KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD adalah salah satu kewajiban utama dari pemerintah.

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

- 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prins (1976) Izin( vegunning) adalah keputusan administrasi Negara berupa peraturan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Repub

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENANAMAN MODAL PROVINSI JAMBI

WALIKOTA BUKITTINGGI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah :

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN SRAGEN NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pembangunan yang telah ada, sehingga merupakan kebutuhan

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. umum.amanat tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, T

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) DI DINAS PENANAMAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BUPATI KARO PROPINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012

Inti Muatan Undang Undang No. 25/2009 ttg. Pelayanan Publik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Imelda Febliany 1, Nur Fitriyah 2, Enos Paselle 3

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sudah melaksanakan pelayanan secara efektif, yaitu kualitas pelayanan yang

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

Transkripsi:

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE Oleh : Rino Bahari Adi Pradana, Email: rinobahari.adi@gmail.com Ilmu Administrasi Negara, Universitas Musamus Abstrac Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam implementasi kebijakan pelayanan terpadu satu pintu pada Kantor Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Di Kabupaten Merauke. Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti mewawancarai 7 orang informan sebagai sampel. Data analisis menggunakan metode deskriptif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan teknik analisa data, penulis menggunakan tiga tahap : Reduksi data, Penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa implementasikebijakan pelayanan terpadu satu pintu berjalan dengan baik, tetapi masih ada kekurangan, serta ditemukan faktor-faktor lain yang mendukung keberhasilan implementasi yaitu komitmen kepala daerah, pelimpahan kewenangan, koordinasi, perangkat atau dalam hal ini adalah sarana komputerisasi dan perangkat online, sertasumberdaya, dan standart operasional prosedur. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa faktor Sumberdaya, Komunikasi, disposisi, dan struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan pelayanan terpadu satu pintu pada kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kabupaten Merauke yang dilihat dari beberapa indikator tersebut, sudah berjalan dengan baik, namun pada prosesnya masih ada beberapa kekurangan, seperti masih kurangnya pegawai dan juga masalah jaringan yang terkadang mengalami gangguan ketika banyak data yang harus di input ke system. Hal ini terkadang menyebabkan terhambatnya proses pelayanan perizinan seperti penerbitan dokumen dan lain-lain, tetapi permasalahan tersebut bisa diminimalisir untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan. Kata kunci: Kinerja; Pelayanan terpadu satu pintu 112

PENDAHULUAN Pelayanan publik diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (LAN, 1998). Pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang bersifat sederhana, terbuka, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau (Sedarmayanti, 2004). Dalam Keputusan Menpan No. 81 Tahun 1993 ditegaskan, bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus mengandung unsur unsur hak dan kewajiban bagi pemberi layanan maupun penerima layanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing, pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektivitas, mutu proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan, apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional. Pelaksanaan pelayanan perizinan di bidang penanaman modal didasari Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 29 Tahun2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Pelayanan Satu pintu (One Stop Service), yang menyatakan bahwa pelayanan perizinan penanaman modal dilakukan secara sentralistik di Badan Koordinasi Penanaman Modal. Ini mengartikan bahwa pemerintah daerah tidak lagi punya kewenangan untuk melakukan penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal. 113

