BAB I PENDAHULUAN. dengan ikatan yang lainnya. Ada banyak hal yang harus dilalui saat akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki dan perempuan, yaitu melalui ikatan perkawinan. 1 Hal ini sesuai. dengan firman Allah dalam surat Al-Ruum ayat 21:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bidang perkawinan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya unifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

dalam Sistem Hukum Islam, menjelaskan bahwa perkawinan adalah persekutuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak

BAB I PENDAHULUAN. ikatan suci yang dinamakan perkawinan. Perkawinan adalah suatu hubungan

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan ibadah kepada-nya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat Hukum ke

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

P U T U S A N. Nomor 0891/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN MENURUT FIQIH DAN HUKUM POSITIF INDONESIA SERTA PRAKTEK PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB V PENUTUP. kewajiban memberikan nafkah pemeliharaan anak tersebut. nafkah anak sebesar Rp setiap bulan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor : /Pdt.G/2011/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1302/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

P U T U S A N. Nomor 0268/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Agama Surabaya Tentang Pembatalan Putusan Pengadilan Agama Tuban. itu juga termasuk di dalamnya surat-surat berharga dan intelektual.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

TENTANG DUDUK PERKARA

P U T U S A N. Nomor 0656/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0979/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain yang bergantung hidup kepadanya. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

PUTUSAN Nomor 1191/Pdt.G/2014/PA.Pas

P U T U S A N. Nomor 0624/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. Nomor: 1150/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. masalah Penyelesaian Pembagian Sepertiga Harta Bersama yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

P U T U S A N. Nomor 1465/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1203/Pdt.G/2013/PA.Pas. melawan

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

P U T U S A N. NOMOR : 54/Pdt.G/2011/PA.Pts DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1592/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

Nomor: 1282/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N SALINAN. Nomor 1638/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 1280/Pdt.G/2012/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 1625/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahirbatin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa, 1 Inilah yang membuat ikatan ini berbeda dengan ikatan yang lainnya. Ada banyak hal yang harus dilalui saat akan menjalani perkawinan mulai dari acara khitbah dan dilanjutkan dengan prosesi akad nikah yang sangat sakral sekali hingga prosesi walimah dilakukan yang bertujuan untuk mempublikasikan kepada masyarakat dan handai taulan bahwasanya pasangan tersebut telah menjadi suami istri yang sah. Perkawinan mempunyai akibat hukum tidak hanya terhadap diripribadi mereka yang melangsungkan pernikahan, hak dan kewajibanyang mengikat pribadi suami isteri, tetapi lebih dari itu mempunyai akibathukum pula terhadap harta suami isteri tersebut. Hubungan hukumkekeluargaan dan hubungan hukum kekayaannya terjalin sedemikian eratnya keduanya memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan.hubungan hukum kekeluargaan menentukan hubungan hukum kekayaannya. 2 2010).pasal 1, 1. 1 Undang-undang No.1 Thn. 1974, Tentang Perkawinan, ( Surabaya: Kesindo Utama, 2 Satrio, Hukum Harta Perkawinan, (Bandung PT. Citra Aditya Bakti, Cet. 1, 1991), 5. 1

2 Dalam IslamAllah memerintahkan perkawinan dan menghendaki perkawinan untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, maka kewajiban untuk melakukan perkawinan ini diatur dalam Al- Qur an dan Hadits. Sesuai dengan firman Allah:. Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan untukmu istriistri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya.dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-ruum:21). 3 Suami isteri mempunyai kedudukan yang seimbang dan setara. Walaupun disadari ada perbedaan kewajiban satu sama lain dalam keluarga. Suami isteri mempunyai posisi dan peranan masing-masing.suami isteri harus memahami hak dan kewajibannya sebagai upaya membangun sebuah keluarga.kewajiban tersebut harus dimaknai secara timbal balik bahwa yang menjadi kewajiban suami merupakan hak issteri dan yang menjadi kewajiban isteri menjadi hak suami. 4 Suami isteri harus bertanggung jawab untuk saling memenuhi kebutuhan pasangannya untuk membangun keluarga yang harmonis dan tentram. 5 3 Depag RI, AL-Qur an dan Terjemahnya (Bandung: Gema Risalah Pers, 2001), 644. 4 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty, cet. 2, 1986), 96. 5 Muhammad Thalib, 20 Rahasia Ikatan Kejiwaan Suami Isteri, (Bandung: Irsyad Baitus Salam,cet. 1, 2001), 46.

