BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

RUU ACEH PRESENT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

Society ISSN :

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

PERMASALAHAN HUKUM TERHADAP ISI BUTIR-BUTIR PERJANJIAN RI-GAM DALAM HAL KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENABALAN NAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ACEH BARAT DAYA

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

Universitas Sumatera Utara

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sangatlah unik dikaji, terutama pada Pada masa ini hubungan

I. PENDAHULUAN. pemilu yang bermartabat. rangka menunaikan amanat para konstituennya dan melaksanakan tugas

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

SAMBUTAN BUPATI BANTUL DALAM RANGKA TIRAKATAN PERINGATAN HUT KE-70 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI KABUPATEN BANTUL

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

-1- QANUN ACEH NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

WALIKOTA LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

PENYELESAIAN MASALAH PAPUA: PERLUNYA PENDEKATAN KOMPREHENSIF

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

Pemilu Aceh: Sebuah Keniscayaan

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta: LkiS, 2009), h.3.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

Good Party Governance Solusi Tuntas Menuju Indonesia Baru

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015.

Pembaruan Parpol Lewat UU

BAB I PENDAHULUAN. baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PARTAI MAHASISWA

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia khususnya daerah Aceh terwujud dari adanya partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat untuk berkompetensi sesuai dengan kendali institusi-institusi politik, yang dapat memberikan pengaruh yang kuat atas kebijakan-kebijakan publik. Selain itu, demokrasi juga mempunyai hubungan dengan perdamaian. Karena dalam lingkungan yang demokratis, masyarakat sipil berkembang dalam hubungan dengan komunitas yang berbeda-beda, konflik kekerasan dapat dicegah kareba ketegangan dan konflik-konflik tersebutdapat diregulasikan dan diselesaikan melalui cara-cara yang menekankan pada perdamaian. Dalam sebuah pandangan bahwa konflik etnis dapat diselesaikan atau dicegah melalui kerangka kerja demokrasi, karena melalui demokrasi perbedaan-perbedaan akan terselesaikan secara damai. Keyakinan bahwa demokrasi dapat menyelesaikan konflik telah membimbing para cendikiawan dan para aktivis perdamaian untuk menyakini bahwa rekontruksi pasca konflik membutuhkan demokrasi seperti halnya demokrasi membutuhkan perdamaian. Hal ini terlihat pasca penyelesaian konflik di Aceh, dari pihak Indonesia, transisi demokrasilah yang menjadi dasar untuk bernegosiasi dengan para pejuang separatis. Demokratisasi di Indonesia telah memperkuat posisi para pemimpin untuk berkomitmen dalam mencaapai solusi perdamaian di Aceh.

Saat duka mendalam karena musibah tsunami tentu saja membentuk suasana batin yang jauh berbeda dari proses negosiasi sebelumnya. Untuk mencapai partisipasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai kekuatan politik daerah, sejumlah tawaran, seperti kewenangan imigrasi, pencatuman kata dan Aceh dibelakang setiap kata Indonesia dalam undang-undang dasar. Lagu kebangsaan dan bendera sendiri dan sejumlah tuntutan lainya direlakan untuk dikelola oleh pemerintah pusat. GAM mulai mengendurkan tawaran untuk memperjuangkan satu tujuan. Setidaknya ada setitik sinar perdamaian disana. Keberadaan partai politik lokal di Aceh merupakan hasil kompromi politik antara pemerintah Republik Indonesia dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam rangka menghasilkan perdamaian di Aceh. Dalam penandatanganan MoU ( Memorandum Of Understanding) 15 Agustus 2005 antara Pemerintah Republik Indonesia dan GAM di Helsinki, Finlandia, terdapat beberapa butir kesepahaman yaitu pemberian amnesty kepada anggota GAM berikut pemulihan hak-hak politik, ekonomi, dan sosial. Salah satu bentuk pemulihan hak politik yang begitu ramai dibicarakan adalah keinginan GAM membentuk partai politik lokal di Aceh. Penandatanganan Nota kesepahaman ini merupakan harapan baru bagi demokratisasi politik dan perdamaian di Aceh. Penerapan MoU Helsinki telah menghasilkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Partai Politik Lokal di Aceh.

Menurut Rauf (dalam Ali Safa at,2011:259), keberadaan partai lokal diperkirakan akan mampu menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan daerah lebih baik. Partai politik lokal di Aceh di harapkan mampu menyerap aspirasiaspirasi masyarakat didaerah-daerah secara lebih tepat mengingat beragamnya kepentingan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia. Partai politik lokal dianggap lebih mampu untuk memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat Aceh. Bisa saja ada partai politik yang hanya ingin menjadi partai politik lokal saja karena hanya seperti itu kemampuannya. Partai politik lokal tersebut lebih tertarik pada masalah politik ditingkat lokal sehingga hanya berminat mengajukan calon dalam pemilu ditingkat lokal (bahkan mungkin hanya disatu provinsi) konsep partai politik lokal akan dapat menampung aspirasi seperti itu. Partai politik lokal di Aceh mempunyai tujuan dan fungsi yang hampir sama dengan partai politik nasional pada umumnya. Tujuan umum (mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Aceh) dan tujuan khusus (meningkatkan partisipasi politik masyarakat Aceh dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dan memperjuangkan cita-cita partai politik lokal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kekhususan dan keistimewaan Aceh).

