a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

KODE ETIK GURU INDONESIA

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA SKRIPSI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

PERATURAN UMUM PELAKSANAAN ORGANISASI ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION LOCAL CHAPTER UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 11 SERI E

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN TATA KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

KERJA SAMA DESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK KECAMATAN BUNGARAYA DESA BUNGARAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Kepemimpinan Mudîr dalam Pengelolaan Pondok Pesantren Tahfizhul Qur an di

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 05 Tahun : 2010 Seri : E

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan Manajemen

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. seluruh komunitas sekolah, baik secara bersama-sama maupun masingmasing.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN BUPATI BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

Transkripsi:

Lampiran a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah 1. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah dalam memberikan pelimpahan dan distribusi kewenangan terhadap rekan kerja anda? 2. Bagaimana anda selaku Kepala Sekolah menyusun mekanisme pembuatan keputusan? 3. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah menjalankan proses penetapan kebijakan? 4. Bagaimana cara anda melakukan pengawasan terhadap kinerja rekan kerja anda? 5. Selaku Kepala Sekolah apakah anda pernah memberikan motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif terhadap rekan kerja anda? b. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Guru 1. Apakah anda pernah diberi pelimpahan kewenangan dari Kepala Sekolah anda? 2. Apakah anda sebagai Guru pernah dilibatkan dalam penyusunan mekanisme pembuatan keputusam?

3. Apakah anda sebagai Guru pernah dilibatkan dalam proses penetapan kebijakan? 4. Apakah kinerja anda pernah mendapat pengawasan dari Kepala Sekolah? 5. Selaku Guru, apakah anda pernah mendapatkan motivasi dan suasana kerja yang kondusif dari Kepala Sekolah anda? c. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Komite 1. Apakah anda selaku komite pernah diberi pelimpahan kewenangan dari Kepala Sekolah yang menyangkut program kerja sekolah? 2. Apakah anda sebagai Komite pernah dilibatkan dalam penyusunan mekanisme pembuatan keputusam? 3. Apakah anda sebagai Komite pernah dilibatkan dalam proses penetapan kebijakan? 4. Apakah kinerja anda pernah mendapat pengawasan dari Kepala Sekolah? 5. Selaku Komite, apakah anda pernah mendapatkan motivasi dan suasana kerja yang kondusif dari Kepala Sekolah?

Lampiran Wawancara Wawancara dengan Kepala Sekolah, guru dan juga komite dari 4 SD Negeri yang ada di Gugus Hssanuddin yang berkaitan dengan 1. Pelimpahan dan distribusi kewenangan 2. Mekanisme pembuatan keputusan 3. Proses penetapan kebijakan 4. Melakukan pengawasan 5. Memberikan motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif Hasil ini peneliti peroleh dari hasil wawancara yang peneliti lakukan selama satu minggu pada masing masing sekolah terhitung dari tanggal 11 Februari 2012 sampai tanggal 8 Maret 2012. 1. Pelimpahan dan Distribusi kewenangan a. SDN 2 Wates Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut: Dalam menjalankan manajemen sekolah saya menjalankan tugas saya sesuai dengan aturan yang berlaku, dan memberikan kewenangan tugas kepada wakil kepala sekolah maupun staf yang lain, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing. Akan tetapi jika tugas itu bisa saya jalankan sendiri, maka saya lebih memilih untuk melakukannya sendiri tanpa merepotkan bawahan saya..

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah, maka penelitipun melakukan wawancara dengan 2 orang guru dan komite sekolah sebagai berikut: Kepala sekolah mempunyai kewenangan yang luas dalam menjalankan tugasnya, kadang-kadang beliau melimpahkan tugasnya kepada bawahan tetapi itu terjadi jika beliau sedang ada tugas luar. Jika sedang berada di sekolah, hampir semua tugas kepala sekolah dijalankan sendiri oleh beliau.. (Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012) Hampir semua tugas kepala sekolah dijalankan sendiri oleh beliau, sedangkan kami menjalankan tugas kami masingmasing. Jika kepala sekolah berhalangan hadir di sekolah, maka tugas beliau akan dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah.. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru pada tanggal 13 Februari 2012) Komite memang memberi kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk menyelenggarakan pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan aturan. Akan tetapi komite merasa kurang dilibatkan dalam berbagai keputusan penting yang menyangkut kemajuan kualitas pendidikan di SDN 2 Wates ini.

(Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah Desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012) b. SDN 1 Kalimaro Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut: Dalam mengelola manajemen sekolah pelimpahan wewenang, saya sesuaikan dengan aturan yang berlaku, yaitu menjalankan tugas-tugas saya sebagai kepala sekolah dan memberikan kewenangan tugas kepada wakil kepala sekolah maupun staf yang lain, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing. Apabila saya tidak berada disekolah maka saya akan melimpahkan tugas saya kepada wakil kepala sekolah dan berkoordinasi dengan guru yang lain. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah, maka penelitipun melakukan wawancara dengan 2 orang guru dan komite sekolah sebagai berikut: Kepala sekolah selalu menjalankan tugasnya dengan baik dan memberikan tugas kepada bawahannya sesuai dengan tanggungjawab masing-masing seperti wakil kepala sekolah,

wali kelas maupun bendahara. Jika berhalangan hadir kepala sekolah melimpahkan wewenangnya kepada wakil kepala sekolah. (Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012) Selama ini baik kepala sekolah, maupun staf yang lain selalu menjalankan tugasnya masing-masing. Jika menemui kesulitan barulah dikoordinasi secara bersama untuk melimpahkan tugas dan wewenang kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya. Tetapi hampir semua tugas kepala sekolah akan dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah jika beliau berhalangan hadir. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru pada tanggal 21 Februari 2012) Komite selalu memberi kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk mengatur manajemen sekolah sesuai dengan aturan yang ada. Jika ada kegiatan yang perlu melibatkan komite sekolah, kepala sekolah selalu meminta bantuan komite untuk ikut berpartisipasi. (Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah dukuh Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012) c. SDN 2 Kalimaro Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan

dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut: Saya menggunakan kewenangan sesuai dengan aturan main yang telah disepakati dan tunduk terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saya juga menyusun struktur organisasi dan sesuai kewenangan yang saya miliki saya memilih orang yang kompeten untuk menjalankan tugas, kemudian saya membuat job deskription dan semua pekerjaan dibagi habis sesuai dengan fungsinya masingmasing. (Wawancara dengan kepala sekolah di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah, maka penelitipun melakukan wawancara dengan 2 orang guru dan komite sekolah sebagai berikut: Kewenangan yang dimiliki oleh Kepala sekolah seharusnya kewenangan yang luas dan otonom karena menjadi figur sentral dalam memegang kewenangan yang ada di sekolah sesuai dengan jabatan, akan tetapi kepala sekolah tidak demikian, beliau lebih menghormati dan menghargai seluruh potensi yang ada dengan melimpahkan sebagian wewenangnya sesuai dengan tingkatannya. (Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012) Kepala sekolah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pelaksanaan

Proses Belajar Mengajar sesuai dengan aturan yang dibuat oleh dewan guru, tetapi dia tidak bertindak secara otoriter akan tetapi lebih bersifat terbuka dengan banyak mendelegasikan wewenang kepada orang lain atau bawahan sebatas yang mampu dikerjakan. (Wawancara dengan guru B, di ruang kelas pada tanggal 28 Februari 2012) Komite memberi kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk menyelenggarakan pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan aturan. Komite dilibatkan dalam berbagai keputusan penting yang menyangkut kemajuan sekolah. Komite juga diserahkan tanggungjawab jika ada kegiatan-kegiatan di sekolah. (Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 29 Februari 2012) d. SDN 3 Kalimaro Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro yang berhubungan dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut: Saya melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah sesuai aturan yang ada dan dalam pelaksanaannya saya laksanakan bersamasama dengan rekan-rekan yang lain (guru dan Komite Sekolah).

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Ruang Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012) Pernyataan Kepala Sekolah tersebut juga dikuatkan dengan adanya hasil wawancara dengan 2 guru dan komite sekolah sebagai berikut: Kepala sekolah mempunyai kekuasaan namun demikian dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah selalu melibatkan guru dalam mengambil keputusan. (Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012) Kepala sekolah selalu memberikan tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan untuk melakukannya. Namun demikian tidak semua tugas diberikan kepada guru. Ada beberapa tugas dan perencanaan yang dilakukan dan disusun sendiri oleh Kepala Sekolah. (Wawancara dengan guru B, di ruang kelas pada tanggal 7 Maret 2012) Dalam proses belajar mengajar, komite tidak terlalu dilibatkan. Namun dalam bidang perencanaan dan anggaran Sekolah, Komite selalu dilibatkan secara penuh. Selain itu Komite juga dilibatkan secara penuh pada bidang mutu kelulusan siswa. (Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah Dusun Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 8 Maret 2012)

1. Mekanisme Pembuatan Keputusan a. SDN 2 Wates Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut: Sebagai kepala sekolah saya harus bisa mengambil keputusan untuk kepentingan semua orang. Biasanya saya mengajak staf saya untuk bermusyawarah sebelum mengambil keputusan. Namun saya juga bisa mengambil keputusan sendiri jika dalam keadaan darurat tetapi tidak berakibat fatal bagi sekolah. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut: Dalam mengambil keputusan biasanya dilakukan musyarawarah bersama dewan guru dengan kepala sekolah. Namun kadang-kadang kepala sekolah juga mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan guru dengan alasan darurat. Jika dalam musyawarah tidak ada kesepakatan maka keputusan ada ditangan kepala sekolah. (Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 13 Februari 2012) Setiap keputusan yang diambil biasanya musyawarah, kecuali dalam situasi emergensi

yang mana kepala sekolah tidak mempunyai waktu banyak untuk mengadakan musyawarah dengan dewan guru maka kepala sekolah akan mengambil keputusan sendiri. (Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012) Keputusan yang diambil biasanya melalui jalan musyarawah antara kepala sekolah dengan stafnya. Walaupun komite sekolah kurang dilibatkan dalam mengambil keputusan, tetapi sejauh ini belum ada keputusan yang berakibat buruk untuk sekolah. Namun alangkah baiknya jika komite sekolahpun dilibatkan dalam mengambil keputusan karena komite adalah bagian dari sekolah. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 14 Februari 2012) b. SDN 1 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut: Mengambil keputusan adalah tugas seorang pemimpin, akan tetapi keputusan yang diambil bukan dari diri sendiri namun saya selalu melibatkan staf saya melalui jalan musyawarah. Karena semakin banyak pendapat akan diperoleh keputusan yang lebih baik. Jika dalam keadaan darurat yang membuat saya harus mengambil keputusan dengan segera, saya akan

memutuskan sendiri dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang akan terjadi. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut: Kepala sekolah selalu melibatkan semua staf dalam mengambil keputusan. Beliau juga tidak otoriter dalam mengambil keputusan. Beliau akan mempertimbangkan semua masukan yang diberikan sebelum mengambil keputusan. (Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 21 Februari 2012) Keputusan yang diambil biasanya melalui musyawarah bersama. Kepala sekolah tidak memaksa keinginannya saja tetapi selalu mendengar pendapat semua staf. Jika dalam keadaan darurat kepala sekolah mengambil keputusan sendiri dengan resiko yang kecil. (Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012) Semua keputusan yang diambil melalui mekanisme tertentu yang diterapkan disekolah. Selain itu kepala sekolah juga meminta pertimbangan dari komite sekolah untuk semua keputusan yang akan dibuat bagi kepentingan sekolah. Namun pada akhirnya semua keputusan kami serahkan kepada beliau yang penting tidak berdampak negatif bagi sekolah.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite sekolah Dusun Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 22 Februari 2012) c. SDN 2 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut: Sebagai seorang pemimpin, saya harus sering mengambil keputusan. Langkah-langkah yang biasa saya lakukan adalah melalui musyawarah kecuali dalam hal-hal tertentu yang emergensi, saya mengambil keputusan keputusan sendiri dengan mengambil resiko terkecil. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012) Pernyataan kepala sekolah juga dikuatkan dengan wawancara bersama dua guru dan seorang komite sebagai berikut : Pembuatan keputusan cenderung bersifat bottom up dengan mekanisme pertama, mengidentifikasi berbagai komponen yang menjadi bahan pembuatan keputusan dari seluruh komunitas Sekolah, kedua, pengumpulan dan pemilihan komponen-komponen sesuai dengan skala prioritas, ketiga, mempersiapkan draft pembuatan keputusan untuk dibahas pada proses penetapan kebijakan.

(Wawancara dengan guru A, di ruang kelas pada tanggal 28 Februari 2012) Setiap keputusan yang diambil seringnya dilakukan melalui musyawarah, hal ini sering saya melihat bahwa kepala sekolah tidak memaksakan keinginannya saja tapi dengan hasil musywarah setelah melalui proses dari bawah. Keputusan menjadi salah satu pijakan pelaksanaan organisasi dan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan (Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012) Setiap keputusan yang diambil sudah ada mekanismenya dengan mempertimbangkan hasil masukan dan hasil analisis yang juga dikonsultasikan kepada kami. Kepala sekolah lebih bersifat mendengar dari pihak lain dan keputusan didasarkan atas pertimbangan itu namun kami menyerahkan akhirnya kepada beliau yang menentukan (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite sekolah desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 29 Februari 2012) d. SDN 3 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut: Tuga seorang pemimpin salah satunya adalah mengambil keputusan. Namun dalam beberapa hal keputusan itu dapat di buat oleh pemimpin

tersebut namun ada juga yang memerlukan pertimbangan dari staf yang lain. Jika dalam keadaan darurat yang membuat saya harus mengambil keputusan dengan segera, saya akan memutuskan sendiri dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang akan terjadi. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012) Pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah juga diperkuat dengan hasil wawancara terhadap dua orang guru serta satu komite sebagai berikut : Kepala sekolah dalam mengambil keputusan ada kalanya melibatkan guru, namun ada kalanya kepala sekolah mengambil keputusan sendiri tanpa meminta pertimbangan dari guru. (Wawancara dengan guru A, di ruang kelas pada tanggal 7 Maret 2012) Keputusan Kepala Sekolah diambil berdasarkan keadaan dan kondisi yang ada. Apabila keputusan itu bersifat darurat maka biasanya Kepala Sekolah sendiri yang mengambil keputusan. Namun dalam pelaksanaannya keputusan itu banyak diambil secara bersama jadi tidak hany Kepala Sekolah saja yang memutuskan. (Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012) Semua keputusan yang diambil melalui mekanisme tertentu yang diterapkan disekolah. Selain itu kepala sekolah juga meminta pertimbangan dari komite sekolah untuk semua keputusan yang akan dibuat bagi kepentingan

sekolah. Namun pada akhirnya semua keputusan kami serahkan kepada beliau yang penting tidak berdampak negatif bagi sekolah. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite sekolah Dukuh Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 8 Maret 2012) 3. Proses Penetapan kebijakan a. SDN 2 Wates Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan sebagai berikut: Sebelum menetapkan suatu kebijakan saya akan mengadakan rapat dengan dewan guru dan komite sekolah sehingga bisa memperoleh banyak masukan. Dari masukan-masukan yang ada kami akan mengambil yang terbaik untuk ditetapkan sebagai suatu kebijakan dengan memperhatikan semua situasi dan kondisi yang ada disekolah. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut: Dalam menetapkan suatu kebijakan, kepala sekolah biasanya mengadakan musyawarah bersama dewan guru juga melibatkan komite sekolah untuk memberikan aspirasi. Setelah mempertimbangkan semua aspirasi yang ada

barulah ditetapkan kebijakan yang dinilai bermanfaat bagi semua warga sekolah. (Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 13 Februari 2012) Sebelum mengambil kebijakan, biasanya kepala sekolah mengadakan rapat khusus, untuk menampung usulan dan aspirasi, kemudian dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan mendengarkan masukan-masukan dari peserta rapat, yang kemudian diambil keputusan. Setelah itu hasilnya disosialisasikan kepada semua warga sekolah. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012) Kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah biasanya dimusyawarahkan bersama dewan guru dan meminta pendapat dari kami selaku komite sekolah. Dalam musyawarah kepala sekolah menampung semua masukan dari peserta rapat kemudian mempertimbangkan sebelum mengambil kebijakan yang tepat untuk kepentingan sekolah. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012) b. SDN 1 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan sebagai berikut: Kebijakan yang ditetapkan perlu memperhatikan kepentingan semua orang didalam sekolah. Oleh

karena itu dalam mengambil suatu kebijakan saya selalu bermusyawarah dengan semua guru juga komite sekolah sehingga dengan banyaknya usulan yang diberikan bisa ditetapkan suatu kebijakan yang bermanfaat. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut: Untuk mengambil suatu kebijakan biasanya kepala sekolah selalu mengadakan musyawarah bersama semua guru dan kadang melibatkan juga komite sekolah. Semua usulan dan aspirasi yang diberikan dalam musyawarah akan dipertimbangkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan. Yang mana kebijakan yang diambil perlu mempertimbangkan kepentingan semua warga sekolah. (Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 21 Februari 2012) Kebijakan yang di ambil oleh kepala sekolah biasanya didahului dengan musyawarah bersama semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah seperti guru dan komite sekolah. Hasil musyawarah ini akan menghasilkan suatu kebijakan yang tepat. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012) Komite sekolah menyerahkan semua keputusan kepada kepala sekolah termasuk dalam