3 Sedangkan perkawinan yang tidak diikuti dengan sikap saling memahami hak dan kewajiban masing-masing akan menimbulkan masalah dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga, dimungkinkan akan muncul banyak rintangan dalam mencapai tujuan perkawinan yang dicita-citakan,bahkan peluang retaknya keluarga akan terbuka lebar. Sehingga kenyataan dalam tujuan tersebut tidak sepenuhnya dapat terlaksana sebagaimana yang diinginkan.ikatan perkawinan terpaksa harus diputuskan akibat adanya perbedaan pendapat atau perselisihan antara suami istri tersebut.jika perselisihan diantara keduanya tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai atau kekeluargaan, maka solusi terakhir yang ditempuh keduanya adalah dengan jalan perceraian.setelah ikatan perceraian putus, perpisahan tidak berakhir begitu saja, ternyata muncul permasalahan baru yang timbul akibat perceraian tersebut, salah satunya adalah masalah harta bersama (harta gono-gini). Harta bersama atau yang lebih di kenal dengan harta gono-gini adalah harta benda dalam perkawinan yang dihasilkan oleh pasangan suami isteri secara bersama-sama selama masa perkawinan masih berlangsung. 6 Undang-undang perkawinan mengatur dengan tuntas tentang kedudukan harta benda di dalam perkawinan.pada prinsipnya undang-undang mengatur bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang 2008), 2. 6 Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-gini Saat Terjadi Perceraian, (Jakarta: Kencana,

4 diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. 7 Ketentuan tentang harta benda di dalam perkawinan diatur dalam pasal 35-37 Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, harta bawaan dari masingmasing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. 8 Tentang ini pasal 35 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 sudah menegaskan: harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Ini berarti terbentuknya harta bersama dalam perkawinan ialah sejak saat tanggal terjadinya perkawinan sampai ikatan perkawinan bubar. Kalau begitu harta apa saja yang diperoleh terhitung sejak saat dilangsungkan akad nikah sampai saat perkawinan pecah baik oleh karena salah satu pihak meninggal atau oleh karena perceraian, seluruh harta-harta tersebut dengan sendirinya menurut hukum menjadi harta bersama. Konsep harta bersama diakui dalam Kompilasi Hukum Islam, menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara suami dan isteri terhadap harta bersama. Dan 2006), 12. 7 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 2, 1994), 122. 8 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Pokok Perkawinan, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 6,

5 perbuatan hukum terhadap harta bersama haruslah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak. Ketentuan mengenai harta bersama dalam KHI maupun Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak terlepas dari realita masyarakat Indonesia tentang harta bersama dengan istilah yang beragam. Di Jawa Timur disebut dengan gono gini. 9 Kompilasi Hukum Islam merumuskan harta bersama sebagai harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa pun. 10 Dari pemaparan di atas mengenai pembagian harta bersama ( gono-gini) dan dari salinan putusan yang penulis peroleh, penulis menemukan permasalahan tentang harta bersama yang dimiliki antara suami dan istri baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dimana suami meminta harta bersama tersebut dibagi dua akan tetapi istri menolak dikarenakan adanya perjanjian suami telah menyetujui perjanjian tesebut. Tetapi suami menolak dan tetap ingin harta bersama itu tetap dibagi dua dengan alasan bahwa perjanjian tersebut tidak dibuat sebelum nikah akan tetapi sesudah nikah, sebagaimana yang tercantum dalam KHI pasal 47 ayat (1) tentang perjanjian perkawinan yang berbunyi: pada waktu atau sebelum pekawinan dilangsungkan kedua calon mempelai dapat membuat perjanjian tertulis yang disahkan Pegawai Pencatat Nikah mengenai 9 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. ke-4 (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), 211. 10 Pasal 1 huruf f, Kompilasi Hukum Islam, ( Surabaya: Kesindo Utama, 2010), 195.