Pelayanan satu pintu ini dilaksanakan oleh institusi penyelenggaraan penanaman modal yang ada di Propinsi, Kabupaten atau Kota. Pelayanan Satu pintu adalah seluruh instansi teknis yang saat itu telah mendelegasikan kewenangannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal ditindak lanjuti dengan menempatkan staf pelayanan perizinannya berada di gedung Badan Koordinasi Penanaman Modal, sehingga pelaksanaan pelayananan perizinan cukup dilakukan di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal saja,sedangkan bila dirasa perlu untuk berkonsultansi secara teknis, maka para staf dari instansi teknis terkait tersebut yang akan melakukan konsultasi secara langsungpada instansi induknya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kecepatan dan efisiensi proses pelayanan perizinan yang ada. Dalam rangka menindaklanjuti kebijakan tersebut maka, Badan Koordinasi Penanaman Modal telah melakukan pembenahan baik secara internal maupun untuk kepentingan pelaksanaan pelayanan perizinan di daerah antara lain dengan melakukan perubahan pedoman tata cara permohonan penanaman modal, pengendalian pelaksanaan penanaman modal, mengatur kembali standar prosedur perizinan penanaman modal, membangun Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik. Salah satu unit kerja yang melakukan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Merauke adalah Unit Pelayanan Terpadu Satu pintu. Unit ini melakukan fungsi pelayanan untuk berbagai perijinan yang diperlukan masyarakat secara terpadu dengan menggunakan sistem satu pintu (one stop service). Unit Pelayanan ini dibentuk dalam rangka memperbaiki kinerja layanan pemerintah kepada masyarakat dengan menyederhanakan berbagai bentuk pelayanan publik.dalam pelayanan satu pintu ini, masyarakat cukup mendatangi satu kantor untuk mengurus berbagai perijinan dengan mendapatkan pelayanan yang mudah, murah cepat dan transparan. Pelayanan yang cepat karena masyarakat tidak perlu keberbagai tempat pelayanan karena sudah ada di satu tempat sehingga waktu lebih efisien pula. Transparan karena tarif, prosedur dan persyaratan yang ditetapkan sudah jelas. Transparansi, dimana suatu proses keterbukaan dari para penelolah manajemen, utamanya manajemen publik, untuk membangun akses dalam proses pengelolaannya sehingga arus informasi keluar dan masuk secara berimbang. Jadi, dalam proses transparansi informasi tidak hanya diberikan oleh pengelolah manajemen publik tetapi masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi yang menyangkut kepentingan publik. Namun hingga saat ini pelayanan publik yang ada di Indonesia penuh dengan ketidakpastian waktu, biaya, dan prosedur pelayanannya (Dwiyanto 2008). Pelayanan publik yang merupakan salah satu kebutuhan dalam rangka pemenuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan sepertinya masih menjadi impian, dan jauh dari harapan. Rendahnya tingkat produktivitas aparatur Negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta munculnya praktek KKN dalam 114

penyelenggaraan pelayanan publik yang mampu memunculkan pelayanan yang bersifat diskriminatif. Transparansi juga dapat dikatakan sebagai suatu komitmen untuk mengungkapkan secara jujur, terbuka dan komprehensif tentang informasi yang dibutuhkan oleh publik Transparansi Pemerintahan adalah terjaminnya akses masyarakat dalam berpartisipasi, utamanya dalam proses pengambilan keputusan. Dalam pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu ini diharapkan dapat meningkatkan transparansi, dengan adanya Online System dalam pengerjaannya, diharapakan dapat meminimalisir segala bentuk kecurangan, hal ini dikarenakan terbatasnya intensitas tatap muka antara penerima layanan pelayanan terpadu satu pintu dan pemberi layanan. Proses penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu pun dilakukan secara terbuka dan mudah untuk diketahui oleh para pengguna maupun stakeholder yang membutuhkan. Salah satu sebab daripada terjadinya tindakan KKN antara lain adalah kurangnya transparansi dari tiap kegiatan yang dilakukan baik oleh individu maupun organisasi di dalam pemerintahan. METODE Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan tipe penelitian pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara objektif data yang telah terkumpul. PEMBAHASAN Dalam pandangan luas implementasi diartikan sebagai pengadministrasian undang-undang kedalam beberapa faktor, organisasi, dan tekhnik yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diupayakan oleh kebijakan tersebut (Stewart:2000). Sebuah kebijakan dapat terasa manfaatnya jika kebijakan tersebut dilaksanakan secara terorganisir dan terlaksana dengan baik. Kebijakan merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan lembaga pemerintah yang menangani tentang pelayanan perizinan. Salah satu tugas Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu yaitu memberikan pelayanan terpadu satu pintu, artinya semua pelayanan perizinan dilakukan pada kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu. Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, sejauh ini penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu berjalan dengan baik meskipun baru dilaksanakan pada tahun 2016, sebenarnya pelayanan perizinan sudah direncanakan sejak tahun 2010 dan baru berjalan selama satu tahun tetapi belum melakukan pelayanan seperti sekarang pada saat itu baru dipersiapkan sumber dayanya, lalu pada masa kepemimpinan baru kepala negara yaitu periode 2009 sampai dengan 2014 ternyata semua kabupaten kota harus membentuk PTSP 115

(Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dalam rangka melaksanakan pelayanan prima untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mulai dari Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM) sampai dengan usaha besar. Permasalahan yang peneliti temukan dilapangan adalah tersendatnya pelayanan perizinan dikarenakan kekurangan pegawai pada kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu sedangkan izin yang harus diterbitkan banyak, kemudian perangkat pendukung pun masih terbatas kemudian sistimnya masih dalam penyesuaian karena dilakukan secara online serta persiapan dalam beberapa tahun terakhir ini dijalankan dengan dana yang minim. Dan baru pada tahun 2014 mulai dilakukan pembentukan struktur PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) namun belum bisa dijalankan karena baru dibentuk setelah menetapkan anggaran, jadi ketika terbentuk sempat vacuum selama enam bulan tanpa kegiatan karena belum ada anggaran, dan barulah pada tahun 2014 pula mengajukan kegiatan persiapan pelaksanaan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) tetapi dimasukkan dalam Anggaran Belanja Tambahan pada tahun 2014, yang bisa diajukan pada saat itu hanyalah studi banding, koordinasi ke pusat dan provinsi untuk mencari informasi dan mendapatkan rekomendasi, kemudian mendapatkan rekomendasi untuk studi banding di Kabupaten Sragen Jawa Tengah sebagai Kabupaten rujukan untuk melaksanakan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu). Setelah melakukan studi banding di Kabupaten Sragen kemudian melakukan perjanjian pada bulan Maret 2015 untuk membantu dalam proses pelaksanaan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) ini dan juga melakukan kerjasama dengan PT. Telkom untuk jaringan karena diharuskan online. Sejauh ini pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu telah berjalan dengan baik. Pelayanan terpadu satu pintu ini adalah bentuk dari kebijakan pemerintah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui pelayanan secara terintegrasi dalam suatu proses yang dimulai dari tahap permohonan sampai dengan dikeluarkannya sebuah dokumen perizinan yang pelayanannya melalui satu pintu. Keberhasilan pelayanan terpadu satu pintu ini juga tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, di antaranya adalah unit pelayanan terpadu Kabupaten Sragen sebagai kabupaten rujukan yang selama dijalankannya PTSP di Kabupaten Merauke selalu memberikan bantuan dibidang teknis. Pelayanan satu pintu yang bertujuan untuk memberikan pelayanan satu pintu dengan prinsip keterpaduan, ekonomis, koordinasi, pendelegasian, akuntabilitas, dan aksesbilitas sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014. Kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Merauke merupakan sebuah badan yang diberikan pelimpahan wewenang dalam hal tugas dan pembantuan dalam bidang penanaman modal dan penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu yang meliputi bidang promosi, bidang investasi dan bidang pelayanan perizinan terpadu. 116

Dalam penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu oleh provinsi, gubernur memberikan pendelegasian wewenang perizinan dan nonperizinan yang meliputi urusan pemerintah. Menurut masyarakat, sejauh ini pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu di Badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu telah berjalan dengan baik namun perlu ada pembenahan dalam pelaksanaannya. Dan pada dasarnya tidak terlepas dari transparasi dalam pelaksanaan pada setiap kegiatan. Menurut Dwiyanto, konsep transparansi pada pelayanan publik menunjuk pada suatu keadaan dimana segala aspek dari proses penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah diketahui oleh para pengguna dan stakeholder yang membutuhkan (Dwiyanto 2008). Menurut Mahsun, transparansi berarti bahwa individu, kelompok, atau organisasi dalam hubungan akuntabilitas diarahkan tanpa adanya kebohongan atau motivasi tersembunyi, dan bahwa seluruh informasi kinerja lengkap dan tidak memiliki tujuan menghilangkan data yang berhubungan dengan masalah tertentu (Mahsun 2009). Dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa faktor lain yang menunjang keberhasilan dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) diantaranya adalah Komitmen kepala daerah dalam pelayanan terpadu satu pintu ini merupakan hal terpenting, karena dalam pelayanan terpadu bukan hanya sekedar menjadi di satu tempat tetapi juga harus ada pendelegasian atau pelimpahan kewenangan. Jika tidak ada komitmen dari kepala daerah akibatnya, kewenangan penandatanganan izin dan non-izin masih berada pada kepala daerah atau kepala perangkat daerah, jika tidak ada komitmen dari kepala daerah maka ptsp tidak akan sesuai dengan tujuannya yaitu memangkas birokasi dalam pelayanan (memperpendek proses pelayanan kepada masyarakat). Pelimpahan kewenangan dalam pelayanan terpadu satu pintu adalah pendelegasian atau pelimpahan kewenangan dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan penerbitan dokumen dilakukan pada satu tempat. Koordinasi atau kerja sama, koordinasi dalam penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu ptsp ini perlu dilaksanakan dan harus terjalin dengan baik antara lembaga atau instasi yang memberikan kewenangan dengan lembaga yang diberikan kewenangan agar pelayanan terpadu satu pintu ini dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Untuk saat ini BPMPPT telah diberikan kewenangan mulai dari tahap permohonan sampai dengan penerbitan izin oleh SKPD dilingkungan pemerintah Kabupaten Merauke. Perangkat yang diperlukan dalam menunjang proses pelayanan perizinan terpadu ini adalah komputer dan jaringan internet, karena ptsp ini dilakukan secara online maka petugas tidak perlu lagi membawa berkas dari satu ruangan keruangan lain. Untuk jaringan internet pihaknya BPMPPT bekerjasama dengan PT.Telkom. Sumberdaya yang ada dikantor BPMPPT sementara ini dirasa masih minim, ini terlihat dari misalnya sumberdaya yang ada di kantor BPMPPT yang hanya 117

