BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap anak unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar, dan anak yang akibat keadaan tertentu mengalami kekerasan, berada di lembaga permasyarakatan/ rumah tahanan, di jalanan, di daerah terpencil/ bencana/ konflik yang memerlukan penanganan secara khusus. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal, yang mengakibatkan anak terisolasi dari manusia lain dan masuk ke dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. Karakterisktik anak dengan autisme adalah memiliki respon abnormal terhadap stimuli sensori; perkembangan kemampuan kognitif terlambat; tidak mampu mengembangkan keterampilan bersosialisasi yang normal; gangguan dalam berbicara, bahasa dan komunikasi; serta senang meniru atau mengulangi kata-kata orang lain (egolalia). (Kemenkes RI, 2010) Anak dengan autisme memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak-anak normal 1
pada umumnya. Karena hal tersebut, anak-anak dengan autisme membutuhkan pendidikan khusus, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa. Belum banyak penelitian yang dilakukan tentang anak dengan autisme. Hal tersebutlah yang mendorong dilaksanakannya penelitian ini. Yayasan Autisme Indonesia menyatakan adanya peningkatan prevalensi autisme, jumlah anak dengan autisme di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan 1 : 5000 anak, kemudian meningkat menjadi 1 : 500 anak pada tahun 2010. Pada tahun 2000, bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak-anak dengan autisme di Indonesia (Moore, 2010) Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lancar. Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Kesehatan pribadi dan masyarakat saling berpengaruh. Hal tersebutlah yang mendorong diperlukannya Perilaku (PHBS) pada kehidupan sehari-hari di masyarakat. Perilaku (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang di praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan 2
masyarakatnya (Maryunani, 2013). Perilaku (PHBS) merupakan esensi dan hak asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga. (Depkes RI, 2007). Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Di Indonesia, PHBS sudah mulai ditetapkan dari tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sekarang anjuran PHBS diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di seluruh Indonesia dengan mangacu pada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga karena rumah tangga yang sehat merupakan aset pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS (Depkes, 2013). 3
PHBS memiliki indikator yang berbeda-beda untuk setiap tatanannya. Hal tersebut membuat semua masyarakat untuk melakukan penerapan PHBS di kelima tatanan. Kelima tatanan PHBS tersebut antara lain: tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan institusi kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan, tatanan tempat kerja, dan tatanan tempat umum. Dalam pelaksanaannya, PHBS dilaksanakan di institusi rumah tangga, sekolah, masyarakat, institusi kesehatan / fasilitas pelayanan kesehatan, tempat kerja dan di tempat umum. Pelaksanaan PHBS dalam satu tatanan akan berpengaruh terhadap tatanan lainnya, karena pelaksanaan PHBS saling berhubungan satu dengan yang lainnya pada setiap tatanan tersebut. Dalam melakukan pembinaan PHBS, ada macam-macam strategi yang dapat dilakukan seperti gerakan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (sasaran) secara terus menerus dan berkesinambunganmengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar terjadi perubahan sasaran. Perubahan sasaran yang diharapkan adalah terjadi perubahan dalam tiga aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek perilaku. Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu bina suasana individu, bina suasana kelompok dan bina suasana publik. Advokasi adalah strategi pokok dalam rangka mengembangkan 4
kebijakan berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan fisik yang mendukung dan menata kembali arah pelayanan kesehatan (Maryunani, 2013) Sekolah merupakan salah satu sasaran PHBS karena banyaknya data yang menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), seperti diare, cacingan dan anemia sehingga SD sering menjadi sasaran penerapan PHBS. Hal tersebut karena anak usia sekolah berpotensi sebagai agent of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. (Sonny, 2011). Diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita (usia 1 bulan sampai < 5 tahun) di Indonesia. Penyakit diare menjadi penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). (Riskesdas, 2007) Dalam pendidikan khusus yang dilaksanakan di SLB ada program PHBS. Maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana perilaku hidup bersih dan sehat pada anak dengan autisme agar dapat mencegah penyakit-penyakit yang mungkin muncul. Penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku pola hidup bersih dan sehat pada anak dengan autisme tingkat SD belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini, akan menggunakan kuisioner dan wawancara kepada anak dengan autisme serta akan dilakukan indepth interview kepada orang tua murid dan guru pada sekolah tersebut. 5
1.2 Masalah Penelitian Anak dengan autisme memiliki kebutuhan khusus, sehingga dalam kehidupan sehari-harinya akan menemukan berbagai permasalahan seperti keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Perilaku (PHBS) masih merupakan penyebab utama dari penyakit-penyakit seperti diare, cacingan dan anemia yang disebabkan oleh tingkat kebersihan yang rendah. Penelitian terkait Perilaku (PHBS) perlu dilakukan pada anak dengan autisme, karena di Indonesia belum ada penelitian tersebut. Pertanyaan Penelitian Termasuk kriteria apakah tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa-siswi autisme? Apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa-siswi autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita? 6
