BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian dilakukan selama 2 minggu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kepada masyarakat saja akan tetapi dapat juga merugikan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB I PENDAHULUAN. pada organ dan fungsi pernafasan, salah satunya hidung. Dimana hidung

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

Prinsip Kerja Ultrasound Therapy

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

O 1 X 1 O 2 O 1 X 2 O 2

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

PERBEDAAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk

INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Okt Nop Des Jan Feb

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah pribadi pasien.

BAB I PENDAHULUAN. optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungannya. Hal

PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang

BAB I PENDAHULUAN. otot, perubahan postur, sedemikian rupa sehingga mengakibatkan penekanan atau

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

BAB I PENDAHULUAN. NPB lebih kurang 15% - 20% dari populasi, yang sebagian besar merupakan NPB

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment

1) Ida Bagus Ketut Surya, Bagian Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar, Bali ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, setiap orang dituntut untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. quasi eksperiment dengan bentuk pretest posttest with control. group, dengan desain penelitian sebagai berikut:

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu. tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

(Assessment of The Ear)

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada pasien dengan diagnose Sinusitis Maksilaris Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. 2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan selama 2 minggu. B. Metode Penelitian ini bersifat Quasi eksperimen yang bertujuan untuk mempelajari perbandingan pengaruh efektifitas intervensi US dengan MWD untuk mengurangi nyeri pada Sinusitis Maksilaris Kronik Pada penelitian ini subyek penelitian berjumlah 14 orang yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama berjumlah 7 orang yang diberikan Ultrasound sedangkan kelompok yang kedua juga berjumlah 7 orang yang hanya diberikan intervensi MWD. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan pengaruh antara US dan MWD pada salah satu kelompok dalam hal mengurangi keluhan nyeri pada kondisi Sinusitis Maksilaris Kronik. Intensitas nyeri diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran Visual Analogue Scale (VAS). Hasil pengukuran intensitas nyeri kemudian akan dianalisa dan dibandingkan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakukan II.

1. Kelompok perlakuan I Pada kelompok ini sampel subyek penelitian diberikan intervensi Ultrasound. Sebelum perlakuan dilakukan pengukuran nyeri dan hidung tersumbat dengan menggunakan instrument Visual Analogue Scale (VAS) untuk mengetahui tingkat nyeri dan hidung tersumbat yang dirasakan akibat Sinusitis Maksilaris Kronik. Provokasi nyeri yang dilakukan adalah dengan mencari palpasi pada daerah maksillaris kemudian melakukan kompresi/penekanan pada daerah tersebut selama 5 detik kemudian tekanan dilepaskan selama 8 detik dan diulang 3 kali kemudian subyek penelitian diminta untuk memberikan tanda rasa nyeri yang dirasakan setelah pemberian kompresi pada formulir yang berisi instrumen Visual Analogue Scale (VAS). Setelah pengukuran selesai dilanjutkan dengan pemberian intervensi US dan sesudahnya dilakukan kembali pengukuran nyeri dan hidung tersumbat pada Sinusitis Maksilaris Kronik juga dengan instrumen pengukuran yang sama yaitu Visual Analogue Scale (VAS) untuk mengetahui hasil dari intervensi yang diberikan. Skema 3 : 1 metode kelompok perlakuan 1 Ultrasound Keluhan Nyeri sebelum intervensi Keluhan Nyeri lebih berkurang

2. Kelompok perlakuan II Pada kelompok ini diberikan intervensi MWD. Sebelum perlakukan diberikan juga dilakukan pengukuran tingkat nyeri dan hidung tersumbat yang dirasakan subyek penelitian dengan menggunakan teknik palpasi dan provokasi pada daerah maksilaris yang sama serta menggunakan instrumen pengukuran Visual Analogue Scale (VAS) yang sama pula. Selanjutnya kelompok perlakuan ini diberikan intervensi MWD. Setelah diberikan intervensi tersebut dilakukan kembali pengukuran tingkat nyeri dan rasa hidung tersumbat dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) untuk melihat hasil intervensi yang telah diberikan tersebut. Skema 3 : 2 metode peralakuan 2 MWD Keluhan Nyeri sebelum Intervensi Keluhan Nyeri berkurang C. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan keluhan sinusitis maksilaris kronis yang datang ke unit fisioterapi RS. Stroke Nasional Bukittinggi selama periode bulan februari 2013 sampai pertengahan maret 3013. Sampel dari berbagai profesi dari mulai PNS, wiraswasta, honorer dan sopir.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif sampling berdasarkan pertimbangan bahwa sampel yang diambil akan representatif jika sesuai dengan kriteria pengambilan sampel yang kami tentukan. Teknik ini juga dipilih berdasarkan pertimbangan untuk mendapatkan gambaran hasil pengujian suatu perlakuan terapi, dalam hal ini US dengan MWD dengan memilih subyek tertentu yang benar-benar mewakili kriteria yang telah ditetapkan. Subyek penelitian adalah semua penderita nyeri tekan pada kondisi Sinusitis Maksilaris Kronik yang dipilih melalui prosedur assesmen fisioterapi yang telah ditetapkan Tabel 3.1 Assesment pada Sinusitis Maksilaris Kronik No Tahap Assesment Hasil Temuan 1 Anamnesa Penderita Influenza, Alergi. Perokok, Perenang, Berada dilingkungan yang berdebu/kotor, tinggal dikawasan industry, berada ditempat bersuhu dingin/lembab 2 Tes Khusus Tes Palpasi pada daerah sinus yang timbul nyeri: Kondisi Sinusitis Maksilaris, terdapat nyeri pada pipi. Tes Perkusi pada daerah sinus yang timbul nyeri, dengan membandingkan daerah yang sakit dan yang sehat.

