BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan cara cross

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

Lampiran 1 Prosedur penentuan lipid serum 1) Prosedur analisis kolesterol total

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB 3 METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN II PENETAPAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

METODE. Desain, Tempat, dan Waktu. Kriteria, Cara Pemilihan dan Jumlah Subjek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses sejak awal sebelum terjadinya diabetes untuk pencegahan penyakit. Selain itu,

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016 dan bertempat

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

Transkripsi:

26 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional dengan cara cross sectional (potong lintang) artinya terhadap subjek yang diteliti tidak dilakukan perlakuan dan sekali pengukuran. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Divisi Endrokinologi Departemen Penyakit Dalam FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai Maret 2016 sampai dengan April 2016. 3.3. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah subjek yang datang ke Poli Endokrin Departemen Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik Medan dan menderita sindroma metabolik. 3.4. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pasien dengan sindroma metabolik yang memenuhi kriteria inklusi subjek penelitian yang datang melakukan

27 pemeriksaan laboratorium rutin di Departemen Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan. 3.5. Kriteria Inklusi dan Eklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi : Bersedia ikut dalam penelitian. Penderita sindroma metabolik sesuai kriteria IDF 2005 berdasarkan: - Lingkar pinggang L 90 cm, P 80 cm Ditambah 2 kriteria dibawah ini - TD 130/85 mmhg - KGD Puasa 5,6 mmol/l (100 mg/dl) - Plasma TG 150 mg/dl, HDL, Laki-laki <40 mg/dl, Perempuan <50 mg/dl Pasien umur 18 tahun 3.5.2. Kriteria Eksklusi : Wanita hamil Pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati Pasien-pasien dengan gangguan ginjal Pasien dengan kelainan tiroid Perokok Riwayat minum alkohol

28 Tidak bersedia ikut dalam penelitian 3.6. Perkiraan Besar Sampel Perkiraan sampel minimun dan subjek yang diteliti digunakan rumus besar sampel 1 proporsi dengan uji hipotesis 1 kelompok Dimana : Z ( 1 / 2) n Z ( 1 / 2) Po (1 Po ) Z(1 ) ) Pa (1 Pa ) 2 Po Pa 2 (Lwanga, 2004) = deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96 Z ( 1 ) = deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282 P 0 = proporsi penderita sindroma metabolik = 0.348 (34,8 %) (Panjaitan,2006) P a = perkiraan proporsi penderita sindroma metabolik yang diteliti, sebesar = 0,548 (54,8%) P0 P a = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,2 Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 62 penderita sindroma metabolik 3.7. Ethical Clearance dan Informed Consent

29 Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Medan dengan nomor : 12/KOMET/FK USU/2016. Inform consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini. 3.8. Bahan, Cara Kerja, dan Alur Penelitian 3.8.1. Bahan yang diperlukan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah serum yang tidak lisis. 3.8.2. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik Terhadap semua pasien yang bersedia ikut dalam penelitian dilakukan : a. Anamnese dan pencatatan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga menderita diabetes, hipertensi, infark miokard, riwayat penggunaan obat, serta aktifitas fisiknya. b. Pengukuran Tinggi Badan dengan menggunakan pengukur tinggi badan (microtoise), kemudian subjek diminta melepaskan alas kaki (sepatu/sandal), dan topi. Subjek berdiri tegak dengan posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, bokong dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang. Pandangan lurus kedepan dan tangan dalam posisi bergantung bebas. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (Riskesdas, 2007).

30 c. Pengukuran berat badan (kg) menggunakan timbangan merk onemed. Letakkan timbangan di lantai yang rata, subjek diminta membuka alas kaki, jaket, dan tali pinggang, serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci dan lain-lain, kemudian subjek diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tapi tidak menutupi jendela baca. Minta subjek bersikap tenang (tidak bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan) (Riskesdas, 2007). d. Pengukuran tekanan darah dengan alat sphygmomanometer (onemed), dimana pasien dibaringkan selama 5 menit kemudian dipasang manset pada lengan kanan dan dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali dan diambil nilai reratanya (Riskesdas, 2007) e. Pengukuran lingkar pinggang dengan pita pengukur merk buterfly (tanpa ada penghalang seperti tali pinggang, korset) dalam keadaan akhir ekspirasi dengan posisi berdiri tegak tanpa alas kaki dengan jarak kedua tungkai 20-25 cm. Pengukuran dilakukan melingkar pertengahan antara puncak krista iliaca dan tepi bawah kosta terakhir. Hasil pengukuran dinyatakan dengan sentimeter. Pengukuran yang benar di lakukan dengan menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung. 3.8.3. Pengambilan dan pengolahan sampel Darah subjek diambil setelah subjek berpuasa selama 10 jam sebelumnya. Sampel darah diambil dengan cara vena punksi dari vena

