BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

Untuk peningkatan taraf hidup masyarakat wilayah pesisir, maka harus dilakukan pembangunan. Namun, pembangunan tersebut harus juga

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km menyimpan kekayaan dan keragaman sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan bakau, dan terumbu karang) serta sumber daya alam yang tidak dapat pulih seperti minyak bumi, gas, serta mineral. Besarnya sumber daya alam di wilayah pesisir Indonesia menyebabkan wilayah pesisir menjadi tumpuan dalam pengembangan ekonomi di masa yang akan datang (Dahuri,1996). Sumber daya alam yang melimpah dapat menyebabkan banyaknya pihak yang tertarik untuk menggunakan atau memanfaatkan lahan ataupun sumber daya di wilayah pesisir. Fakta diatas merupakan landasan utama yang menjelaskan tentang pentingnya penataan dan pengelolaan wilayah pesisir dengan baik. Penataan dan pengelolaan wilayah pesisir dilakukan dengan cara melakukan penilaian terhadap sumber daya alam dan lingkungan, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, kemudian merencanakan pembangunan optimal dan berkelanjutan. Proses tersebut harus dilaksanakan dengan kontinyu dan dinamis serta memperhatikan semua aspek yang berkaitan dengan wilayah pesisir termasuk aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan serta mempertimbangkan konflik-konflik lingkungan dan sosial yang mungkin ada. Menurut Dahuri (1996), perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan yang selama ini dijalankan secara sektoral dan terpilah-pilah menjadi salah satu faktor penyebab pembangunan di wilayah pesisir menjadi tidak optimal dan tidak berkelanjutan. Pembangunan yang dilaksanakan secara sektoral dikhawatirkan akan menyebabkan sumber daya wilayah pesisir akan rusak dan punah. 1

Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral fokus pada satu macam penggunaan sumber daya untuk memenuhi tujuan tertentu. Pengelolaan semacam ini sering tidak mementingkan kepentingan pihak lainnya dan juga tidak memperhatikan dampak yang diakibatkan pada lingkungan. Pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral sering menyebabkan berbagai konflik muncul karena perbedaan aktivitas yang dilakukan untuk berbagai kepentingan. Wilayah pesisir Bantul merupakan lahan hasil bentukan aliran sungai dan marin. Karakteristik wilayah pesisir Bantul adalah tanah alluvial yang merupakan hasil bentukan air sungai yang relatif subur. Wilayah pesisir Bantul merupakan wilayah pesisir yang memilki kekayaan alam yang sangat besar untuk dikembangkan dan dikelola. Sumber daya alam yang dapat dikelola antara lain dari sektor primer yaitu pertanian dan perikanan serta dari sektor tersier yaitu pariwisata. Mayoritas penggunaan lahan di wilayah pesisir Bantul merupakan lahan pertanian lahan basah dan lahan kering. Oleh karena itu, masyarakat pesisir Bantul bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani dan buruh tani. Perekonomian masyarakat di wilayah pesisir Bantul juga ditopang oleh sektor pariwisata dengan mengembangkan objek wisata pantai. Sejak awal tahun 2013, wilayah pesisir Bantul memanfaatkan lahan untuk budidaya perikanan yang berupa budidaya tambak udang. Penggunaan lahan tambak udang ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat wilayah pesisir. Berdasarkan hasil grand tour dengan observasi dan wawancara awal didapatkan informasi bahwa perkembangan penggunaan lahan di wilayah pesisir Bantul menyebabkan terjadinya perubahan fisik lingkungan pesisir seperti perubahan guna lahan, penurunan kualitas air, pencemaran akibat limbah, abrasi pantai, dan terganggunya aktivitas di sektor lainnya. Akibatnya, perkembangan penggunaan lahan tersebut menimbulkan banyak permasalahan hingga memicu timbulnya konflik. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah perkembangan penggunaan lahan sebagai tambak udang. Kegiatan budidaya tambak udang di wilayah pesisir Bantul merupakan usaha yang sangat 2

potensial untuk meningkatkan perekonomian. Di sisi lain perkembangan budidaya tambak udang tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan seperti ketidaksesuaian penggunaan lahan dan pencemaran lahan pertanian yang memicu terjadinya konflik antar pihak yang bertentangan. Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti konflik yang terjadi dalam penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul terkhusus di Desa Poncosari terkait pihak yang terlibat dan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya konflik. Pemilihan wilayah Desa Poncosari sebagai lokasi penelitian dikarenakan Desa Poncosari merupakan desa di wilayah pesisir yang memiliki jumlah tambak udang terbanyak dan terluas dibandingkan dengan desa lainnya. Penelitian mengenai konflik penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari dilakukan untuk mengetahui konflik guna lahan dan konflik pengguna lahan dan menemukan faktor penyebab terjadinya konflik pengguna lahan. Dari temuan penelitian yang berupa ragam konflik dan faktor penyebab konflik penggunaan lahan diharapkan dapat menjadi acuan untuk melaksanakan penataan penggunaan lahan wilayah pesisir dengan lebih baik. Penataan penggunaan lahan wilayah pesisir diharapkan mampu mempertimbangkan segala aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan agar nantinya penataan penggunaan lahan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi seluruh pihak terkait. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan kondisi penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seperti apakah konflik penggunaan lahan yang terjadi di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya konflik penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul? 3