6 kedudukan harta dalam perkawinan. 11 Sedangkan di Pengadilan Agama Sidoarjomajelis hakim menolak pembagian harta bersama dalam putusan Nomor: 318/Pdt.G/2007/PA. Sidoarjo. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan timbul suatu permasalahan mengapa Pengadilan Agama Sidoarjo memutuskan menolak pembagian harta bersama tersebut. Hal inilah yang kemudian mendorong peneliti untuk mengkaji dan menganalisis dalam skripsi yang berjudul, Analisis Terhadap Putusan Nomor:318/Pdt.G/2007/PA. Sda Tentang Penolakan Pembagian Harta Bersama.Dari sinilah peneliti menemukan beberapa masalah yaitu: 1. Harta bersama didalam hukum positif 2. Harta bersama didalam Kompilasi Hukum Islam 3. Mulai terbentuknya harta bersama didalam perkawinan 4. Alasan majelis hakim menolak perkara pembagian harta bersama dalam putusan Nomor:318/Pdt.G/2007/P.A Sidoarjo. 5. Analisis yuridis tentang penolakan pembagian harta bersama, dalam putusan Nomor: 318/Pdt.G/2007 PA sidoarjo 11 Ibid, 209.

7 Masalah-masalah yang telah diidentifikasi diatas masih bersifat global, sehingga masalah-masalah yang akan diteliti dibatasi sebagai berikut: 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama. 2. Bagaimanaanalisis pertimbangan hakim dalam putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama? 2. Bagaimana analisis pertimbangan hakim dalam putusan No. 38/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka ini bertujuan untuk mengetahui originalitas karya dalam penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu menjadi satu pijakan awal untuk selalu bersikap berbeda peneliti yang lain. Pembahasan tentang penolakan hakim terhadap putusan pengadilan tentang masalah pembagian harta bersama sebenarnya telah banyak dibahas, baik berupa buku-buku maupun skripsi sekalipun. Namun mengingat agar tidak terjadi

8 kesamaan pembahasan dengan pembahasan skripsi yang lainnya seperti yang pernah ditulis oleh: 1. Saudara Nanang Ahmadi dengan judul Studi Analisis Atas Kasus No. 283/Pdt.G/1992/PA. Pas. Tentang Ketidakadilan Hakim dalam Proses Pembagian Harta Bersama Berdasarkan Hukum Islam dan Undang- Undang No. 7 Tahun 1989. Dalam skripsinya pokok kajiannya tentang kurang telitinya hakim dalam memeriksa harta dalam perkawinan sehingga tidak ada pemilahan antara harta bersama ataupun harta bawaan. 2. Saudari Tutik Mukarromah dengan judul Hak Antara Suami Atas Harta Bersama Menurut Hukum Perdata (BW) dan Hukum Islam Studi Komparatif. Yang membahas tentang hak suami terhadap harta dalam perkawinan, khususnya mengenai persoalan harta bersama, pengkajian tentang pengurusan atau pemeliharaannya dan penguasaannya serta pemilahan harta bawaan dan harta bersama. Kajian tersebut sesuai dengan teori dalam undang-undang. 3. Saudari Hijriyah Rahmawati dengan judul Analisis Hukum Islam TerhadapPutusan Hakim PA Sidoarjo no. 890/Pdt.G/PA, Sda. Studi Tentang Penyelesaian Sengketa Harta Bersama yang Tidak Dibagi Seluruhnya. Dengan masalah pokok penyelesaian sengketa harta bersama, dasar hukum hakim serta analisis tentang penyelesaiannya. 4. Saudari Bawatul Laili dengan judul Pelaksanaan Sita Jaminan Atas HartaBersama Tanpa Adanya Gugatan Perceraian di PA Gresik. yang

