Langkah selanjutnya adalah terbitnya UU Kepolisian yang baru yaitu UU No 2 Tahun Karena reformasi sudah berjalan 8 (delapan) tahun, dan UU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SOSIALISASIKAN UU NO 22 TAHUN 2009 TENTANG UU LALU- LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RENCANA KERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

REFORMASI BIROKRASI DAN SISTEM MANAJEMEN PERKARA TERPADU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DAMPAK ATURAN LEGAL & KEBIJAKAN DOMESTIK TERHADAP REFORMASI POLRI

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

Program Reformasi Birokrasi di BATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENYUSUNAN ANGGARAN POLRES LOMBOK BARAT

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SOSIALISASI SIPROPAM TENTANG BENTURAN KEPENTINGAN DI POLRES BOJONEGORO

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

BAB III PROFIL POLRESTA SURAKARTA

PENDAHULUAN. Instruksi Presiden Ri Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Aksi Pencegahan Dan Pemberantasan. Korupsi Tahun 2015.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAKA LANTAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUB BIN POLMAS BAB I PENDAHULUAN

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBINAAN DAN PENYULUHAN TERHADAP ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGREN POLRES LOMBOK BARAT

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. transparansi kinerja akan pengelolaan lembaga-lembaga publik, baik pusat maupun

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

BKPPD Kabupaten Bengkulu Utara RENSTRA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

REFORMASI DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN PELAYANAN PUBLIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL OLEH ASRENA KAPOLRI IRJEN POL DRS. BAMBANG SUNARWIBOWO, SH, M.

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

Transkripsi:

TELAAH PENERAPAN SURAT PEMBERITAHUAN PERKEMBANGAN HASIL PENYIDIKAN (SP2HP) ONLINE DI POLRES SUKOHARJO DALAM RANGKA TRANSPARANSI PENYIDIKAN GUNA MENDUKUNG GRAND STRATEGI POLRI 2005-2025 1. PENDAHULUAN Pembahasan Reformasi Polri (Kepolisian Negara Republik Indonesia) merujuk pada momentum dipisahkannya Polri secara kelembagaan dari TNI (ABRI), pada April 1999 melalui Instruksi Presiden (Inpres) No 2 Tahun 1999 tentang Langkah-langkah Kebijakan dalam Rangka Pemisahan Polri dan ABRI. Kebijakan tersebut kemudian di kuti dengan dikeluarkannya kebijakan lain berupa TAP MPR No. VI Tahun 2000 Tentang Pemisahan Polri dan TNI, dan TAP MPR No. VII Tahun 2000 Tentang Peran Polri dan TNI. Kebijakan ini mengakhiri status Polri di bawah garis komando ABRI selama Orde Baru. Dengan pemisahan struktur organisasi ini aparat kepolisian diharapkan tidak lagi tampil dalam performance dan watak yang militeristik, dan dapat bekerja profesional sebagai aparat kepolisian sipil secara profesional. Secara internal Polri mengartikan pemisahan tersebut sebagai upaya pemandirian Polri dengan melakukan perubahan pada 3 aspek; Aspek Struktural: Meliputi perubahan kelembagaan kepolisian dalam ketatanegaraan, organisasi, susunan dan kedudukan. Aspek Instrumental: Mencakup filosofi (visi, misi dan tujuan), doktrin, kewenangan, kompetensi, kemampuan fungsi dan Iptek. Aspek kultural: Meliputi perubahan manajerial, sistem rekrutmen, sistem pendidikan, sistem material fasilitas dan jasa, sistem anggaran, dan sistem operasional

Langkah selanjutnya adalah terbitnya UU Kepolisian yang baru yaitu UU No 2 Tahun 2002. Karena reformasi sudah berjalan 8 (delapan) tahun, dan UU nomor 2 Tahun 2002 sudah berjalan 5 (lima) tahun diharapkan anggpta Polri sudah mengetahui dan memahami fungsi dan perannya, dan melaksanakannya sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Pada 27 Oktober 2008 dikeluarkanlah Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL. : KEP / 37 / X / 2008 Tentang Program Kerja Akselerasi Tranformasi Polri Menuju Polri Yang Mandiri, Profesional dan Dipercaya Masyarakat Dalam Rangka Mengemban Tugas-Tugas Pemeliharaan Kamtibmas, Penegakan Hukum, Perlindungan, Pengayoman dan Pelayanan Masyarakat Dalam Mewujudkan Keamanan Dalam Negeri, yang tetap mengacu pada Grand Strategi Polri (2005-2025), Grand Strategi Polri dirumuskan dalam tiga tahapan yang mencerminkan upaya Polri secara gradual yaitu : Tahap I : Trust Building (2005-2010). Keberhasilan Polri dalam menjalankan tugas memerlukan dukungan masyarakat dengan landasan kepercayaan (trust). Tahap II : Partnership Building (2011-2015). Merupakan kelanjutan dari tahap pertama, di mana perlu dibangun kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan Polri. Tahap III : Strive For Excellence (2016-2025). Membangun kemampuan pelayanan publik yang unggul dan dipercaya masyarakat. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan pelayanan Polri yang optimal dapat diwujudkan. Didalam tahapan Trust Building diatas Polri mengakselerasikan komitmen dengan mencanangkan program-program yang dinamakan Quick Wins. Empat program tersebut adalah quick respon, transparansi pelayanan SIM, STNK, dan BPKB. Kemudian, Transparansi Rekruitmen Polri dan transparansi proses penyidikan melalui dengan menerbitkan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP).

