email, surat, hot line telepon, situs pengaduan berbasis web, maupun pelaporan secara langsung. Banyaknya pilihan tersebut memudahkan penyampaian laporan melalui media yang dianggap nyaman oleh pelapor tidak terpaku pada satu pilihan akses. Salah satu bentuk perlindungan atas pelapor adalah dengan memberi fasilitas saluran pelaporan yang memudahkan pelapor (KNKG, 2008) Kemudahan atas akses tidak hanya dinilai dari ketersediaan media pelaporan, ketersediaan informasi akan prosedur pelaporan termasuk prosedur teknis penggunaan media laporan merupakan salah satu bentuk kemudahan akses pelaporan. Informasi terkait prosedur pelaporan termasuk prosedur teknis penggunaan media pelaporan pada dasarnya telah tersedia. Informasi tersebut mudah diperoleh bagi warga internal rumah sakit. Rumah Sakit Dr. Moewardi telah menyampaikan informasi tentang teknis pelaporan melalui sosialisasi dan melalui program pit stop yaitu pelatihan melalui kelas bagi seluruh pegawai termasuk pegawai baru. Selain itu, setiap pegawai juga memperoleh buku saku WBS yang berisi tentang penjelasan termasuk prosedur teknis penggunaan media pelaporan. Namun, bagi pihak eksternal, termasuk pengguna jasa rumah sakit, informasi atas ketersediaan media pelaporan dan prosedur teknis pemanfaatanya masih minim. Ketua SPI mengakui masih kurangnya help desk, papan informasi, maupun media penyampaian informasi lain yang mudah diakses pihak eksternal rumah sakit. 1.5.4 Tindak lanjut Sistem pelaporan yang baik harus bisa menindaklanjuti laporan secepat mungkin untuk mencegah kecurangan berkembang lebih parah. Informasi terkait

39 prosedur tindak lanjut harus jelas dan pelapor berhak untuk memperoleh informasi perkembangan tindak lanjut pelaporan (KNKG, 2008). Prosedur tindak lanjut atas pelaporan pelanggaran pada Rumah Sakit Dr. Moewardi telah diatur pada pedoman pelaksanaan sistem pelaporan pelenggaran. Namun, penjelasan terkait hak pelapor maupun prosedur untuk memperoleh informasi perkembangan tindak lanjut pelaporan tidak tercantum secara jelas dalam aturan yang ada. Meskipun demikian, Shobari selaku SPI menyatakan dalam pelaksanaannya pelapor berhak memperoleh penjelasan terkait perkembangan tindak lanjut atas laporan apabila berminat. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh responden AS yang menyatakan menerima informasi atas hasil tindak lanjut atas laporan yang disampaikan. Teen (2005) menjelaskan dalam membangun kebijakan sistem pelaporan yang ideal perlu diperhatikan beberapa elemen kunci, yaitu: 1. Metode dan Saluran Rumah Sakit Dr. Moewardi telah menyediakan berbagai media pelaporan yang dikelola secara internal. 2. Pengaduan dengan atau tanpa nama Pedoman Pelaporan Pada RS. Dr. Moewardi telah mengatur penggunaan identitas samaran sebagai pengganti identitas pelapor untuk memberi kenyamanan dan jaminan kerahasian identitas pelapor.

40 3. Pelanggaran yang dapat dilaporkan Pedoman pelaporan telah mengatur ruang lingkup dan jenis pelaporan yang dapat dilaporkan dan ditindaklanjuti terkait pelaporan pelanggaran secara terperinci. 4. Investigasi, tindak lanjut, dan prosedur pelaporan Prosedur pelaporan, tindak lanjut, dan prosedur pelaporan telah diatur secara jelas pada pedoman pengeloaan pelaporan pelanggaran. Namun, informasi tentang pemantauan tindak lanjut oleh pelapor belum diatur secara rinci. Penerapan Fraud Control Plan dan Pencegahan Fraud Penerapan sistem pelaporan pelanggaran merupakan bagian dari penerapan fraud control plan, yaitu penerapan atribut yang berhubungan dengan reporting system dan community awareness. 1. Community awareness Community Awareness dapat dilihat dari kepedulian pegawai, pelanggan, dan masyarakat dan bagaimana organisasi memberi perlindungan bagi pelapor. Partisipasi dan inisiatif pihak di lingkungan organisasi, baik pegawai maupun masyarakat merupakan salah satu kunci dalam pencegahan kecurangan. Dengan adanya partisipasi informasi adanya kecurangan dapat dicegah dan dideteksi secara dini. Untuk meningkatkan kepedulian lingkungan, peningkatan komunikasi terutama terkait pelaporan pelanggaran sangatlah penting untuk memberikan pemahaman pentingnya partisipasi lingkungan. Rumah Sakit Dr. Moewardi telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan pemahaman pegawai tentang pentingnya pengungkapan kecurangan, antara lain melalui

41 sosialisasi, buku panduan, dan penerapan aturan. Untuk mendorong partisipasi pelapor, Rumah sakit Dr. Moewardi menjamin adanya perlindungan pelapor, salah satunya dengan menjaga kerahasiaan identitas pelapor dan komitmen melindungi pelapor ditegaskan dalam aturan dan pedoman pelaksanaan sistem pelaporan pelanggaran. Meskipun demikian, berdasarkan keterangan Shobari, selaku Ketua SPI RS. Dr. Moewardi, jumlah pelaporan kecurangan terutama pelaporan dari luar masih rendah. Hal tersebut menurutnya dikarenakan pemberian informasi tentang pelaporan ke pihak eksternal masih terbatas. 2. Reporting System Upaya peningkatan kepedulian lingkungan perlu didukung adanya sistem pelaporan yang memadai. Rumah sakit Dr. Moewardi telah menerapkan sistem pelaporan pelanggaran. Sistem pelaporan pelanggaran telah diatur dalam kebijakan yaitu melalui Keputusan Direktur Nomor 188.4/11-716/2/2016. Penerapan sistem pelaporan pelanggaran berdampak pada pencegahan kecurangan. Responden AS menyatakan dengan tersedianya sistem pelaporan pelanggaran yang jelas tentu meningkatkan kepedulian pegawai dalam memerangi kecurangan. Fasilitas tersebut memudahkan pegawai maupun pihak lain apabila ingin melakukan pelaporan pelanggaran, termasuk apabila ingin melaporakan atas pelanggaran yang terlanjur terjadi oleh pelapor karena adanya jaminan kerahasiaan. Menurut responden SY, adanya sistem pelaporan pelanggaran meskipun tidak langsung meningkatkan kesadaran dalam pengungkapan pelanggaran, dengan mengetahui berlakunya sistem tersebut, pegawai lebih terdorong untuk tidak melakukan tindak pelanggaran.