mengambil kebijakan yang tepat untuk sekolah. Selama ini sebelum mengambil kebijakan, kepala sekolah selalu meminta pendapat dari komite sekolah. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite di Dukuh Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012) c. SDN 2 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan sebagai berikut: Untuk menghasilkan kebijakan yang maksimal dalam kerangka MBS, saya pastikan dulu untuk mendapatkan informasi yang cukup. Dalam mengimplementasikan MBS, ada 4 lngkah yang saya lakukan antara lain : 1) membentuk dewan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah,guru, orang tua siswa, anggota masyarakat, dan siswa, 2) selanjutnya dewan sekolah melakukan pengukuran kebutuhan sekolah, 3) dewan sekolah mengembangkan perencanaan tindakan yang mencakup tujuan dan sasaran, dan 4) mengambil keputusan untuik membuat program-program untuk kemajuan sekolah. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut: Melihat setiap keputusan yang sudah disepakati bersama sebagai bahan musyawarah. Mengundang khusus dan memusyawarahkannya setiap personil terkait terutama orang-orang penting dalam pengambil kebijakan antara lain kepala sekolah, ketua komite, guru-guru dan terkadang pengawas. Sebelum diambil kebijakan terlebih disosialisasikan kepada warga sekolah untuk menampung aspirasi Setelah mempertimbangkan usul dan aspirasi maka dibuatlah kebijakan sambil memantau perkembangannya. (Wawancara dengan guru A, di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012 ) Sebelum mengambil kebijakan, biasanya kepala sekolah mengadakan rapat khusus, untuk menampung usulan dan aspirasi, kemudian dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan mendengarkan masukan-masukan dari peserta rapat, yang kemudian diambil keputusan. Setelah itu hasilnya disosialisasikan kepada semua warga sekolah. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru pada tanggal 28 Februari 2012) Ukuran kebijakan yang dibuat oleh sekolah dalam rangka kepentingan bersama, sehingga Kepala sekolah dalam hal tertentu mengkonsultasikannya kepada kami, dan selalu kami dukung. Setiap pengambilan kebijakan

kami selalu diberi tahu hasilnya sambil memberi hasil manfaat dan madaratnya. Seluruh potensi pengambilan kebijakan diikut sertakan dalam musyawarah untuk diminta usulan dan aspirasi dari seluruh peserta rapat. Hasil pertimbangan yang matang, dijadikan suatu kebijakan. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal pada tanggal 29 Februari 2012) d. SDN 3 Kalimaro Wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 3 kalimaro yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan hasilnya adalah sebagai berikut: Dalam menetapkan kebijakan saya selaku pemimpin selalu berkoordinasi dengan warga sekolah (sekaligus komite dan masyarakat). Dalam penetapan kebijakan ini saya juga berusaha memperhatikan kepentingan semua orang di dalam sekolah maupun di luar sekolah khususnya masyarakat. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012) Pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah juga diperkuat dengan hasil wawncara pada dua orang guru dan seorang komite sebagai berikut : Untuk pengambilan suatu kebijakan saya selaku guru selalu dilibatkan. Dalam penetapan

kebijakan prosesnya diawali dengan musyawarah bersama dengan Kepala Sekolah, guru, komite sekolah, perwakilan wali murid dan tokoh masyarakat sekitar. (Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 7 Maret 2012) Dalam pengambilan kebijakan Kepala Sekolah selalu di awali dengan musyawarah bersama dengan guru, komite, wali murid, dan tokoh masyarakat sekitar. Hasil musyawarah inilah yang akan ditetapkan sebagai kebijakan. Sehingga kebijakan ini dapat terbentuk sesuai dengan kepentingan bersama. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 7 Maret 2012) Penetapan kebijakan kepala sekolah selalu melibatkan komite walau hanya perwakilan saja. Namun demikian, hal ini sangat berguna untuk kepentingan bersama. Dalam penetapan kebijakan komite selalu diajak untuk musyawarah bersama dengan wali murid, guru, dan tokoh masyarakat sekitar. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Dusun Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 Maret 2012) 4. Melakukan pengawasan a. SDN 2 Wates Hasil wawancara terhadap kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan peneliti adalah sebagai berikut :