31 mediana cubiti, setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering. Darah diambil dengan menggunakan venoject, untuk pemeriksaan profil lipid, kadar gula darah, dan insulin. Darah dibiarkan dalam suhu kamar selama 20 menit, kemudian di sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan serum yang diperlukan. Serum dipisahkan menjadi 2 tabung plastik (aliquot) masing-masing 1 ml, tabung pertama untuk memeriksa profil lipid dan kadar gula darah dan tabung kedua disimpan dalam freezer -20 C sampai waktu pemeriksaan yang telah ditentukan (maksimum 30 hari ) untuk pemeriksaan insulin (Sood, R.2006). 3.8.4. Pemeriksaan laboratorium 3.8.4.1. Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik berdasarkan reaksi hexokinase dengan alat Automatic Architec c8000 (Abboth, Laboratories). Sampel yang digunakan adalah serum pada panjang gelombang 340 nm. Hexokinase mengkatalisis fosforilasi glukosa oleh ATP untuk membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Mengikuti reaksi, enzim kedua, glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PDH) digunakan untuk katalisis oksidasi dari glukosa-6-fosfat oleh NADP + untuk membentuk NADPH. D-glucose + ATP HK D-glucose-6-phosphate + ADP D-glucose-6-phosphate + NADP + G6PDH D-6-phosphogluconate+ NADPH+ H +

32 Sampel stabil : 1 hari pada suhu 20-25 0 C, 7 hari pada suhu 2-8 0 C. (Abboth, 2006) 3.8.4.2. Pemeriksaan Trigliserida Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes dengan gliserol fosfat oksidase dan 4-aminoantipyrine, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories) Prinsip: Trigliserida di hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi gliserol dan asam lemak Trigliserida LPL gliserol + asam lemak Gliserol kemudian mengalami fosforilasi menjadi gliserol-3-fosfat oleh ATP pada reaksi katalisasi oleh enzim gliserol kinase (GK) Gliserol + ATP GK gliserol-3-fosfat + ADP Oksidasi dari gliserol-3-fosfat di katalisasi oleh enzim gliserol fosfat oksidase (GPO) untuk menghasilkan dihidroksiaseton fosfat dan hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ) Gliserol-3-Fosfat + O 2 GPO Dihidroksiaseton fosfat +H 2 O 2 Pada presence of peroksidase (POD), efek hidrogen peroksidase mengalami ikatan oksidatif dengan 4-klorofenol dan 4-aminoam inoantipyrine menghasilkan warna merah dari pewarna quinoneimine. Diukur pada panjang

33 gelombang 512 nm. Peningkatan absorben berbanding lurus dengan konsentrasi trigliserida dalam sampel. 2H 2 O 2 + 4-aminoantipyrine +4-klorofenol H 2 O POD Quinoneimine dye +4 Sampel stabil : 2 hari pada suhu 20-25 0 C, 7 hari pada suhu 2-8 0 C, lebih dari 1 tahun -20 0 C (Abboth, 2007) 3.8.4.3. Pemeriksaan Kolesterol Total Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories). Prinsipnya : Kolesterol ditentukan setelh hidrolisa enzimatik dan oksidasi. Indikator quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminoantipyrine dengan adanya phenol dan peroksidase. Kolesterol ester + H 2 O CHE kolesterol asam lemak Kolesterol + O 2 CHO kolestene-3-one + H 2 O 2 2H 2 O 2 + PAP + Phenol POD kuinoneimine + 4H 2 O Sampel stabil : 2 hari pada suhu 20-25 0 C, 7 hari pada suhu 2-8 0 C, lebih dari 1 tahun -20 0 C (Abboth, 2007)