9 mengkaji bagaimana pelaksanaan sita jaminan atas harta bersama tanpa adanya gugatan perceraian. Permasalahan yang dibahas mengenai alasan mengajukan permohonan sita, dasar hokum yang dipakai hakim, tekhnik pelaksanaan sita jaminan dan bagaimana akibat hokum sita jaminan. E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama. 2. Mengetahui analisis pertimbanganhakim dalam putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama. F. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kurangnya dua aspek yaitu: 1. Kegunaan Teoritis, diharapkan berguna sebagai sumbangsih pemikiran penulis dalam rangka menambah wawasan ilmu tentang pembagian harta bersama, terutama yang mempunyai relevansi dengan skripsi ini. 2. Kegunaan Praktis, diharapkan dapat menambah wawasan pengalaman dengan menerapkan dan membandingkan antara teori dan praktek dalam masalah yang berkaitan dengan harta bersama, dan sebagai tambahan

10 penelitian atau informasi bagi pihak yang memerlukan, khususnya bagi para penulis sendiri mahasiswa syariah pada umumnya. G. Definisi Operasional Untuk mempermudah dalam memahami dan mengetahui konsep yang dimaksud oleh penulis, maka penulis memberikan definisi dalam penulisan skripsi ini: Hukum Islam: Aturan dan ketentuan hukum yang terkait dengan hukum perkawinan yang meliputi perceraian, dan ketentuan pembagian harta bersama yang bersumber dari al-quran, Hadits dan ijma para ulama fiqih. 12 Penolakan: Proses, cara, perbuatan menolak. 13 Harta bersama: Harta yang dimiliki dan dimanfaatkan secara bersama-sama dalam perkawinan oleh suami istri. 14 Putusan Pengadilan Agama: Hasil dari pemeriksaan suatu perkara di Pengadilan Agama. 15 12 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 169. 15. 13 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,( Jakarta:Balai Pustaka, 2001). 14 A. K. Muda, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher,2006),251.

11 1. bebas: putusan akhir yang menyatakan pelaku bebas dari perkara. 2. sela : putusan sementara dari suatu perkara. H. Metode Penelitian Data yang dikumpulkan dalam analisis ini diperoleh dengan melakukan penelitian di Pengadilan Agama Sidoarjo: 1. Data Yang Dihimpun a. Semua data yang terkait dengan putusan hakim baik dari wawancara dengan hakim, putusan, dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah tersebut, tentang gugatan cerai dan harta bersama oleh Pengadilan Agama Sidoarjo No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda. b. Dasar pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim terhadapputusan Nomor: 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama. c. Data tentang ketentuan-ketentuan Undang-undang dan hukum Islam terhadap putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda tentang penolakan pembagian harta bersama. 2. Sumber Data 15 Andi Hamzah, kamus hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1986), 29.

12 Adapun data yang penulis pakai dalam penyusunan skripsi ini bersumber dari data primer dan data sekunder serta buku-buku yang relevan yang ada kaitannya dengan permsalahan ini untuk dapat dipertanggung jawabkan. a. Sumber Data Primer Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. 16 Adapun sumber data yang diperoleh dari penelitian lapangan yang meliputi dari: 1. Salinan putusan dari Pengadilan Agama No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda. 2. Surat perjanjian. 3. Hakim dan panitera b. Sumber Data Sekunder 1. M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama. 2. Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-gini Saat Terjadi Perceraian. 3. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam. 4. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Acara Dan Zakat Menurut Hukum Islam. 16 Suharsimi Arikunti, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,Cet. XII 2012), 107.