Saya berusaha untuk melakukan pengawasan terhadap semua yang ada disekolah termaksud terhadap guru dan siswa. Akan tetapi ada guru yang kurang suka saat ditegur jika mereka melakukan kesalahan, sehingga saya menemui kesulitan untuk memberi pembinaan kepada mereka. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan komite sekolah. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan baik terhadap guru maupun siswa. Akan tetapi selama ini kepala sekolah kurang melakukan pembinaan terhadap guru yang kinerjanya rendah. Padahal melalui pembinaan guru bisa diarahkan atau dibimbing kearah yang lebih baik. (Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012) Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berlaku untuk guru maupun siswa berdasarkan peraturan yang berlaku disekolah. Namun hasil dari pengawasan yang dilakukan tidak dibahas lebih lanjut lagi, sehingga guru yang kurang baik kinerjanya tidak kurang menyadari kesalahannya tersebut. Akan tetapi jika kepala sekolah melakukan pembinaan terhadap guru yang kurang tertib bisa meningkatkan kinerja guru tersebut.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012) Dalam pengamatan kami, kepala sekolah melakukan pengawasan untuk guru maupun siswa, akan tetapi masih terlihat ada guru maupun siswa yang kurang disiplin, sehingga diperlukan sikap tegas dari kepala sekolah untuk memperbaiki semuanya ini. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012). b. SDN 1 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Saya biasanya melakukan pengawasan secara menyeluruh untuk guru maupun siswa. Saya melakukan pengawasan mulai dari guru mempersiapkan rencana pelajaran sampai kepada saat proses belajar mengajar berlangsung. Saya juga melakukan pengawasan terhadap siswa dalam semua kegiatan mereka baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, termaksud juga dalam hal kedisiplinan. Jika ada hal yang kurang baik dalam pengawasan saya akan saya sampaikan supaya ada perbaikan. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan komite sekolah. Pengawasan dilakukan kepala sekolah terhadap guru maupun siswa. Akan tetapi kepala sekolah lebih menfokuskan untuk guru sedangkan untuk siswa kepala sekolah dibantu oleh guru-guru yang lain dalam melakukan pengawasan. Jika dalam proses pengawasan ada hal-hal yang perlu diperbaiki maka kepala sekolah akan menyampaikan dalam rapat bersama seluruh staf sehingga bisa dicari jalan keluarnya. (Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012) Kepala sekolah selalu melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan disekolah, termaksud pengawasan terhadap guru dan siswa. Jika guru mempunyai kinerja baik akan diberikan reward dan jika kinerja guru kurang maka kepala sekolah akan memberikan pembinaan sehingga guru bisa membuat perubahan. Kepada siswapun kepala sekolah akan memberikan sanksi tegas kepada siswa yang tidak tertib. (Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012) Menurut pengamatan kami selama ini kepala sekolah sudah melakukan pengawasan yang baik terhadap guru maupun siswa sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku disekolah. Yang aman aturan-aturan tersebut sudah disosialisasikan terlebih dahulu sehingga semua berjalan sesuai aturan.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Dusun Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012). c. SDN 2 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Dalam kaitannya dengan supervisi pendidikan, saya melakukan langkah-langkah antara lain: Melaksanakan program supervisi melalui adanya program supervisi kelas, dadakan (inspeksi) dan kegiatan ekstrakurikuler. Supervisi dilakukan dengan membuat instrumen guna mengukur tingkat keberhasilannya. Saya memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan karyawan maupun untuk pengembangan Sekolah. Hasil supervisi dikomunikasikan agar menjadi timbal balik bagi kepentingan lembaga ataupun kepentingan peningkatan kualitas guru atau karyawan. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan komite sekolah. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan guru dan staf secara wajar sesuai dengan norma yang

ada. Norma pengawasan sering disosialisasikan kepada guru, staf dan seluruh siswa agar dapat dilaksanakan. (Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012) Yang pertama dilakukan adalah dengan melihat kepada job yang diberikan kepada masingmasing orang berbeda antara guru dan siswa. Kalau dipandang tugas pokoknya berjalan baik tak jarang ia memberi semacam pujian maupun reward dan bagi yang belum berjalan tertib ia memberi support atau memanggilnya dengan gayanya tersendiri sehingga tidak merasa tersinggung termasuk mengawasi dalam hal kecakapan, tingkah laku dan sikapnya. Terhadap siswa juga dilakukan dengan menerapkan tata tertib yang harus diikuti antara hak siswa dan kewajiban siswa sehingga siswa mempunyai hak dan kewajiban yang terntunya berbeda halnya dengan warga sekolah lainnya. (Wawancara dengan guru B, di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan guru dan staf secara wajar Aturan-aturan pengawasan sering disosialisasikan kepada guru, staf dan seluruh siswa agar dapat dilaksanakan sesuai standar (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 29 Februari 2012).

