BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

KEEFEKTIFAN STRATEGI COLLABORATIVE LEARNING TERHADAP PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA SISWA KELAS XI SMAN 1 RONGKOP GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KEAKTORAN DENGAN TEKNIK BERMAIN DRAMA RENDRA PADA PEMBELAJARAN DRAMA KELAS XI MAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

Seleksi Siswa Berprestasi Seni

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

KATA PENGANTAR. Payung, 06 Juni Penyusun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya serta merupakan sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berfikir, menalar, menghayati, kehidupan dan alat komunikasi. suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TEORI PENUNJANG

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

I. DASAR PEMIKIRAN Seni dan budaya merupakan aset penting. Seni budaya saat ini dijadikan wadah peningkatan pariwisata dan strategi mengembangkan

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

I. PENDAHULUAN. berupa transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan kemampuan.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh M. Zaenal Arifin NIM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Karena teater cenderung merupakan cakupan semua jenis seni BAB 3 ELEMEN-ELEMEN TEATER

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS PEMBELAJARAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama sebagai salah satu bagian dari pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam membentuk watak peserta didik yang berkarakter. Peranan penting tersebut muncul karena drama merupakan wujud penggambaran kehidupan yang dapat memberikan contoh secara langsung pada para siswa untuk diaplikasikan. Akan tetapi, peranan tersebut tidak dapat dilihat hasilnya secara optimal karena pembelajaran drama yang diterapkan di sekolah lebih mengarah pada teori. Pembelajaran teori yang dimaksudkan adalah pembelajaran drama hanya difokuskan pada kegiatan pengenalan unsur-unsur drama dan menulis naskah, namun tidak sampai pada pengembangan pembelajaran pementasan drama yang maksimal. Padahal pada hakikatnya pembelajaran drama tidak hanya berkaitan dengan naskah, namun juga pementasan. Oleh karena itu, banyak sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler teater sebagai bentuk pengembangan diri siswa dalam kemampuan seni peran dan pementasan. Kegiatan ekstrakurikuler teater merupakan kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler teater dikhususkan untuk menyalurkan minat dan bakat peserta dalam seni drama. Pembelajaran drama haruslah menyeluruh, pembelajaran yang hanya terpaku pada teori dapat mengakibatkan siswa merasa bosan. Pembelajaran drama juga perlu disertai dengan latihan agar siswa lebih paham. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia. Unsur-unsur teater menurut urutannya ada 6 permasalahan, yakni: (1) Tubuh manusia, sebagai unsur utama (pemeran/pelaku/pemain), (2) Gerak, sebagai unsur penunjang, (3) Suara, sebagai unsur penunjang (kata/untuk acuan pemeran), (4) Bunyi, sebagai unsur penunjang (bunyi benda, efek, dan musik), (5) Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, rias, dan kostum), dan (6) Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi, dan narasi).

2 Dalam seni pertunjukan, penguasaan dasar-dasar seni pertunjukan khususnya cara bermain drama, sangatlah penting. Kemampuan ekspresi drama menuntut teknikteknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, situasi dan tuntutan-tuntutan teknis dari sebuah pementasan. Dasar dari kemampuan ekspresi adalah diri pribadi ketika berhubungan sosial dengan orang lain. Fondasi inilah yang kemudian di atasnya harus dibangun kemampuan-kemampuan ekspresi diri. Dalam kehidupan sehari-hari seorang calon pemeran sudah memainkan peran yang berbeda-beda untuk situasi dan penonton yang berbeda-beda. Misalnya ketika berbincang dengan sahabatnya, atasannya, pacarnya, kenalan biasa, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dia memiliki postur tubuh, kualitas suara dan bahasa yang berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan rasa percaya diri, rasa apakah dia menarik atau tidak, dan cara memproyeksikan pandangan diri orang-orang tersebut tentang dirinya. Semua itu mempunyai bentuk dan cara yang berbeda-beda, tetapi semua itu tetap mewakili diri pribadi si pemeran, bukan orang lain. Demikian pula halnya ketika di atas panggung, dimana pemeran akan memainkan peran yang berbeda-beda tetapi tetap adalah dirinya sendiri. Segi sosial dari pemeranan ini harus dilatih sedemikian rupa sehingga dia peka dan memiliki respon yang beragam. Sebelum pemeran melakukan pelatihan, ada beberapa prasayat yang harus dipersiapkan, yaitu fisik, mental, dan konsentrasi (Anirun, 1979, dalam Sumiyadi dan Memen Durachman) Teater Satujam merupakan ekstrakurikuler teater yang ada di SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan, bahwasanya teater tersebut merupakan wadah bagi peserta untuk mengembangkan bakat dan minatnya dalam seni peran. Teater Satujam memiliki anggota sebanyak 16 orang yang terdiri dari 8 peserta IPA dan 8 peserta IPS. Jadwal latihan rutin selalu dilakukan pada hari rabu sore. Teater satujam ini pun sering mengikuti perlombaan-perlombaan ditingkat kabupaten dan pernah meraih beberapa prestasi, diantaranya pernah menjadi penata artistik dan penyutradaraan terbaik dalam lomba FTP, juara 1 baca puisi dan juara 3 teater dalam acara Bulan Bahasa di Unsika Karawang. Saat ini, mereka sedang mempersiapkan mengikuti lomba FTR V di Bandung. Jika dilihat dari prestasi-prestasi yang diraih oleh peserta teater tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan acting peserta teater satujam ini tergolong cukup baik. Namun dalam penelitian ini, peneliti

3 ingin mengetahui lebih dalam tentang kemampuan acting peserta kelas teater dan ingin mengetahui sejauh mana pengaruh metode Acting Stanislavski dalam pelatihan acting bagi peserta ekstrakurikuler teater di SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang. Selain itu, peneliti pun ingin mengetahui faktor lain yang mempengaruhi hasil perlakuan. Dalam hal ini variabel moderatornya adalah latarbelakang kelas (IPA dan IPS), dikarenakan peserta ekstrakurikuler teater terdiri dari latarbelakang kelas IPA dan IPS. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain faktorial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara bersamaan pengaruh metode pelatihan acting Stanislavski dengan mempertimbangkan faktor latar belakang kelas terhadap kemampuan bermain drama bagi peserta ekstrakurikuler teater. Pada eksperimen ini, perbedaan latar belakang kelas IPA dan IPS menjadi variabel moderatornya. Dari penjelasan tersebut, maka peneliti memberi judul Pengaruh Metode Acting Stanislavski terhadap Kemampuan Bermain Drama Peserta Ekstrakurikuler Teater SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang (Studi Eksperimen terhadap Peserta Ekstrakurikuler Teater IPA dan IPS). Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkenaan mengenai pembelajaran apresiasi drama. Penelitian yang dilakukan oleh Rindi Antika dari Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul Peningkatan Keterampilan Ekspresi Drama dengan Menggunakan Metode Pelatihan Acting Stanislavski. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK). Tindakan yang diberikan kepada peserta berupa Pelatihan Acting Stanislavski untuk meningkatkan keterampilan ekspresi drama peserta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari tahap pratindakan sampai siklus II. Penerapan metode Pelatihan Acting Stanislavski mampu membuat pembelajaran lebih menyenangkan, mampu meningkatkan keterampilan peserta dalam ekspresi drama dan memberikan motivasi kepada peserta. Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan oleh Aditia Widara Putra dari Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul Penerapan Model Bengkel Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa. Pada penelitian ini terdapat peningkatan yang signifikan untuk kemampuan apresiasi drama mahasiswa antara sebelum dan sesudah perlakuan. Mahasiswa lebih aktif dan

4 menyenangkan dalam belajar bermain drama dengan penerapan model bengkel sastra tersebut. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah adanya perbedaan metode dan subjek penelitian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Diah Rodhiyati Mardhiyah dengan judul Penerapan Model Belajar Aktif Tipe Rotasi Peran Berbasis Efikasi Diri dalam Pembelajaran Bermain Drama, juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekspresi siswa dalam bermain drama. Siswa lebih percaya diri dan mampu tampil di depan umum atau di atas panggung dengan lebih baik. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Rizki Novikasari dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul, Upaya Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama dengan Menggunakan Metode Pelatihan Acting Sekolah Seni Yogyakarta. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode Pelatihan Acting Sekolah Seni Yogyakarta, pelatihan acting dengan teknik-teknik yang didapat dari Sekolah Seni Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat perbedaan metode yang digunakan oleh peneliti. Perbedaannya yaitu, metode yang digunakan oleh Rizki Novikasari adalah metode Pelatihan Acting yang dipelopori oleh Sekolah Seni Yogyakarta, tentunya terdapat perbedaan-perbedaan teknik pelatihan acting yang dilakukan oleh Rizki Novikasari dan peneliti. Adapun penelitian Imam Baihaqi yang berbentuk skripsi dengan judul Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama pada Peserta Kelas Teater SMPN 4 Yogyakarta (skripsi Penelitin Tindakan Kelas tahun 2010, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Penelitian ini menunjukan adanya peningkatan keterampilan bermain drama dengan menggunakan metode Role Playing pada peserta kelas teater SMPN 4 Yogyakarta dimana terjadi peningkatan proses sebesar 48% dan peningkatan hasil sebesar 33,34%. Penelitian yang dilakukan oleh Rindi Antika, Aditia Widata Putra, Diah Rodhiyati Mardhiyah, Rizki Novikasari, dan Imam Baihaqi akan berbeda dengan perlakuan dan strategi yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian ini merajuk pada kemampuan acting peserta kelas ekstrakurikuler teater dalam pelatihan drama dengan menggunakan metode Pelatihan Acting Stanislavski.