34 3.8.4.4. Pemeriksaan HDL Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories). Prinsipnya Konsentrasi kolesterol dari HDL-C ditentukan secara enzimatik oleh kolesterol esterase dan kolesterol oksidase yang berikatan dengan Polyethylene Glycol (PEG). Kolesterol ester dipecah secara kuantitatif menjadi kolesterol bebas dan asam lemak oleh kolesterol esterase. Kolesterol dioksidasi oleh kolesterol oksidase menjadi 4-cholestenone dan hidrogen peroksidase HDL-C ester + H 2 O HDL-C + O 2 PEG- kolesterol esterase PEG- kolesterol oksidase HDL-C + RCOOH 4-cholestenone + H 2 O 2 Intensitas warna dari pewarna biru quinoneimine dibentuk berbanding lurus dengan konsentrasi HDL-C. Hal ini ditentukan dengan mengukur peningkatan absorben pada panjang gelombang 583 nm. 2H 2 O 2 + 4-aminoantipyrine + HSDA + H + Peroksidase pigmen biru ungu +4H 2 O HSDA = Sodium N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl) -3,5 dimethoxyaniline. Sampel stabil : 2 hari pada suhu 20-25 0 C, 7 hari pada suhu 2-8 0 C, 3 bulan pada suhu -20 0 C (Abboth, 2008)

35 3.8.4.5. Pemeriksaan LDL Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik kolorimetrik tes, dengan alat Automatic Architect c8000 (Abboth, Laboratories). Prinsipnya : Kolesterol ester oleh enzim kolesterol esterase menjadi kolesterol bebas dan asam lemak bebas. Dengan adanya oksigen, kolesterol pada LDL kolesterol dioksidasi oleh enzim kolesterol oksidase menjadi kolestenon dan hidrogen peroksida dengan adanya enzim peroksidase, H202 bereaksi dengan 4 aminoantipirin dan HSDA membentuk pewarna pigmen biru ungu. Intensitas warna dari pewarna ini diukur pada panjang gelombang 583 nm. HDL-C ester + H 2 O Detergen Kolesterol esterase Cholesterol + Free Fatty acid LDL-C + O 2 Kolesterol oksidase 4-cholestenone + H 2 O 2 2H 2 O 2 + 4-aminoantipyrine + HSDA + H + Peroksidase pigmen biru ungu +5H 2 O HSDA = Sodium N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl) -3,5 dimethoxyaniline. Sampel stabil : 7 hari pada suhu 2-8 0 C, 30 hari pada suhu -20 0 C 7-14 hari. (Abboth, 2006). 3.8.4.6. Pemeriksaan Insulin Dilakukan serentak setelah terkumpul sejumlah sampel. Pemeriksaan dilakukan mengunakan alat Architec ci4100 (Abboth, Laboratories). Sampel yang beku dicairkan pada suhu ruang, kemudian disamakan dengan vortex.

36 Pemeriksaan ini berdasarkan Chemiluminescence Microparticle Immunoassay (CMIA) (Abboth, 2009), dengan prinsip pemeriksaan 20 µl sampel diinkubasikan dengan biotin monoclonal insulin spesifik antibodi dan ruthenium monoclonal insulin spesifik antibodi membentuk ikatan sandwich. Kemudian melalui perantaraan biotin streptavidin komplek antigen antibodi akan terikat pada mikropartikel, adanya magnet membuat mikropartikel melekat pada permukaan elektroda dan terjadi proses chemiluminecent. (Abboth, 2009). 3.8.5. Pemantapan kualitas Pemantapan kualitas penting untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan perlu dilakukan persiapan yang cukup untuk menghindari kesalahan dalam pemeriksaan. Prosedur yang harus diperhatikan diantaranya adalah dimulai dari preanalitik, analitik dan post analitik. Pemantapan kualitas dilakukan setiap kali pada saat awal pemeriksaan untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan yang dikerjakan. Sebelum dilakukan pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang digunakan, agar penentuan konsentrasi zat dapat diketahui. Pemeriksaan yang baik apabila test tersebut memenuhi syarat teliti, akurat dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabriknya. Ketepatan merupakan prasyarat dari ketelitian.

37 3.8.5.1. Kalibrasi dan Kontrol Kualitas Untuk pemeriksaan TG, HDL, LDL, TK dan KGD digunakan alat Architect c8000 dan pemeriksaan insulin menggunakan Architect ci 4100. Kalibrator dan control dalam bentuk cairan yang siap pakai. Kalibrasi dilakukan 1 kali pada waktu membuka reagen baru. Pastikan hasil pemantapan kualitas masuk ke dalam data nilai target. Data hasil pemeriksaan akan tersimpan secara otomatis. Dilakukan pemeriksaan setiap hari sebelum sampel diperiksa dan setelah selesai kalibrasi. 3.8.5.1.1. Trigliserida Kalibrator Trigliserida dengan nomor lot. 07140Y700, nomor serial 1/c803917, kalibrator terdiri dari 2 botol dengan nilai kosentrasi 92 mg/dl dan 448 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.1. Hasil Kalibrasi Trigliserida Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0,0643 Kalibrator 1 92 0.1039 Kalibrator 2 448 0.5169