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita. Mengetahui sejauh mana PHBS dalam tatanan Rumah Tangga 1.3.2 Tujuan Khusus sudah dilakukan oleh anak dengan autisme di SLB Bina Anggita Mengetahui pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita. Mengetahui sikap perilaku hidup bersih dan sehat pada anakanak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita. Mengetahui ada/tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap PHBS pada anak-anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita. 7
Mengetahui ada/tidaknya hubungan antara sikap dengan perilaku PHBS pada anak-anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan terhadap kesehatan terutama pada Perilaku (PHBS). 1.4.2 Secara Praktis Bagi Klinisi / Dokter Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan klinisi tentang PHBS, dapat mengetahui sejauh mana PHBS sudah di terapkan terutama kepada anak dengan autisme, mengerti bagaimana menerapkan PHBS kepada anak dengan autisme. Bagi Institusi Pendidikan Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dapat mengetahui sejauh mana PHBS sudah dilaksanakan oleh siswa-siswinya, sehingga sekolah dapat memperbaiki dan merencanakan penyuluhan-penyuluan terkait PHBS kepada siswa-siswinya, agar sekolah dapat membantu pelaksanaan PHBS kepada siswa-siswinya, khususnya siswa-siswi berkebutuhan khusus. 8
Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui sejauh mana PHBS sudah dilakukan dikalangan siswa-siswi berkebutuhan khusus, agar orang tua dapat memantau pelaksanaan PHBS pada anak dengan autisme, dapat menentukan strategi yang tepat untuk membantu pelaksanaan PHBS pada anak dengan autisme. 1.5 Keaslian Penelitian Melalui hasil penelusuran jurnal penelitian sebelumnya, peneliti belum menemukan karya tulis yang sama dengan penelitian yaitu tentang Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku kepada anak berkebutuhan khusus autisme. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini tidak mengandung unsur-unsur plagiatisme. Pada penelitian ini, peneliti juga memperhatikan aspek etis. Karena dalam penelitian kita harus mempertimbangkan persetujuan sekolah tempat melakukan penelitian, persetujuan siswa atau orang tua dari siswa yang akan dijadikan subjek penelitian. Tetapi terdapat penelitian-penelitian yang serupa sebelumnya, yang dijadikan peneliti sebagai refrensi dalam penulisan penelitian ini: Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Siti Fauziah, Faktor-faktor yang Cross sectional Faktor-faktor yang 9
2004 Berhubungan dengan Berhubungan dengan Jariston Habeahan, 2009 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa di 2 Sekolah Dasar (Dengan dan Tanpa Program PHBS) Kelurahan Lorok Phakjo Tahun 2004 Palembang Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perilaku Anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-el Simalingkar Kecamatan Deskriptif Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa di 2 Sekolah Dasar (Dengan dan Tanpa Program PHBS) Kelurahan Lorok Phakjo Palembang Tahun 2004 dengan proporsi perilaku siswa yang baik adalah 72,3% Anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-el Simalingkar memiliki pengetahuan dengan kategori baik Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2009 Yulia Perbedaan Tingkat Observasi, cross Terdapat perbedaan Prastianingsih Perilaku Hidup Bersih sectional tingkat perilaku hidup 10
et al, 2010 dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta Sonny Andrianto, 2011 Zulfa Husni Khumayra et al, 2012 Kenjeran Determinan Perilaku yang Berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa Sekolah Dasar (Studi pada Siswa SD/MI di Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji) Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Perilaku (PHBS) Antara Santri Putra dan Santri Putri Cross sectional Cross sectional di kecamatan Kenjeran Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa terkait PHBS dengan tindakan PHBS pada siswa SD Tidak ada perbedaan yang signifikan pengetahuan PHBS antara santri putra dan santri putri, ada perbedaan yang signifikan sikap PHBS 11
antara santri putra dan santri putri Mohamad Gambaran Perilaku Deskriptif Pengetahuan siswa Julrisam akselerasi SMPN 8 Gomo et al, 2013 Muhamad Hanapi, 2013 Nur Izah Ameta, 2013 (PHBS) Sekolah Pada Siswa Kelas Akselerasi di SMPN 8 Manado Gambaran Perilaku (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar Negeri II Nanjung Pengaruh Kesehatan Promosi Perilaku (PHBS) pada Tatanan Deskriptif Kuantitatif Pre Experimental Design dengan rancangan one group pretes Manado tentang PHBS sekolah adalah baik Tingkat PHBS siswa SDN II Nanjung sebagian besar dalam kategori cukup Pengetahuan meningkat setelah dilakukan promosi kesehatan perilaku hidup bersih Sekolah terhadap posttest design dan sehat sejumlah Pengetahuan PHBS 88,57% dari seluruh Siswa Kelas IV dan V di siswa yang hadir, siswa SD Negeri Ngemplak yang pengetahuannya 12
Surakarta menurun sebanyak 2,8%, dan yang tetap 8,57% Sendy Wowor Gambaran Observasi, cross Gambaran pengetahuan et al, 2013 Annida Aulia Fauziah, 2014 Cyndhanita O. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sekolah pada Siswa Sekolah Dasar Lemoh GMIM Studi tentang Perilaku (PHBS) pada siswa SDN Sukarasa 3 Gambaran Perilaku sectional Cross sectional Deskriptif tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah di Sekolah Dasar GMIM Lemoh adalah sangat baik Siswa belum sepenuhnya melakukan kedelapan indicator PHBS di sekolah dengan optimal Adanya Janis, 2014 (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 30 Manado kesinambungan dari pengetahuan, sikap dan tindakan untuk membentuk suatu 13
perilaku yang baik Anang Sikap Siswa terhadap Deskriptif Sikap siswa terhadap Rinandanto, Perilaku Hidup Bersih perilaku hidup bersih 2015 dan Sehat di SD Negeri dan sehat di SD Negeri Yohana Tania, 2015 Balangan 1 Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Korelasi Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap, dengan Perilaku Pola Anak-anak Tunadaksa pada SDLB N 1 / D & D1 Kalibayem Bantul Cross Sectional Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya tentang PHBS Balangan 1 Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman berada dalam kategori cukup aktif Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku pola hidup bersih dan sehat anak tunadaksa pada SDLB N 1 / D & D1 Kalibayam Bantul 14