BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara tepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus-menerus terjadi dan lapangan tenaga kerja yang semakin sempit, tentunya peluang usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu mengidentifikasikan peluang lapangan kerja yang muncul akibat adanya perubahan tersebut (Harsiwi, 2003:2). Lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas bagi para tenaga kerja. Namun akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, banyak terjadi PHK pada sektor formal ini. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal. Bahwa kelihatannya sektor informal tidak mampu menampung tenaga kerja seperti harapan kita, pada kenyataannya sektor informal bisa menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Banyak bidang informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenaga kerja (Suryananto, 2005:1). Dalam suatu masyarakat pembangunan ekonominya dapat dikatakan berhasil dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat tersebut. Dengan 1
2 pendapatan perkapita yang tinggi, suatu masyarakat akan lebih mudah dalam melaksanakan proses dalam segala bidang. Dikarenakan dengan adanya pendapatan perkapita yang tinggi maka mencerminkan tingkat kesejahteraan yang tinggi pula dalam suatu masyarakat. Diantara berbagai negara terdapat perbedaan jumlah pendapatan perkapita yang mencerminkan perbedaan kesejahteraan diantara berbagai Negara (Sukirno, 1980:14). Peran penting dan kelebihan dari pasar tradisional yang merupakan salah satu budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan pada saat ini hampir terkikis akibat dari persaingan sengit dari pasar modern sehingga pemerintah melalui kementrian perdagangan bertekad dan serius membenahi pasar tradisional. Pemerintah mempunyai program revitalisasi pasar tradisional dimana program tersebut pemerintah mencoba menata pasar-pasar menjadi pasar modern dan menghidupkan usaha-usaha masyarakat pada umumnya dan para pedagang dipasar tradisional pada khususnya. Revitalisasi tersebut meliputi pembenahan manajemen pasar dan peningkatan pengetahuan dasar bagi para pedagang. Dari program tersebut diharapkan pasar - pasar tradisional dapat menjadi barometer stabilitas harga, ketersediaan bahan pokok, dan dapat berperan secara strategis dalam meningkatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang pada akhirnya berkiprah dalam kemajuan perekonomian nasional (Gilarso, 2004). Kegiatan perdagangan terdapat beberapa pelaku ekonomi, salah satunya yaitu pedagang dan pembeli. Pedagang adalah orang yang menjalankan usaha berjualan, usaha kerajinan, atau usaha pertukangan kecil. Pedagang merupakan pelaku ekonomi yang paling berpengaruh dalam sektor
3 perdagangan karena kontribusinya adalah sebagai penghubung dari produsen ke konsumen. Kesejahteraan seseorang pedagang dapat diukur dari pendapatannya, oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang harus diperhatikan supaya pendapatan pedagang stabil dan kesejahteraannya meningkat sehingga kegiatan transaksi jual-beli di pasar tetap berjalan dengan lancar, jumlah pedagang yang ada akan tetap bertahan dan akan semakin bertambah (Peraturan Daerah no.10 tahun 1998). Struktur masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang didominasi oleh komunitas yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan dengan modal yang rendah pula. Bagi penduduk yang mulai memasuki usia kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki modal maka akan sangat sulit dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Dengan tidak terserapnya penduduk tersebut maka akan membawa dampak kepada tingkat pengangguran. Dengan tingkat pengangguran yang tinggi maka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pun masih akan sangat sulit. Penduduk yang tidak terserap dalam lapangan kerja akan memilih jalan lain dalam memperoleh pekerjaan. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah memasuki sektor lapangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Yustika, 2007). Keberadaan sektor UMKM saat ini menjadi salah satu solusi dalam menghadapi masalah ketenagakerjaan di Indonesia yaitu pengangguran. Saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, banyak perusahaan besar yang memiliki aset besar di Indonesia gulung tikar sebagai imbas dari memburuknya kondisi ekonomi moneter indonesia kala itu. Pada saat itu keberadaan sektor usaha kecil memiliki daya tahan yang cukup kuat dan
4 bertahan terhadap badai krisis ekonomi dan moneter. Fakta tersebut yang kemudian menimbulkan pernyataan, bahwa UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional (Yustika, 2007). Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia berjuang untuk tetap bertahan hidup dan mengatasi masalahnya dengan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga dan pikiran yang dimilikinya, serta tersedianya modal yang ada pada diri serta lingkungannya. Di kota maupun desa, sama-sama tidak mudah untuk mendapatkan barang yang dibutuhkannya itu untuk kebutuhan sehari-hari mengingat kebutuhan manusia yang semakin tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia tidak bisa sendiri dalam mendapatkan barang yang dibutuhkannya itu, seseorang harus mencari atau membeli barang serta hasil dari UMKM yang sudah diperjual belikan ditempat tersebut. Seperti pasar contohnya, di pasarlah seseorang akan menemukan berbagai kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, dan sebagainya (Suparmoko, 1997). Pasar itu sendiri terbagi ada pasar modern dan juga pasar tradisional, seiringnya dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, pasar tidak hanya merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli dengan masyarakat yang ada di sekitar pasar, lebih dari itu pasar juga dijadikan sarana penggerak perekonomian dalam skala besar. Sebagai upaya dalam menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu motor penggerak dinamika perkembangan perekonomian suatu kota, maka diperlukan adanya pasar yang beroperasi secara optimal dan efesien serta dapat melayani kebutuhan masyarakat (Nindya, 2007).
5 Adanya ancaman terhadap eksistensi dan keberadaan pasar tradisional sebagai penggerak perekonomian rakyat yang membumi dikarenakan legalitas kepemilikan asing terhadap perusahaan ritel serta belum terakomodirnya kepentingan pasar tradisional. Kesamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan tradisional, telah menimbulkan persaingan antara keduanya. Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan daya beli dan gaya hidup masyarakat. Pada awalnya konsumen hanya berbelanja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun dengan berkembangnya usaha ritel maka permintaan konsumen terhadap pelayanan, kenyamanan, dan kebersihan dalam berbelanja pun meningkat (Ayuningsasi, 2010). Citra negatif yang biasa ditemui di pasar tradisional merupakan salah satu penyebab beralihnya konsumen menuju pasar modern. Citra negatif yang tidak pernah lepas mengenai pasar tradisional adalah tempat yang kotor, becek, berbau, tidak aman dan tidak sehat. Fasilitas yang disediakan pun sangat minim, misalnya saja toilet yang tidak terawat, tempat parkir yang terbatas dan lorong yang sempit. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi pembeli untuk berbelanja di pasar tradisional. Apabila ditinjau dari keadaan non fisik berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar. Kemampuan SDM para pedagang dan pengelola pasar dalam teknis dan manajerial sangat terbatas (Lukman, dkk : 2012). Para pedagang juga kurang memiliki pemahaman mengenai perilaku konsumen. Minimnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki menyebabkan
6 produsen dan pedagang kurang mampu mengikuti cepatnya perubahan terhadap selera konsumen yang selalu berubah-ubah dari waktu. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa peremajaan dan renovasi keadaan fisik maupun non fisiknya. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya menyelamatkan pasar tradisional yaitu revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional merupakan program pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang sendiri dalam wadah koperasi (Nikmah, 2015) Program revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang melekat pada pasar tradisonal. Penyebabnya, pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti yang mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif. Dalam menjalankan aktivitas ekonomi di pasar tradisional, kondisi fisik memegang peranan yang penting. Rancangan fisik pasar harus mempertimbangkan fungsi pasar sebagai tempat aktivitas ekonomi sosial komunitas penggunanya. Program revitalisasi pasar tradisional juga menyentuh tata kelola (kelembagaan) pasar. Mewujudkan pasar yang profesional haruslah dikelola dengan manajemen yang terpadu dimana seluruh manajemen pasar terintegrasi menjadi satu (Kasali, 2007). Dalam ilmu ekonomi kita bicara tentang pasar jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang mau membeli suatu barang