38 Gambar 3.1. Kurva Kalibrasi Trigliserida Pemeriksaan trigliserida menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot. 14804150 dan reagen dengan nomor lot. 78381UN. Tabel 3.2. Kontrol Kualitas Trigliserida bulan Maret April 2016 Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L1 48-72 60 L2 112-168 140 L3 172-258 215

39 3.8.5.1.2. Kolesterol Total Kalibrator Kolesterol total dengan nomor lot. 07140Y700 nomor serial 1/c803917, kalibrator terdiri dari 2 botol dengan kosentrasi 93 mg/dl dan 373 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.3. Hasil Kalibrasi Kolesterol Total Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0,0155 Kalibrator 1 93 0.1375 Kalibrator 2 373 0.5555 Gambar 3.2. Kurva Kalibrasi Kolesterol Total

40 Pemeriksaan kolesterol total menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot 14804150 dan reagen dengan nomor lot. 22836UN15. 2016 Tabel 3.4. Kontrol Kualitas Kolesterol total bulan Maret April Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L1 96-145 120.5 L2 129-193 161 L3 210-314 262 3.8.5.1.3. Low Density Lipoprotein (LDL) Kalibrator LDL dengan nomor lot. 07140Y700 serial 1/c401860 kalibrator terdiri dari 1 botol dengan kosentrasi 110 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.5. Hasil Kalibrasi LDL Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0,0011 Kalibrator 1 110 0.2176

41 Gambar. 3.3. Kurva Kalibrasi LDL Pemeriksaan LDL menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot 14804150 dan reagen dengan nomor lot. 4807 Tabel 3.6. Kontrol Kualitas LDL bulan Maret April 2016 Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L1 50-76 63 L2 68-103 85.5 L3 127-191 159

42 3.8.5.1.4. High Density Lipoprotein (HDL) Kalibrator HDL dengan nomor lot. 07140Y700 nomor seri 1/c803917 kalibrator terdiri dari 1 botol dengan kosentrasi 58 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.7. Hasil Kalibrasi HDL Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0.0025 Kalibrator 1 58 0.0769 Gambar 3.4. Kurva Kalibrasi HDL Pemeriksaan HDL menggunakan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot 14804150 dan reagen dengan nomor lot. 47792UQ06.

43 Tabel 3.8. Kontrol Kualitas HDL bulan Maret April 2016 Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L1 33-50 41.5 L2 55-58 56.5 L3 67-102 84.5 3.8.5.1.5. Kadar Gula Darah Kalibrator Glukosa dengan nomor lot. 07140Y700 nomor seri 1/c 401860 kalibrator terdiri dari 2 botol dengan kosentrasi 95 mg/dl dan 441 mg/dl. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest). Tabel 3.9. Hasil Kalibrasi Kadar Gula Darah Kosentrasi Absorbansi Blanko 0 0.0001 Kalibrator 1 95 0.1444 Kalibrator 2 441 0.7400

44 Gambar 3.5. Kurva Kalibrasi Kadar Gula Darah Pemeriksaan kadar gula darah dengan kontrol MULTICHEM dengan nomor lot 14804150 dan reagen dengan nomor lot. 48346UQ10 2016 Tabel 3.10. Kontrol Kualitas Kadar Gula Darah bulan Maret April Range Nilai (mg/dl) Nilai Target (mg/dl) L1 37-56 46.5 L2 102-153 127.5 L3 227-341 284

45 3.8.5.1.5. Insulin Kalibrator insulin dengan nomor lot. 59125LP33 kalibrator terdiri dari 6 botol dengan kosentrasi 0 uiu/ml, 3 uiu/ml, 10 uiu/ml, 30 uiu/ml, 100 uiu/ml dan 300 uiu/ml. Tabel 3.11. Hasil Kalibrasi Insulin Kosentrasi (uiu/ml) Absorbansi Kalibrator 1 0 1655.2 Kalibrator 2 3.0 8652.8 Kalibrator 3 10 29234.8 Kalibrator 4 30 97184.9 Kalibrator 5 100 361019.3 Kalibrator 6 300 1083722.2