2. PERMASALAHAN Sekarang ini Polri masih berada pada Tahap I : TRUST BUILDING (2005-2010) yang berarti bahwa Keberhasilan Polri dalam menjalankan tugas memerlukan dukungan masyarakat dengan landasan kepercayaan (trust). Berdasarkan identifikasi terhadap permasalahan aktual yang dihadapi oleh Polri dan posisi awal yang menjadi fokus kebijakan akselerasi di atas, maka untuk melanjutkan program Trust Building yang masih tersisa dua tahun serta persiapan memasuki Tahap II dan Tahap III dikaitkan dengan Visi dan Misi Polri pada Grand Strategi maka Sistem Informasi Manajemen Polri secara umum untuk semua Bidang harus segera ditingkatkan dan dikembangkan. Dari jajaran Kepolisian tingkat Pusat sampai Daerah diharapkan dapat berbenah diri secepat mungkin, penerapan program quick wins hendaknya segera diimplementasi mengingat bahwa Polri harus memberikan pengayoman dan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Terlebih dalam era digital saat ini dimana sistem informasi dan komunikasi merupakan elemen yang fundamen dan penting, saat ini kita sudah mulai merasakan bahwa peran Teknologi Informasi dan Komunikasi perlahan-lahan sudah menggantikan peran manusia dalam berbagai sendi kehidupan, berbagai macam aktifitas bisnis, pemerintahan, dan pendidikan mulai digantikan dengan e-business, e-government, dan e- education, lambat laun peran teknlogi infomasi dan komunikasi telah membawa lifestyle (gaya hidup) kita menuju ke digital age (peradaban digital) Jajaran Polri-pun turut dituntut untuk bisa adapt dengan peran teknologi informasi, dimana dalam era digital ini akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi sangat mutlak diperlukan. Didalam program Quick Wins yang diimlementasikan di jajaran kepolisian salah satunya adalah menuntut adanya transparansi dalam Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan, dimana hal ini berarti bahwa Penerbitan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) harus diberikan sesuai jadwal dan terstruktur secara kepada yang bersangkutan.

Secara Teoritis bahwa Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan(SP2HP) adalah surat yang diberikan kepada pelapor / pengadu tentang perkembangan hasil penyelidikan dan penyidikan yang ditandatangani oleh atasan penyidik dengan melalui tahapan-tahapan: 1. SP2HP pertama kali diberikan adalah pada saat setelah mengeluarkan surat perintah penyidikan dalam waktu 3 (tiga) hari Laporan Polisi dibuat. 2. SP2HP yang diberikan kepada pelapor berisi pernyataan bahwa laporan telah diterima, nama penyidik dan nomor telepon/hp. 3. Waktu pemberian SP2HP pada tingkat penyidikan untuk kasus : a. Kasus ringan, SP2HP diberikan pada hari ke-10, hari ke-20 dan hari ke- 30 b. Kasus sedang, SP2HP diberikan pada hari ke-15, hari ke-30, hari ke-45 dan hari ke-60. c. Kasus sulit, SP2HP diberikan pada hari ke-15, hari ke-30, hari ke-45, hari ke-60, hari ke-75 dan hari ke-90. d. Kasus sangat sulit, SP2HP diberikan pada hari ke-20, hari ke-40, hari ke-60, hari ke-80, hari ke-100 dan hari ke-120. e. Tahap penyelesaian dihitung pada saat penyerahan berkas perkara yang pertama. Saat ini Polres Sukoharjo dengan dukungan. ( njenengan isikan data-data mengenai evaluasi diri Polres Sukoharjo khususnya data SP2HP yang terecord di polres) SP2HP yang terjadi SKH? Dengan mendasarkan fakta dan perisitiwa tersebut diatas, dimana sejalan dengan program Quick Wins yang sedang dijalankan Polri, maka Penulis melakuan Penelitian dengan judul Telaah Penerapan SP2HP Online di Polres Sukoharjo Dalam Rangka Optimalisasi Pelayanan Guna Mendukung Grand Strategi Polri (2005-2025).

4. KERANGKA PEMIKIRAN Existing Condition/ Problematika 1. Pengaruh global telah membawa perubahan yg mendasar thdp tatanan kehidupan masyarakat. 2. Tuntutan masyarakat terhadap Pelayanan Polri selaku Pemelihara Kamtibmas, Lin, Yom, Yan dan Gakkum semakin meningkat. 3. Polri telah mereformasi diri melalui Bijak Perubahan Instrumental, Strutural, Kultural (POLISI SIPIL), namun hasilnya belum sesuai harapan masyarakat. 4. SDM yang belum optimal dalam memberikan pelayanan Program yang belum 100% dijalankan 1. Program Quick Wins Polri 2. Grand Polri 2005-2025 3. Penguatan Sistem Informasi dan Komunikasi 4. Leadership dan Kebijakan Pimpinan Aksi 1. Implementasi SP2HP Online 2. Peningkatan Kualitas Pelayanan 3. Transparansi Pelayanan 4. Upgrade SDM Tools 1. Penyebaran Quisioner 2. Analisa Data 3. Obervasi Data Output yang diharapkan 1. SP2HP berjalan dengan baik 2. Pelayanan Prima 3. SDM yang profesionalitas

5. HIPOTESA SEMENTARA Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan teknik analisa data dan ditambah studi literatur serta penyebaran quisioner kepada 200 responden (responden terdiri dari Penyidik di Polres Sukoharjo, Pihak yang Berperkara dan Masyarakat), Penulis dengan menggunakan data awal berupa observasi langsung dapat diberikan hipotesa sementara bahwa selama ini dalam implementasi SP2HP belum berjalan optimal, misalnya dari sisi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi 6. HASIL PENELITIAN Dari beberapa fakta di atas dapat diambil beberapa pembelajaran dan kritisi dalam rangka Pembenahan dan pembangunan fasilitas pelayanan dan pengaduan masyarakat yang sesuai dengan situasi dan kemajuan teknologi informasi komunikasi sesuai Program Kerja Akselerasi Polri menuju tercapainya Grand Strategi Polri, yaitu ; 1. Penyamaan persepsi pimpinan Polri dalam pelaksanaan Progam bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat utamanya dalam pengaturan nama Domain Situs Web Polri dari semua tingkatan, sehingga terintregasi dalam Satu Domain (.polri.go.id), sehingga menimbulkan kesan adanya koordinasi dari setiap lapis tingkatan organisasi, serta keprofesionalan Polri dalam pengelolaan Situs Web di lingkungannya sehingga Situs Web Polri dapat menjadi salah satu sarana TRUST BUILDING kepada masyarakat. 2. Harus dilakukan evaluasi ( Audit ) yang berkesinambungan terhadap setiap aplikasi tekhnologi dalam rangka pelaksanaan program pada bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat, seperti adanya e-spp dan atau SP2HP online sebagaimana disebutkan di atas.

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia yang handal dalam mengelola aplikasi tekhnologi informasi yang ada di setiap kesatuan Polri. 4. Terlepas dari permasalahan yang ada dalam pelaksanakan program akselerasi tersebut, kesatuan-kesatuan Polri tersebut kiranya telah berusaha dengan berbagai inovasi untuk mewujudkan tercapainya tujuan dari program akselerasi bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat, yaitu terbukanya akses yang luas, kemudahan mendapatkan pelayanan kepolisian, kemudahan memberikan dan mendapatkan informasi dengan cepat dan tepat. 5. Secara umum Sistem Informasi Manajemen harus diterapkan dalam semua bidang yang menjadi fokus dari program akselerasi, tidak hanya pada salah satu bidang seperti yang dicontohkan diatas, yakni meliputi ; 1. Bidang perumusan tugas pokok. 2. Bidang organisasi. 3. Bidang operasional. 4. Bidang kerjasama / HTCK. 6. Bidang tata kelola logistik. 7. Bidang tata kelola asset. 8. Bidang tata kelola anggaran. 9. Bidang manajemen mutu dan kinerja. 10. Bidang sumber daya manusia. 11. Bidang remunerasi dan kesejahteraan. 12. Pemberdayaan Litbang. 13. Bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat. Masing-masing bidang saling terkait satu sama lainnya, bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat tidak akan dapat tercapai dengan maksimal bila bidang sumber daya manusia tidak mendapat perhatian melalui Sistem Informasi Manajemen, demikian juga antar bidang yang lainnya. Hal ini harus dilakukan dalam rangka mencapai Grand Strategi Polri (2005-2025). 7. LAMPIRAN

responden. Berikut adalah jenis quisioner yang disebar guna mendapatkan data