3 Pemeriksaan penunjang Laboratorium, untuk mengetahui alergi dari penyakit sistematik yang memicu sinusitis. X-Ray, Pada kondisi sinusitis akan tampak gambaran Fluid-Level CT-Scan, udara tampak hitam dan tulang tampak sangat putih. Daerah abu-abu di sinus menandakan kelainan, misalnya nanah, lendir atau kista Setelah dilakukan assesmen kemudian dibuat kriteria-kriteria dalam penelitian ini. Kriteria-kriteria yang ditetapkan berupa kriteria penerimaan, penolakan dan pengguguran. 1. Kriteria Penerimaan a) Subyek positif menderita nyeri akibat kondisi sinusitis maksilaris kronik yang telah di pilih berdasarkan prosedur assesmenr fisioterapi yang telah ditetapkan. b) Usia 20 sampai 50 tahun dan berjenis kelamin pria maupun wanita. c) Subyek bersedia bekerja sama dan mengikuti program penelitian. 3. Kriteria Penolakan a) Subyek dengan keadaan demam 4. Kriteria Drop Out a) Subyek yang tidak mengikuti terapi sebanyak 6 kali berturut-turut sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. b) Sampel tidak datang lagi.

D. Instrument Penelitian 1. Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Variabel Dependen : Nyeri akibat Sinusitis Maksilaris Kronik. b) Variabel Independen : Intervensi US dan MWD. 2. Definisi Konseptual a) Nyeri sinusitis maksilaris kronis adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman emosional berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau sering di deskripsikan sebagai istilah adanya kerusakan jaringan yang dirasakan oleh pasien terutama pada daerah pipi (wajah) yang mungkin menyebar ke gigi di rahang atas. Adapun masalah lainnya dapat berupa kesulitan bernafas melalui hidung. Serta adanya postnasal drip yang menyebabkan bertambahnya jumlah lendir yang lebih kental dan berwarna kuning atau hijau. Dimana lendir ini banyak mengandung bakteri dan sel darah putih, sehingga menyebabkan aliran hidung tersumbat, sehingga sekresinya menumpuk dan terperangkap bersama udara di dalam sinus dan akan menekan dinding sinus yang bertulang. b) Intervensi Ultrasound adalah salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan teraupetik pada kasuskasus tertentu termasuk kasus muskuloskeletal dan neuromuskuler. terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara yang tidak mampu ditangkap telingga manusia. US mempunyai efek mekanik

dan thermal yang mana dapat mempercepat penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. c) Intervensi MWD adalah salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik. MWD mempunyai efek fisiologis dan efek teraupetik. Dimana dari efek tersebut akan terjadi peningkatan sirkulasi,normalisasi jaringan otot dan tendon, serta perbaikan metabolisme sehingga persepsi nyeri pada jaringan akan menurun. 3. Definisi Operasional a) Ultrasound Ultrasound adalah salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang suara dengan getaran mekanis membentuk gelombang longitudinal dan barjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi yang bervariasi. Efek biologis yang dihasilkan dari US, yaitu meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, meningkatkan sirkulasi darah, relaksi otot, peningkatan permeabilitas membrane, pengaruh terhadap saraf perifer dan mengurangi nyeri pada sinusitis maksilaris kronik. Pelaksanaan terapi, Nyalakan alat,siapkan tranduser ultrasound lalu diberi jelly sesuai daerah yang diterapi, beri intensitas 1 W/cm2, selama 7 menit, Type continues, 1x/hari (5 kali berturut-turut), gerakan tranduser kearah sirkuler pada area yang terapi, jangan biarkan tranduser dalam keadaan statis karena dapat menimbulkan luka bakar.

b) Micro Wave Diathermy MWD mempunyai daya penetrasi dengan panjang gelombang 10 mm sampai 1 meter dan frekuensi 2450 MHz, dapat menimbulkan panas induktan untuk kebutuhan jaringan yang lebih dalam tanpa ada pemansan di permukaan. Sehingga arus mengumpul pada jaringan yang meradang dalam sinus. Tujuan pemberian MWD, yaitu untuk membantu mengencerkan lendir yang tersumbat di dalam sinus, maka akan mempercepat reabsorbsi pembengkakan atau peradangan. Selain itu, panas secara langsung dapat membantu resolusi dari inflamasi akut, vasodilatasi pembuluh darah dan rileksasi. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi penekanan pada dinding sinus serta dapat menurunkan nyeri. Pelaksanaan terapi, pasien tidur rileks, berikan penutup mata (kacamata google), pasang elektroda pada daerah sinus yang dirasakan nyeri, kemudian berikan dosis, selama 15 menit, dengan intensitas subthermal, dan frekuensi 1x/hari (6 hari berturutturut). c) Nyeri Sinusitis Maksillaris Kronik Obyek penelitian adalah nyeri dimana kualitas / intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan alat ukur Visual Analogue Scale. Visual Analogue Scale ( VAS ) adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10 cm garis, dimana setiap ujungnya diberi tanda dengan level intensitas nyeri ( ujung kiri diberi tanda tidak ada nyeri dan diujung kanan diberi tanda nyeri hebat /tak tertahankan ). Pasien diminta untuk