1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan konflik penggunaan lahan yang terjadi di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul. 2. Menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik penggunaan lahan yang terjadi di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul. 1.4 Manfaat Penelitian Berikut adalah manfaat dari penelitian yang dilakukan: 1. Manfaat Teoritis Memberikan ilmu pengetahuan bagi Perencanaan Wilayah dan Kota tentang faktor penyebab terjadinya konflik penggunaan lahan. Faktor penyebab terjadinya konflik penggunaan lahan tersebut akan berguna untuk merencanakan wilayah agar dapat menguntungkan semua pihak yang terkait didalamnya. 2. Manfaat Praksis Pemerintah dapat mengetahui secara detail tentang konflik apa saja yang terjadi dalam penggunaan lahan dan faktor penyebab terjadinya konflik di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul. Penelitian ini juga memberikan masukan bagi pemerintah dalam melakukan upaya penyelesaian konflik penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul. 4

1.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu lokasi penelitian dan fokus penelitian, dengan penjelasan sebagai berikut : 1.5.1 Lokasi penelitian Lokasi dari penelitian ini adalah wilayah pesisir di Bantul tepatnya di desa pesisir Kecamatan Srandakan yaitu Desa Poncosari dengan luas 1.171,2 ha. Lokasi penelitian ini difokuskan pada wilayah pesisir Desa Poncosari yang terdiri dari dua pedukuhan yaitu Dukuh Kwaru dan Dukuh Ngentak dengan garis panjang pantai sekitar 5 km. 1.5.2 Fokus penelitian Fokus dari penelitian konflik penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul khususnya di wilayah pesisir Desa Poncosari adalah pengamatan dan wawancara mengenai kondisi eksisting penggunaan lahan. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat permasalahan yang terjadi terkait dengan penggunaan lahan tersebut. Dari permasalahan tersebut kemudian dapat diketahui konflik guna lahan dan konflik pengguna lahan dan menemukan faktor penyebab terjadinya konflik penggunaan lahan. 1.5.3 Temporal Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu sekitar enam bulan yang dimulai sejak awal bulan Januari sampai dengan akhir bulan Juni. Penelitian dimulai dengan kegiatan grand tour yang dilakukan selama satu bulan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rancangan penelitian selama satu bulan. Kegiatan pengamatan dan wawancara mendalam dilakukan selama empat bulan dan juga bersamaan dengan pengerjaan laporan. 5

1.6 Keaslian Penelitian Penelitian ini asli karena topik konflik penggunaan lahan di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul dengan fokus dan lokus yang sama belum pernah dilakukan. Penelitian bertemakan konflik penggunaan lahan sudah beberapa kali dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Judul Penulis Fokus Lokus Metode 1 Dinamika dan Latar Belakang Konflik Penggunaan Lahan Eks HGU PT. Gunung Gumitir di Zona Inti Taman Nasional Baluran, Situbondo Triana Arinda Harlis sejarah, latar belakang, dan dinamika konflik yang terjadi pada penggunaan lahan di lokasi penelitian Zona Inti Taman Nasional Baluran, Situbondo Deduktif Kualitatif 2 Konflik Antar Stakeholder dalam Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kulonprogo Susilo Bambang keragaman konflik antar stakeholder yang terjadi dalam penggunaan lahan di wilayah pesisir mencakup beberapa aspek seperti pelaku, lokasi, waktu, sumber, wujud, tahapan, kondisi sekarang, dan resolusi yang telah dilakukan Wilayah Pesisir Kulonprogo Kualitatif Bersambung 6

Lanjutan Tabel 1.1 3 Faktor Faktor yang Menyebabkan Konflik Guna Lahan di Kecamatan Karangsambung, Kebumen Junaidi Sumber: Analisis Peneliti, 2015 faktor-faktor yang yang menyebabkan terjadinya konflik guna lahan sehubungan dengan adanya kegiatan penambangan pasir dan batuan serta menemukan struktur hubungan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya konflik guna lahan di kecamatan tersebut Kecamatan Karangsamb ung, Kebumen Induktif Kualitatif Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa penelitian yang akan dilakukan dengan judul Konflik Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dikarenakan belum ada penelitian yang memiliki fokus dan lokus yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Fokus pada penelitian ini adalah konflik guna lahan dan konflik penggunaan lahan serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik penggunaan lahan. Fokus tentang faktor penyebab terjadinya konflik penggunaan lahan pernah dilakukan sebelumnya oleh Junaidi (2014), tetapi perbedaan terdapat pada struktur hubungan faktor yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. Sedangkan penelitian di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul belum pernah dilakukan sebelumnya. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian Konflik Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul ini terdiri dari bagian pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, deskripsi wilayah, hasil pembahasan, serta kesimpulan dan saran. 7

BAB I PENDAHULUAN: Bab ini berisi uraian latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan keaslian penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori atau konsep terkait dengan konflik penggunaan lahan terkait dengan pengertian konflik secara umum, pengertian konflik penggunaan lahan, konflik penggunaan lahan di wilayah pesisir, jenis konflik, sumber konflik serta upaya penyelesaian konflik dan wilayah pesisir, dan penjelasan landasan teori yang akan menjadi dasar dalam melakukan analisis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian, unit amatan dan unit analisis, alat dan instrumen penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis, serta tahapan penelitian. Bab ini menjelaskan mengenai metode dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan analisis. BAB IV DEKSRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisi deskripsi mengenai kondisi administrasi, fisik keruangan, kependudukan, ekonomi, dan sosial budaya, baik secara umum maupun khusus pada lokasi penelitian. BAB V PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis mengenai konflik penggunaan lahan yang terjadi di wilayah pesisir Desa Poncosari, Bantul yang nantinya akan ditemukan konflik guna lahan, konflik pengguna lahan, dan faktor penyebab konflik di lokasi penelitian. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian ini. Kesimpulan digunakan untuk menyimpulkan jawaban dari pertanyaan penelitian secara ringkas. Sedangkan saran digunakan untuk memberi masukan kepada pihak lain yang terkait. Terakhir dikembangkan rekomendasi yang berisi resolusi yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik tersebut. 8