memiliki 21 pegawai, dengan jumlah ini sangat kurang jika dibandingkan dengan banyaknya dokumen yang harus diterbitkan oleh pihak BPMPPT Merauke. Standar Operasional Prosedur yang di dalamnya memuat persyaratan, biaya, alur, dan waktu lamanya proses perizinan. Untuk saat ini BPMPPT Merauke masih menyusun SOP dan sementara masih menyesuaikan dengan yang dulu. Alur penerbitan sudah terlebih dahulu dibuat dan diterapkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Sumberdaya, Komunikasi, disposisi, dan struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan pelayanan terpadu satu pintu pada kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kabupaten Merauke yang dilihat dari indikator di atas, sudah berjalan dengan baik, namun pada prosesnya masih ada beberapa kekurangan, seperti masih kurangnya pegawai dan juga masalah jaringan yang terkadang mengalami gangguan ketika banyak data yang harus di input ke system. Hal ini menyebabkan terhambatnya proses pelayanan perizinan seperti penerbitan dokumen dan lain-lain, dan ditemukan juga faktor lain yang mendukung keberhasilan implementasi pelayanan terpadu satu pintu yaitu, komitmen kepala daerah, pelimpahan kewenangan, koordinasi, perangkat atau dalam hal ini adalah sarana komputerisasi dan perangkat online karena pelayanan terpadu satu pintu ini dilakukan secara online, sertasumberdaya, dan standart operasional prosedur serta transparansi dalam seluruh proses pelaksanaan Implementasi pelayanan terpadu satu pintu ini agar mudah diketahui oleh semua pihak. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen pendukung adalah fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi dan petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada dipenyelenggara pemerintah, maupun prosedur pengaduan. Untuk itu adanya Perda Transparansi adalah sebagai produk hukum yang memberikan jaminan untuk mengatur tentang hak memperoleh akses dan penyebarluasan informasi kepada publik. Apalagi transparansi memang telah menjadi semacam suatu etika pergaulan internasional yang mesti ada untuk menjamin integritas dan keberlangsungan demokratisasi. 118

Daftar Pustaka Agus, Purwanto Erwan dan Ratih, Dyah, Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media. Anggara, Sahya. 2012. Ilmu Administrasi Negara Kajian Konsep, Teori, Dan Fakta Dalam Upaya Menciptakan Good Gorvenance. Bandung : Pustaka Setia. Indahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta : Gava Media. Perka Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2010. Diunduh dari http://bpm. jatimprov. go. id/bpm/gallery/file/13_20131203_perka_no._13_ tahun _2010_lkpm %20 %281 %29%20 tentang % 20 perubahan %20 perka% 20no_13_2009.PDF. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Peraturan Bupati Merauke Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Tugas, Fungsi Dan Uraian Tugas Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Merauke. 119