memberi tanda pada garis scala VAS yang tidak diberi angka dengan pensil sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakannya. Kemudian jaraknya diukur oleh fisioterapis dari batas kiri sampai pada tanda titik dari pasien ( ukuran mm), dan itulah skornya yang menunjukan level intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat pada setiap sebelum dan sesudah intervensi untuk melihat kemajuan pengobatan /terapi selanjutnya. Fisioterapi dapat memperoleh data awal yang berarti dan kemudian skala tersebut digunkan pada setiap pengobatan berikutnya untuk memonitor apakah terjadi kemajuan. 0 100 Tidak Nyeri Nyeri Hebat Gambar 3.3. Skala VAS Adapun Prosedur Pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut : Pada prosedur pengukuran sampel, peneliti menggunakan VAS (Visual Analogue Scale) dengan cara: a) Peneliti membuat sebuah garis lurus horizontal sepanjang 10 cm. b) Sampel diberi penjelasan untuk memberikan tanda pada garis tersebut pada daerah mana yang menggambarkan rasa nyeri yang ia rasakan selama provokasi diberikan. c) Sebelum intervensi sampel diminta untuk memberi tanda pada garis tersebut tingkat nyeri yang ia rasakan.

d) Setelah intervensi sebanyak 5 kali sampel diminta untuk memberikan tanda pada garis tersebut. e) Setiap pengurangan atau penambahan nyeri diukur dalam centimeter ( 0-10 cm). f) Setiap perlakuan, dilakukan tes palpasi daan pengukuran VAS sesudah intervensi dan skor nya dicatat. E. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran penurunan nyeri sendi lutut dengan menggunakan US dan MWD akan dilihat perubahan nyeri sinusitis maksilaris kronik sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan bantuan perangkat komputer. Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan uji beda untuk mengetahui kemaknaan fungsi sendi lutut pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan menggunakan uji statistik antara lain : 1. Untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal maka digunakan uji normalitas data Shapiro Wilk Test. Adapun hipotesis yang ditegakkan adalah : Ho : Tidak ada perbedaan antara data kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan distribusi normal Ha : Ada perbedaan antara data kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan distribusi normal

2. Untuk mengetahui apakah varian data bersifat homogen atau tidak homogen, maka dilakukan pengujian homogenitas dengan menggunakan Levene s test (uji F). Adapun hipotesis yang ditegakkan adalah : Ho : Tidak ada perbedaan varian antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II Ha : Ada perbedaan varian antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. 1. Uji hipotesis I yaitu untuk mengetahui Intervensi US dan MWD dapat menurunkan nyeri pada sinusitis maksilaris kronik, maka digunakan uji signifikansi dua sampel yang saling berpasangan dengan dua alternatif pilihan. Apabila data berdistribusi normal menggunakan Paired- Samples t Test dan apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Wilcoxon singed rank test. Ho : Intervensi US dan MWD tidak dapat menurunkan nyeri pada sinusitis maksilaris kronik. Ha : Intervensi US dan MWD dapat menurunkan nyeri pada sinusitis maksilaris kronik. 2. Uji hipotesis II untuk mengetahui Interverensi US dan MWD dapat menurunkan nyeri sinusitis maksilaris kronik, maka digunakan uji signifikansi dua sampel yang saling berpasangan dengan dua alternatif pilihan.

Apabila data berdistribusi normal menggunakan Paired-Samples t Test dan apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Wilcoxon singed rank test. Ho : Interverensi US dan MWD tidak dapat menurunkan nyeri sinusitis maksilaris kronik. Ha : Interverensi US dan MWD dapat menurunkan nyeri sinusitis maksilaris kronik. 3. Uji hipotesis III yaitu Intervensi US lebih baik dalam menurunkan nyeri sinusitis maksilaris kronik. Uji signifikasi hipotesis komparatif dua sampel independent, maka dapat menggunakan beberapa uji statistik. Apabila data berdistribusi normal maka menggunakan Independent-Samples t-test (Uji T Sampel Independen) dan apabila data berdistribusi tidak normal menggunakan Mann-whitney U test. Adapun hipotesis yang ditegakkan adalah : Ho : Intervensi MWD tidak lebih baik dalam menurunkan nyeri sinusitis maksilaris kronik. Ha : Intervensi US lebih baik dalam menurunkan nyeri sinusitis maksilaris kronik.