7 atau jasa tertentu dengan harga tertentu. Di pasar banyak terdapat para pembeli dan penjual yang sedang melakukan transaksi, para penjual yang menyediakan dan menjual dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan serta produk-produk yang banyak jenisnya. Di sinilah terjadinya kegiatan ekonomi yaitu penjual yang sibuk menawarkan berbagai barang yang dijualnya dan para pembeli yang sibuk dengan barang yang dibutuhkannya. Dengan cara tersebut, penjual akan mendapatkan uang dari hasil penjualan (Gilarso, 1992: 154). Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan pedagang pasar yaitu modal. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam suatu produksi. Modal usaha yang relatif besar jumlahnya, akan memungkinkan suatu unit penjualan dengan banyak jenis produk. Dengan cara itu, pendapatan yang akan diperoleh juga akan semakin besar. Akan tetapi, pasar tradisional mayoritas pedagangnya berasal dari masyarakat menengah kebawah. Jadi, dalam mendapatkan suatu modal kebanyakan para pedagang masih mengandalkan hasil pertanian maupun ketrampilannya saja. Padahal jika para pedagang pasar tersebut ingin menambah modal, para pedagang bisa meminjam modal tersebut di bank atau BPR. Pedagang harus pintar-pintar atau berani dalam menentukan modal, karena ketersediaan modal yang dimiliki akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan mereka.(kasali, 2007) Selain modal, pemilihan lokasi juga sangat penting dalam suatu penjualan. Lokasi sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan. Lokasi yang strategis merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam
8 memilih lokasi. Lokasi yang cocok dijadikan tempat berdagang karena berhubungan langsung dengan konsumen yaitu lokasi yang mudah dijangkau, lokasi yang mudah dilihat oleh para calon pembeli, serta lokasi yang sering dilalui oleh para konsumen yang biasanya berdekatan dengan jalan masuk. Seperti pasar contohnya, pasar adalah salah satu lokasi yang baik untuk dijadikan tempat usaha berjualan, karena di pasar banyak para konsumen berdatangan. Dengan memilih lokasi yang tepat, para pedagang pasar akan mudah untuk menjual atau menawarkan berbagai barang yang dijualnya kepada para calon pembeli, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Jadi, dengan pemilihan lokasi yang tepat itulah, pedagang atau penjual di pasar akan mendapatkan pendapatan yang maksimal (Lukman, dkk: 2012). Pasar tradisional sampai sekarang masih menjadi pusat kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Di pasar, seseorang bisa mendistribusikan produk-produk yang dihasilkannya untuk dijual dan para penjual tersebut bisa memperoleh pendapatan, sehingga bisa mensejahterakan hidupnya sekaligus bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekelilingnya. Di pasar, terdapat banyak penjual yang saling bersaing. Tujuan para penjual atau pedagang sama-sama mencari laba atau keuntungan. Kegiatan itulah yang menjadi sumber pendapatan bagi mereka (Harsiwi, 2002) Analisis bagaimana preferensi seseorang dalam mengonsumsi sesuatu, dapat ditinjau dari bagaimana suatu produk dapat memuaskan pedagang itu sendiri dalam kenyamanan berdagang. kepuasan pedagang sebagai evaluasi
9 secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kondisi pasar setelah direvitalisasi menjadi nyaman dan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar dan juga berpengaruh terhadap ketertarikan konsumen dalam berbelanja di pasar tersebut. Swan, et al (1980) mendefinisikan kepuasan konsumen atau pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan atau pemakaiannya. Ini berarti kesukaan konsumen dalam berbelanja dapat diartikan sebagai hasil evaluasi konsumen atau pelanggan dalam berbelanja di suatu tempat perbelanjaan, sehingga menimbulkan suatu kecenderungan dalam pemilihan tempat berbelanja (Tjiptono, 2004:350). Jumlah pasar di Kota Malang cukup banyak yaitu sebanyak 28 pasar dari berbagai kecamatan di kota Malang. Pada kecamatan kedungkandang terdapat 6 pasar, kecamatan sukun terdapat 4 pasar yang salah satunya adalah pasar hewan, kecamatan klojen terdapat 14 pasar yang di lengkapi dengan pasar hewan, pasar bunga, dan pasar buku. Kemudian pada kecamatan blimbing dan lowokwaru terdapat 2 pasar. Dari data tersebut pada kecamatan klojen mendominasi pasar di kota Malang yaitu dengan 14 pasar. 