13 5. Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. 6. Abi Bakry bin Dimyaty, kitab Ianatu tholibin. 7. Abd. Rahman Ghazaly,Fiqh Munakahat. 8. Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia 9. Sahiron Syamsuddin,alih bahasa: Metodologi Fiqh Islam Kontemporer. Nah}w Us}u>l Jadi>dah li al-fiqh al-isla>mi>, karya Muhammad Syahru>r. 10. Ibnu Hajar al- Asqalani>, Fath al-ba>ri> bi Sharhi} S}ah}i>h} al- Bukha>ri. 3. Tekhnikpengumpulan data a. Studi documenter Teknik dokumentasi salah satu cara penggalian data yang dikumpulkan untuk data yang diperlukan dalam data sekunder, berupa dokumen resmi seperti putusan dan berita acara perkara, buku-buku sekunder, Undang-undang yang berkaitan dan dijadikan dasar hukum Islam dan hakim di Pengadilan Agama Sidoarjo tentang perkara Pembagian Harta Bersama Dalam Putusan No.318/Pdt.G/2007/PA. Sda. b. Wawancara Dalam karya Sugiono yaitu merupakan sebuah pertemuan orang dengan yang lain untuk bertukar mengenai informasi dan ide melalui sesi Tanya jawab, dari sana dapat ditimbulkan makna tertentu dalam

14 suatu topik. 17 Dalam penulisan ini, penulis akan melakukan wawancara kepada hakim dan panitera di Pengadilan Agama Sidoarjo. Agar memperoleh informasi tentang dasar hukum dan pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara terhadap penolakan pembagian harta bersama. 4. Tekhnik analisis data Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Setelah terkumpul datanya, penulis kemudian menggunakan metode: deskriptif analisis, yaitu menggambarkan atau melukiskan secara sistematis segala fakta aktual yang dihadapi, kemudian dianalisis sehingga memberikan pemahaman yang konkrit, dengan menggunakan pola pikir deduktif yaitu metode yang diawali dengan mengemukakan teori-teori bersifat umum yang berkenaan dengan perkara perceraian, dan ketentuan pembagian harta bersama, dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam, dan kitab-kitab fiqih, kemudian teori tersebut digunakan sebagai alat untuk menganalisis kasustentang PenolakanTerhadapPembagian Harta 231. 17 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, cet. IV, 2008),

15 Bersama DalamPutusanNomor.318/Pdt.G/2007/PA.Sda, lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. 18 I. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menguraikan pembahasan ini ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Merupakan pola dasar yang mencakup dari keseluruhan isi skripsi, maka disini penyusun kemukakan tentang; Latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II : Tinjauan Umum Harta Bersama dalam Perkawinan Bab ini merupakan landasan teori sebagai pijakan masalah dalam skripsi, sehingga perlu mengetengahkan: (a) konsep harta bersama dalam perkawinan yang meliputi pengertian harta bersama, klasifikasi harta dalam perkawinan, asal-usul harta bersama, ruang lingkup harta bersama, serta jenis-jenis 18 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), 42.

16 harta bersama, (b) ketentuan hukum tentang harta bersama yang meliputi Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, dan Hukum Islam, (c) ketentuan hukum harta bersama yang meliputi pengurusan harta bersama dan penggunaan harta bersama, (d) pembagian harta bersama. BAB III : Putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda. Bab ini memuat sajian hasil penelitian di Pengadilan Agama Sidoarjo yang diawali dengan posisi kasus dan landasan hukum yang dipakai hakim di Pengadilan Agama Sidoarjo dalam putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA.Sda. BAB IV : Bab ini membahas tentang analisis terhadap suami yang tidak mendapat bagian harta bersama pada putusan No. 318/Pdt.G/2007/PA. Sda.Serta analisis hukum Islam terhadap putusan no. 318/Pdt.G/2007/PA.Sda. BAB V : Penutup Bab ini adalah akhir dari pembahasan skripsi yang berisi kesimpulan sebagai jawaban permasalahan dan saran.