Sementara fungsi partai politik lokal di Aceh ada empat yaitu, pertama memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, kedua penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan rakyat, ketiga penyerapan, penghimpunan dan penyaluran aspirasi politik rakyat dan keempat partisipasi politik rakyat (terdapat dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh pasal 79). Perkembangan partai politik lokal di Aceh mengalami pasang surut, hal ini bisa dilihat dari jumlah partai politik lokal saat ini yang ada di Aceh yang hanya berjumlah tiga partai saja yaitu Partai Aceh (PA), Partai Damai Aceh (PDA) dan Partai Nasional Aceh (PNA). Sementara pada pemilu tahun 2009 yang lalu, ada enam partai politik lokal di Aceh yaitu : Partai Aceh Aman Seujahtera (PAAS), Partai Daulat Aceh (PDA), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Partai Rakyat Aceh (PRA), Partai Aceh (PA) dan Partai Bersatu Aceh (PBA). Jumlah ini akan terus mengalami penurunan dan penyusutan sebagai akibat dari undang-undang pemilu serta belum terlaksananya fungsi partai politik secara baik. Partai politik yang semulanya di harapkan dapat melakukan sosialisasi politik, pengawasan terhadap jalannya pemerintahan, sebagai sarana mempersiapkan kader, sebagai media menghimpun dan menyalurkan kepentingan masyarakat, partisipasi politik, sebagai peredam konflik, dan melakukan komunikasi politik atas dasar kepentingan rakyat dan penguasa. Namun, pada kenyataannya fungsi partai politik tersebut tidak berjalan dengan baik. Partai politik belum menunjukkan performance yang memuaskan bahkan semakin hari makin memperlihatkan gejala elitisme dalam pembuatan kebijakan dengan

mengedepankan kepentingan pribadi, kelompok dan golongan daripada kepentingan masyarakat dan bangsa. Keberadaan partai politik lokal juga saat ini masih merupakan suatu institusi yang memiliki potensi menjadi alat konflik masyarakat daripada sebagai peredam konflik, hal ini terlihat dari adanya pertikaian dan perpecahan antar partai politik lokal. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan fungsi partai politik lokal tidak berjalan dengan baik, keberadaan partai politik lokal belum mampu memperjuangkan kepentingan rakyat dan bangsa, malah menjadi sebaliknya dimana partai politik cenderung sibuk memperebutkan kekuasaan, jabatan, dan uang. Sementara persoalan yang membelit rakyat dibiarkan begitu saja, seperti ketidakadilan, kemiskinan, ketidakamanan serta ancaman rasa takut akan konflik horizontal maupun vertikal. Padahal ketika pendirian partai politik atau kampanye pemilu selalu yang dijanjikan akan membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat, akan tetapi semuanya adalah hanya janji semata. Saat ini muncul kesadaran di kalangan masyarakat bahwa mereka selama ini hanya dijadikan obyek oleh partai-partai politik lokal dengan janji-janji manis. Namun setelah berkuasa, janji itu kemudian dilupakan. Bahkan ada yang berpendapat, semua partai politik lokal itu sama, tidak ada bedanya antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka hanya memperalat rakyat dengan mencari dukungan untuk berkuasa. Setelah berkuasa lalu rakyat dilupakan dan ditinggalkan. Sehingga muncul pandangan bahwa partai politik lokal hanya merupakan simbol atau atribut demokrasi yang hanya untuk dipandang saja, bukan untuk dirasakan atau dinikmati keberadaannya melalui pelaksanaan

fungsinya. Dampak posisi partai politik lokal yang seperti ini akan berpengaruh terhadap keberadaan partai politik lokal sebagai lembaga demokrasi telah tersingkirkan dari kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti dan membahasnya lebih jauh dan rinci lagi dengan mengangkatnya dalam sebuah laporan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Perkembangan Partai Politik Lokal di Desa Bambel Gabungan Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. B. Identifikasi Masalah berikut : Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi Masalah sebagai 1. Perkembangan partai politik lokal di Desa Bambel Gabungan Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. 2. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan partai politik lokal di Aceh. 3. Persepsi masyarakat tentang pelaksanaan tujuan partai politik lokal di Aceh. 4. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi partai politik lokal di Aceh. C. Batasan Masalah Dalam sebuah penelitian, diperlukan adanya pembatasan masalah, hal ini diperlukan agar penelitian dapat berjalan tepat pada sasarannya. Dengan demikian yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Perkembangan partai politik lokal di Desa Bambel Gabungan Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. 2. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi partai politik lokal di Aceh. D. Rumusan Masalah Dari uraian batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan partai politik lokal di Desa Bambel Gabungan Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara? 2. Bagaimana Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi partai politik lokal di Aceh? E. Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian perlu diketahui maksud dan tujuan dari penelitian tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan partai politik lokal di Aceh khususnya di Desa Bambel Gabungan Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. 2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi partai politik lokal di Aceh khususnya di Desa Bambel Gabungan Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis :

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta cara berpikir penulis tentang perkembangan pelaksanaan fungsi partai politik lokal di Aceh. 2. Bagi pemerintah dan partai politik lokal : Sebagai masukan kepada pemerintah dan partai politik lokal di Aceh tentang pentingnya pelaksanakan fungsi partai politik dengan baik. 3. Bagi tokoh masyarakat : Sebagai masukan bagi tokoh masyarakat tentang peran partai politik lokal di Aceh dalam menyerap, menghimpun dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat.