BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemui pada penderita periodontitis. Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme spesifik atau kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia (Notoharjo & Lely, 2005). Masalah kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan perawatan ortodonsi. Keteraturan dan pembersihan plak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki efek herbal adalah daun, biji, dan daging buahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyakit diare. Diare menjadi penyakit berbahaya dengan peringkat ke-3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi yang turut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah mikroorganisme yang ditemukan pada plak gigi, dan sekitar 12

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting bagi tubuh manusia. Upaya untuk mencapai kondisi sehat, segala aspek kesehatan harus diperhatikan termasuk kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan dan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki prevalensi 61% masalah kesehatan yang dialami penduduk Indonesia.Jenis penyakit gigi dan mulut dengan prevalensi terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal (Iswandi, 2015). Penyakit periodontal merupakan permasalahan kesehatan yang memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia (Tampubolon N. S., 2005). Faktor kebersihan gigi dan mulut yang buruk menjadi penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama masalah kesehatan yang diderita oleh masyarakat Indonesia. Beberapa survei menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut menyerang 90% masyarakat Indonesia dan sekitar 86% menderita penyakit periodontal. Pada orang dewasa berusia 17-22 tahun hampir 100% menderita gingivitis (Tampubolon N. S., 2005). Penyebab terjadinya penyakit gigi dan mulut salah satunya adalah faktor lokal yaitu plak gigi. Plak gigi (dental plaque) didefinisikan sebagai biofilm tipis dan lembut yang merupakan sisa-sisa makanan, lendir atau sel-sel epitel yang melekat pada permukaan gigi serta menyediakan media untuk pertumbuhan berbagai spesies

2 mikroba terutama bakteri (Hamdi H. Hamama, 2015). Plak yang tidak dibersihkan akan terakumulasi, setelah itu hasil dari akumulasi bakteri tersebut dapat merusak jaringan keras maupun jaringan lunak pada rongga mulut. Bakteri plak penyebab gingivitis terutama adalah bakteri gram positif meliputi Streptococcus mitis, S. Sanguis, Actinomyces viscosus, A. Naeslundii, dan Eubacterium species. Kemudian massa plak menjadi matang melalui pertumbuhan spesies melekat, serta kolonisasi dan pertumbuhan spesies tambahan. Bakteri yang mendominasi plak yang matang adalah bakteri anaerob (Newman et al., 2012). Penyakit periodontal yang timbul akibat plak gigi salah satunya adalah gingivitis. Gingivitis adalah istilah medis untuk inflamasi atau peradangan gingiva yang merupakan bentuk ringan dari penyakit gingiva dan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri sebagai akibat dari pembentukan plak. Perdarahan dan pembengkakan ringan pada gingiva adalah tanda-tanda dan gejala awal dari gingivitis. Pada tahap awal, gingivitis dapat diperbaiki dengan langkah-langkah sederhana seperti menyikat gigi, flossing dan pembersihan karang gigi (Dr.Alison). Pembentukan serta akumulasi plak gigi dan gingivitis semakin besar risiko terjadinya pada pemakai alat ortodontik cekat. Prevalensi keparahan hyperplasia gingival antara pasien yang memakai alat ortodontik cekat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak memakai alat ortodontik cekat. Perawatan ortodontik memang bermanfaat untuk merapikan gigi, namun disisi lain perawatan ortodontik terkadang dianggap sebagai faktor predisposisi untuk penyakit periodontal, karena alat ortodontik dapat menghalangi dan menghambat proses pembersihan rongga mulut sehingga dapat meningkatkan akumulasi bakteri. Alat

3 yang selalu melekat serta desain yang rumit menyulitkan pembersihan gigi dan menjadi tempat akumulasi makanan. Selain itu pada pengguna alat ortodontik cekat terdapat kemungkinan transisi plak subgingiva menuju jaringan periodontal menjadi lebih agresif yang dapat mendukung konversi gingivitis menjadi periodontitis (Gkantidis et al., 2010). Kontrol plak dapat mencegah kerusakan gigi dan menjaga kebersihan mulut sehingga dapat mencegah terjadinya gingivitis. Pencegahan pembentukan plak gigi dapat dilakukan dengan melakukan flossing, disklosing, menggosok gigi dengan pasta gigi, serta penggunaan bahan yang mengandung antibakteri. Bahan antibakteri tersebut dapat diaplikasikan pada obat kumur maupun pasta gigi. Agama islam mengajarkan umatnya tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Menjaga kesehatan termasuk kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan seorang muslim. Rasulullah SAW selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut beliau hingga akhir hayatnya. Hal tersebut tercantum dalam hadist berikut ini: أ م ر ن ا ر س ول ه للا -صلى للا عليه وسلم- ب ال م ض م ض ة و اال س ت ن ش اق Rasulullah SAW memerintahkan kami berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung (HR. Imam Daruquthni)