d. SDN 3 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Saya selaku pemimpin di sekolah berusaha melakukan pengawasan terhadap semua komponen yang ada disekolah. Dengan adanya pengawasan ini tidak jarang murid ataupun siswa yang tidak suka dan merasa tidak nyaman walaupun pengawasan ini mempunyai tujuan yang sangat baik bagi semuanya. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012) Hasil ini diperkuat dengan pernyataan yang disampai oleh dua orang guru dan komite sekolah. Kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa. Namun tidak jarang pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah kurang memperhatikan aturan/norma-norma yang ada dalam kehidupan khususnya adat Jawa. Sebenarnya apabila saran yang disampaikan lebih halus mungkin dapat diterima dengan baik. (Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012) Dalam pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sudah sesuai dengan porsi beliau sebagai seorang pemimpin. Apabila guru ataupun siswa yang diawasi melakukan sesuatu yang benar maka akan mendapatkan reward, sedangkan yang tidak melakukan sesuatu secara benar maka akan mendapatkan teguran.

(Wawancara dengan guru B, di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012) Dalam pengamatan saya selaku komite sekolah, kepala sekolah sudah melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa secara baik. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Dusun Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 Maret 2012). 5. Memberikan Motivasi Dan Membangun Suasana Kerja Yang Kondusif a. SDN 2 Wates Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut: Untuk meningkatkan semangat kerja mereka, saya berusaha untuk memotivasi mereka, walaupun bukan dengan hadiah karena kami memiliki keterbatasan dana, tetapi dengan perhatian dan dukungan terhadap apa yang mereka lakukan jika hal itu baik. Saya juga membangun semangat kekeluargaan diantara mereka sehingga suasana kerja menjadi kondusif. Tetapi jika mereka melakukan kesalahan saya akan memberikan sanksi sesuai dengan kesalahan yang mreka perbuat. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah. Selama ini suasana kerja yang terjadi disekolah berlangsung baik dengan sikap kekeluargaan yang tinggi dan saling menghargai satu sama lain. Dalam hal motivasi dari kepala sekolah, sebenarnya tidak terlalu terlihat namun beliau biasanya mendukung semua kegiatan yang kami buat. (Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012). Motivasi yang diberikan kepala sekolah biasanya dalam bentuk immaterial, kalau secara materil belum pernah terjadi. Kami juga memaklumi sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi disekolah. Beliau juga akan memberikan teguran jika ada guru yang melalaikan tugas. Kalau suasana kerja saya merasa sudah berjalan cukup baik penuh kekeluargaan dan saling menghargai. (Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012). Sejauh pengamatan kami, suasana kerja disekolah ini berjalan baik, penuh kekeluargaan dan satu sama lain saling menghargai serta menjalin kerja sama yang baik. Motivasi kepala sekolah diberikan tidak dalam bentuk materi tetapi berupa dukungan, perhatian dan pujian jika guru menjalankan tugas dengan baik, dan akan memberikan sanksi untuk guru yang kurang tertib.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah ketua komite di Desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012). b. SDN 1 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut: Selaku kepala sekolah saya selalu memotivasi staf saya dengan jalan memberikan dukungan, perhatian dan pujian untuk kinerja kerja mereka yang baik. Jika ada dana yang memungkinkan saya juga tidak segan untuk memberikan hadiah kepada guru yang berprestasi. Akan tetapi jika mereka melakukan kesalahan saya akan memberikan sanksi atau teguran sesuai dengan kesalahan mereka. Untuk suasana kerja saya merasa selama ini berjalan baik, penuh kekeluargaan, dan sikap kerja sama antar guru cukup tinggi. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah. Suasana kerja disekolah ini berjalan baik, penuh kekeluargaan, saling menghargai dan selalu bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam hal motivasi kepala sekolah

tidak enggan memberikan pujian dan hadiah terhadap hasil kerja yang baik tetapi juga tidak segan untuk memberikan kritik dan sanksi terhadap guru yang kurang disiplin dalam bekerja. (Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012). Kepala sekolah tidak segan memberikan penghargaan terhadap hasil kerja yang maksimal tetapi juga tidak segan dalam hal mengkoreksi terhadap guru atau karyawan yang lainnya, bila melihat hal yang kurang sesuai. Kepala sekolah terus mendorong prestasi para guru dan staf sesuai kemampuan masingmasing. Kepala sekolah juga berusaha menciptakan suasana kerja yang penuh kekeluargaan, yaitu adanya saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai (Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012). Kepala sekolah berusaha menciptakan rasa memiliki terhadap semua guru, sehingga semuanya saling bekerja sama dan menghargai satu sama lain. Kepala Sekolah selalu memberi motivasi kepada seluruh staf yang ada dengan memberi dukungan untuk meningkatkan semangat kerja mereka, serta memberikan pujian untuk hasil kerja guru yang baik. Jika ada sesuatu hal yang kurang tepat dalam pelaksanaan tugas sudah ada aturan yang baku disekolah yang bisa diterapkan. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah ketua komite di Dusun Mliwang Desa Kalimaro