14 pasar tersebut salah satunya adalah pasar Oro Oro Dowo yang pertama kali direvitalisasi oleh pemerintah (Dinas Pasar Kota Malang, 2016) Pada Kecamatan Klojen terdapat pedagang sebesar 3530. Pasar yang paling banyak pedagangnya adalah pasar besar dengan jumlah pedagangnya sebesar 1388, pasar baru barat sebanyak 520, kemudian pasar mergan sebesar 250 pedagang, sedangkan lainnya dibawah 200 pedagang. Sedangkan pasar
10 Oro Oro Dowo sendiri sebanyak 180 pedagang, akan tetapi pasar tersebut menjadi pasar percontohan pada kota Malang karena pasar tersebut selesai direvitalisasi oleh pemerintah pada awal Januari 2016 (Dinas Pasar Kota Malang, 2016) Pasar ini merupakan pasar pertama di Kota Malang yang telah direvitalisasi oleh pemerintah pusat pada awal September 2015 dan dibangun atas kerja sama Kementrian Perdagangan Republik Indonesia dengan Pemerintah Kota Malang melalui dana tugas bantuan tahun 2015. Pasar ini merupakan pasar terbersih yang ada di Kota Malang. Sehingga pasar ini nyaman untuk di kunjungi oleh para pengunjung termasuk turis mancanegara. Biasanya turis yang berasal dari Belanda, karena mereka ingin bernostalgia untuk mengingat leluhurnya. Selain dikenal sebagai pasar terbersih, pasar ini juga mempertahankan bangunan tuanya yang menghadap ke arah jalan Guntur. Bangunan tua sengaja tidak di hancurkan karena bangunan tersebut merupakan peninggalan kolonial Belanda (Dinas Pasar Kota Malang, 2016). Dengan diadakannya program revitalisasi, pasar tradisional siap menyaingi serbuan pasar modern. Pasar tradisional akan kembali dilirik oleh konsumen jika citra buruk yang melekat selama ini dihapuskan. Kuncinya adalah pasar tradisional harus ditata sedemikian rupa sehingga keadaannya menjadi bersih dan nyaman bagi pengunjung termasuk menjaga kualitas kesehatan produk yang dijual. Pemerintah haruslah proaktif untuk menghidupkan kembali pasar tradisional begitu juga dengan para pedagang dan pengelola pasar harus konsisten untuk menjaga aura pasar tradisional
11 untuk kebersihan pasar pasca revitalisasi tetap terjaga disertai juga dengan tata kelola pasar yang profesional (Dinas Pasar Kota Malang, 2016). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang yang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar di Pasar Oro Oro Dowo Kota Malang, sehingga penulis memutuskan untuk membuat penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Modal Usaha, Jam Kerja dan Luas Tempat Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Oro Oro Dowo Kota Malang. B. Rumusan Masalah Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi dan kenyamanan di pasar Oro Oro Dowo Kota Malang? 2. Seberapa besar dampak pengaruh modal, jam kerja, dan luas tempat terhadap pendapatan pedagang pasar Oro Oro Dowo Kota Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kenyamanan pada kondisi pasar di pasar Oro Oro Dowo Kota Malang. 2. Untuk mengetahui dampak pengaruh modal, jam kerja, luas tempat pedagang terhadap pendapatan pedagang pasar Oro Oro Dowo Kota Malang
12 D. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan semula yang telah direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan batasan sebagai berikut : 1. Analisis dilakukan hanya berada di Pasar Oro Oro Dowo 2. Penelitian yang di lakukan fokus pada 9 bahan pokok pangan (sembako) di Pasar Oro Oro Dowo Kota Malang E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara teori, Memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang pendapatan pedagang Pasar Oro Oro Dowo 2. Seebagai akademik, diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang sejenis Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah daerah setempat mengenai dampak pendapatan pedagang pasar Oro Oro Dowo dan kenyamanan pedagang di pasar Oro Oro Dowo Kota Malang dan diharapkan bisa membantu para pedagang untuk meningkatkan pendapatan.