5 Metode Pelatihan Acting Stanislavski atau yang dikenal dengan The Method yaitu sistem latihan acting yang dipelopori oleh Constantin Stanislavski kemudian dikembangkan oleh Lee Strasberg (USA) melalui lembaga pendidikan acting Aktor Studio di New York. Metode ini lebih menekankan pada pemahaman mengenai apa dan bagaimana itu acting serta apa saja yang dipersiapkan untuk menjadi aktor. Aktor dan aktris merupakan suatu pelaksana pementasan yang membawakan ide cerita langsung dihadapan publik. Salah satu cara untuk membentuk aktor yang mampu berperan di atas panggung yakni menggunakan suatu pelatihan acting. Metode pelatihan acting tersebut yakni pelatihan aspek dasar yang dibutuhkan seorang aktor dalam bermain drama, misalnya pemahaman karakter, penghayatan dan konsentrasi, kesesuaian vokal, kesesuain tubuh, dan penguasaan ruang. B. Rumusan Masalah Peneliti memberikan batasan terhadap masalah yang diteliti agar penelitian lebih terarah. Peneliti membatasi masalah penelitian ini hanya pada pengaruh Metode Pelatihan Acting Stanislavski terhadap pelatihan drama bagi peserta ekstrakurikuler teater SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana profil awal pembelajaran drama bagi peserta ekstrakurikuler teater SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang? 2. Bagaimana kemampuan awal bermain drama peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan peserta yang berlatar IPS sebelum diberi perlakuan? 3. Bagaimana penerapan metode pelatihan acting Stanislavski dalam pelatihan drama bagi peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan IPS? 4. Bagaimana kemampuan akhir peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan peserta yang berlatar IPS dalam bermain drama setelah diberikan perlakuan? 5. Seberapa besar pengaruh metode acting Stanislavski terhadap kemampuan bermain drama peserta ekstrakurikuler tetaer yang berlatar IPA dan IPS? 6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan peserta ekstrakurikuler yang berlatar IPA dengan peserta yang berlatar IPS dalam bermain drama?

6 C. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan mencari dan memberikan alternatif model pembelajaran bagi guru yang dapat diterapkan pada pembelajaran drama, sedangkan tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) profil awal pembelajaran drama bagi peserta ekstrakurikuler teater SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang; 2) kemampuan awal bermain drama peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan peserta yang berlatar IPS sebelum diberi perlakuan; 3) proses penerapan metode pelatihan acting Stanislavski dalam pembelajaran drama bagi peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan peserta ekstrakurikuler yang berlatar IPS; 4) kemampuan akhir peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan IPS dalam bermain drama setelah diberikan perlakuan; 5) keefektifan metode acting Stanislavski terhadap kemampuan bermain drama peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA dan IPS; 6) perbedaan yang signifikan antara kemampuan peserta ekstrakurikuler yang berlatar IPA dengan peserta yang berlatar IPS dalam bermain drama. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta Dapat menjadi sarana pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan peserta dalam bermain drama atau seni peran. 2. Bagi guru/pelatih Diharapkan guru/pelatih dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan kreatif sesuai dengan faktor latarbelakang kelas dan kemampuan peserta dalam melakukan kegiatan pembelajaran, terutama dalam kegiatan pembelajaran drama. 3. Bagi sekolah Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan untuk pemilihan jurusan di sekolah berdasarkan kemampuan dan bakat siswa dalam belajar di sekolah.

7 E. Definisi Operasional 1. Metode Acting Stanislavski adalah suatu metode pelatihan acting yang lebih menekankan pada pemahaman mengenai apa dan bagaimana itu acting serta apa saja yang dipersiapkan untuk menjadi aktor, misalnya penghayatan dan konsentrasi, vokal, tubuh (kesesuaian gerak tubuh dengan karakter yang diperankannya), penguasaan ruang (bagaimana aktor berinteraksi dengan set panggung, lighting, musik, dan bagaimana aktor dapat mendukung permainan dari aktor lain). 2. Kemampuan bermain drama adalah kemampuan bermain peran peserta ekstrakurikuler teater atau acting seorang aktor dalam menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan peran dan naskah drama, seperti penghayatan, konsentrasi, imajinasi, vokal, tubuh, dan penguasaan ruang. 3. Ekstrakurikuler teater adalah kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang dikhususkan untuk menyalurkan minat dan bakat siswa dalam seni peran. Dalam penelitian ini peserta ekstrakurikuler teater berasal dari latar kelas IPA dan IPS. F. Struktur Organisasi Untuk mempermudah pembuatan tesis ini maka peneliti membagi ke dalam tahapantahapan yang harus diperhatikan dalam penulisan sebagai berikut. 1. Bab 1 merupakan pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, serta struktur organisasi dalam pembuatan tesis; 2. Bab II merupakan kerangka teori, anggapan dasar, penelitian terkait, dan hipotesis; 3. Bab III merupakan prosedur penelitian yang terdiri dari metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknis pengolahan data, populasi dan sampel; 4. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasannya; 5. Bab V merupakan simpulan, implikasi, dan saran.