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012) c. SDN 2 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut: Saya sebagai Kepala sekolah dalam kaitannya dengan pemberian motivasi diantaranya dengan memberikan penghargaan baik berupa materil maupun immateril kepada guru, staf yang berprestasi. Saya juga mendorong guru atau staf untuk selalu mengembangkan diri melalui penyediaan buku,dan pelatihan. Tapi saya tidak segan menegur dan memberikan sanksi seuai dengan tingkat kesalahan agar tujuan dapat tercapai. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah. Tercipta suasana kerja yang penuh kekeluargaan, yaitu adanya saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai Seluruh komunitas sekolah selalu kompak dan solid dalam mengusung keberhasilan sekolah untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah tidak enggan memberikan pujian terhadap hasil kerja yang maksimal tetapi juga tidak canggung dalam

menyampaikan kritik terhadap hasil kerja yang belum optimal Kepala sekolah terus mendorong prestasi sempurna para guru dan staf sesuai kemampuan masing-masing. (Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012) Kepala sekolah tidak enggan memberikan penghargaan terhadap hasil kerja yang maksimal tetapi juga tidak segan dalam hal mengkoreksi terhadap guru atau karyawan yang lainnya, bila melihat hal yang kurang sesuai. Kepala sekolah terus mendorong prestasi para guru dan staf sesuai kemampuan masingmasing. Kepala sekolah juga berusaha menciptakan suasana kerja yang penuh kekeluargaan, yaitu adanya saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai (Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012) Kepala sekolah mengembangkan pepatah ing ngarso sung tulodo ing madya mangun karso dan tut wuri handayani sehingga semuanya berjalan bersama dan kerja bersama sehingga hasilnya pun hasil bersama. Kepala Sekolah selalu memberi motivasi kepada seluruh potensi yang ada dengan memberi dukungan menumbuhkan kemampuan percaya diri. Dengan tampilnya kepercayan diri seluruh kegiatan menjadi tidak canggung untuk dilaksanakan. Tidak segan-segan sekali-kali Kepala sekolah memberikan pujian terhadap hasil kerja yang dicapainya Kepala sekolah menciptakan suasana yang sejuk dan tenang dan belum perbah ada gejolak, jika ada sesuatu hal yang kurang pas, ada mekanismenya

tersendiri. Kepala sekolah menciptakan suasana bahwa ditempat ini kita bekerja dan di tempat ini juga modal ibadah serta di tempat ini kita hidup sehingga tidak ada hal yang membuat tidak nyaman. Maka dibangunlah suasana kebersamaan yang penuh kekeluargaa (Wawancara dengan komite sekolah di rumah ketua komite sekolah di Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 29 Februari 2012) d. SDN 3 Kalimaro Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut: Dalam memberikan motivasi saya selalu melihat porsi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam memajukan sekolah. Biasanya motivasi yang saya berikan berupa non materiil. Sedangkan apabila melakukan kesalahan saya juga memberikan pembinaan bahkan teguran. Ini saya lakukan supaya sekolah lebih maju. (Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012) Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah. Kepala sekolah selalu memotivasi saya dalam hal kinerja. Motivasi yang diberikan berupa reward dan sanksi yang sesuai dengan aturan.

Selain itu kepala sekolah juga berusaha membangun suasana kinerja yang kondusif. Ini terbukti dari cara kepala sekolah dalam berkomunikasi dengan guru dan siswa menggunakan aturan bahasa yang baik dan sesuai dengan adat Jawa. (Wawancara dengan guru A di ruang kelas pada tanggal 7 Maret 2012) Setiap melakukan kesalahan saya selalu menerima bimbingan dan pengarahan dari kepala sekolah, sedangkan apabila saya melakukan hal yang benar saya juga mendapat reward/penghargaan berupa non materiil dari kepala sekolah. (Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012). Menurut pengamatan saya, Kepala sekolah selalu memotivasi dengan memberikan penghargaan dan sanksi yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Kepala sekolah selalu membangun suasana kinerja yang kondusif misalnya menjaga persatuan dan kebersamaan antar warga sekolah. Kepala sekolah juga berusaha untuk mendorong kinerja guru agar lebih baik lagi. (Wawancara dengan komite sekolah di rumah ketua komite di Dukuh Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 Maret 2012)