4 Hadist tersebut membuktikan bahwa Rasulullah SAW sangat peduli akan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Salah satu caranya adalah dengan berkumur terutama saat berwudhu. Allah SWT telah menciptakan dunia ini dipenuhi oleh hewan dan tumbuhan tidak lain adalah untuk mencukupi kebutuhan manusia. Binatang maupun tumbuhan yang berada di bumi ini juga dapat berfungsi sebagai obat atau penawar penyakit. Hal tersebut terbukti dari hadist berikut ini, Rasulullah SAW bersabda: ه ش ف اء م ا أ ن ز ل للا د اء إ اله أ ن ز ل ل Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya. (HR. Al-Bukhari no. 5678) Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah tumbuhan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Buah serta daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki berbagai kandungan kimia antara lain, batang mengandung flavonoid, saponin, tanin, glukoside, kalsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium sitrat (Hariana, 2004). Tumbuhan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia, selain itu kandungan flavonoid didalam buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan kelompok pigmen tanaman yang memberikan perlindungan terhadap radikal bebas yang merusak serta sebagau anti peradangan, antioksidan, dan antikarsinogenik (Wirakusumah, 2006).

5 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri penyebab gingivitis yang dilakukan dengan cara swab dari pengguna alat ortodontik cekat lalu diteliti secara in vitro. B. Rumusan Masalah Apakah ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki daya hambat pada populasi bakteri penyebab gingivitis pada pengguna alat ortodontik cekat secara in vitro? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas daya antibakteri ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri penyebab gingivitis pada pengguna alat ortodontik. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui perbedaan daya hambat masing-masing konsentrasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilmbi) yaitu pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12.5% dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab gingivitis pada pengguna alat ortodontik. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

6 1. Bidang Kedokteran Gigi a. Memberikan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi tentang pengaruh ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri penyebab gingivitis pada pengguna alat ortodontik. b. Sebagai sumber informasi dan acuan bahan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat bagi Masyarakat Umum Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dalam menghambat daya hambat pertumbuhan bakteri penyebab gingivitis untuk mencegah penyakit gigi dan mulut pada masyarakat. 3. Manfaat bagi Peneliti Memberikan pengalaman kepada peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah. E. Keaslian Penelitian Terdapat penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Penelitian pertama adalah penelitian dengan judul Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans yang dilakukan oleh Puji Rahayu (2013). Peneliti melakukan uji daya hambat menggunakan 7 konsentrasi ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) yaitu 6%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 100% untuk mengetahui seberapa besar daya hambat atau zona inhibisi ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa

7 bilimbi L). Uji statistik dari penelitian ini adalah uji Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Perbedaannya antara lain yaitu: perbedaan konsentrasi, serta objek penelitiannya berbeda yaitu terhadap jamur Candida albicans. 2. Penelitian kedua adalah penelitian dengan judul Daya Antibakteri Ekstrak Etanolik Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans yang dilakukan oleh Yusnirah Salampessy (2009). Penelitian ini menggunakan teknik difusi sumuran dan menggunakan sampel sebanyak 10 piring petri yang ditanami BHI (Brain Heart Infussion). Hasil menunjukkan adanya daya antibakteri ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan ekstrak etanol tanamanbelimbing wuluh. Perbedaannya antara lain yaitu: pada penelitian tersebut yang diekstrak adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), sedangkan pada penelitian ini adalah buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), serta objek penelitian berbeda yaitu terhadap bakteri Stertococcus mutans, sedangkan pada penelitian ini objeknya yaitu pada populasi bakteri penyebab gingivitis pada pengguna alat ortodontik cekat.

8 3. Penelitian ketiga yang sejenis adalah penelitian dengan judul Perbedaan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol 70% Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Bahan Obat Kumur Terhadap Hambatan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Sanguis In Vitro yang dilakukan oleh Klis Kondho Taliningrum (2015). Penelitian laboratoris eksperimental ini membagi kelompok perlakuan menjadi 7 kelompok dengan konsentrasi ekstrak etanol Buah belimbing wuluh yang berbeda. Data yang sudah diperoleh dihitung menggunakan uji one way Anova. Hasil pengolahan data didapatkan nilai p=0.01 (p<0.05) Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan ekstrak etanol 70% tanaman belimbing wuluh. Perbedaannya antara lain yaitu: pada penelitian tersebut yang diekstrak adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), sedangkan pada penelitian ini adalah buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), selain itu pada penelitian tersebut ekstrak dijadikan obat kumur, sedangkan dalam penelitian ini tidak dijadikan obat kumur, perbedaan yang selanjutnya yaitu objek penelitiannya berbeda yaitu terhadap bakteri Streptococcus Sanguis, sedangkan pada penelitian ini objeknya yaitu pada populasi bakteri penyebab gingivitis pada pengguna alat ortodontik cekat.