46 Gambar 3.6. Kurva Kalibrasi Insulin Pemeriksaan insulin menggunakan kontrol nomor lot 59127LP33 dan reagen dengan nomor lot. 61121LP77. Tabel 3.12. Kontrol Kualitas Insulin bulan April 2016 Range Nilai (uiu/ml) Nilai Target (uiu/ml) L1 5-10 7.5 L2 28-52 40 L3 84-156 120 3.9. Batasan Operasional 1. Sindrom Metabolik yaitu sekumpulan faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, obesitas, dislipidemia, intoleransi glukosa ditentukan menggunakan kriteria IDF 2005 yang terdiri dari : (Tabel 3.13.) Tabel 3.13. Kriteria Sindroma Metabolik KRITERIA Obesitas Sentral, diikuti 2 dari kriteria : Laki laki 90 cm Wanita 80 cm

47 Dislipidemia Trigliserida 150 mg HDL : Laki-laki < 40 mg/dl : Perempuan < 50 mg/dl Hipertensi, Atau yang pernah menderita hipertensi dan sedang mengkonsums obat TD 130/85 mmhg Intoleransi glukosa, KGD puasa > 100 mg/dl termasuk toleransi glukosa puasa terganggu ataupun DM tipe 2. 2. Resistensi Insulin Gold standart pemeriksaan resistensi insulin adalah tekhnik insulin Euglikemik Clamp. Pada penelitian ini resistensi insulin dihlitung dengan menggunakan HOMA-IR. Resistensi insulin dinyatakan dengan HOMA-IR yang dihitung dengan menggunakan rumus : HOMA IR = glukosa puasa (mgl/dl) x insulin puasa (uu/ml) /405 Dikatakan resistensi insulin jika HOMA-IR > 2.5 (Kawamoto, 2009)

48 3. Rasio Profil Lipid Setelah diperiksa kadar Kolesterol total, Trigliserida, LDL, HDL maka dibuat rasio profil lipid yang dinilai dengan membagi nilai TK dengan HDL (TK/HDL), nilai LDL dengan HDL (LDL/HDL), nilai TG dengan HDL (TG/HDL). 3.10. Analisa Data Statistik Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Gambaran karateristik pada subjek penelitiian disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. Untuk melihat hubungan resistensi insulin(homa-ir) dan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik dan jika berdistribusi normal digunakan uji korelasi Pearson, jika tidak berdistribusi normal digunakan uji Spearman. Semua uji statisitk dengan nilai p<0.05 dianggap bermakna.

49 3.11. Alur Penelitian Subjek yang datang ke Poli Endokrin departemen Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik Medan 1. Anamnesa 2. Pengukuran antropometri 3. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium 4. Cek Parameter SM (Kriteria IDF 2005) Rasio Profil Lipid HOMA IR Inklusi: Bersedia ikut dalam penelitian. Penderita SM sesuai kriteria IDF 2005 Pasien umur 20-60 tahun Eklusi: Tidak bersedia ikut dalam penelitian. Wanita hamil Pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati Perokok Riwayat minum alkohol ANALISA

50 BAB IV HASIL Pada Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan resistensi insulin menggunakan HOMA-IR dengan profil lipid dpada sindroma metabolik, yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016- April 2016. Subjek penelitian adalah penderita sindroma metabolik yang memenuhi kriteria IDF 2005. Pada subjek penelitian dilakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Subjek penelitian penderita sindroma metabolik terdapat 66 orang terdiri dari laki-laki 40 orang (60.6 %) dan perempuan 26 orang (39.4%) dengan umur rerata 56.59 ± 12.32 tahun. Ukuran Lingkar pinggang subjek dengan rerata 96.47 ± 6.25 cm. Berat badan subjek dengan rerata 83.61 ± 12.61 kg. Tinggi badan subjek dengan rerata 162.11 ± 8.62 cm. Indeks Massa Tubuh dengan rerata 31.85 ± 4.55 kg/m2. Rerata tekanan darah sistolik 145.45 ± 14.16 mmhg dan tekanan darah diastolik dengan median 90 (70 110) mmhg. Rerata kadar insulin subjek 11.52 ± 8.96 µiu. Kadar gula darah puasa subjek dengan rerata 180.14 ± 85.14 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total subjek 174.35 ± 48.57 mg/dl. Kadar trigliserida dengan rerata 144.44 ± 68.83 mg/dl. Kadar HDL dengan median 37 (19 183) mg/dl. Rerata kadar LDL 118.15 ± 43.25 mg/dl. Nilai median HOMA-IR 3.08 (2.53

51 21.9) (table 4.1). Rerata rasio KT/HDL 4.78 ± 1.50. Rerata rasio TG/HDL 3.96 ± 2.06. Rerata LDL/HDL 3.22 ± 1.30.(Tabel.4.2) Tabel 4.1 Karateristik Subjek Berdasarkan Parameter Penelitian Variabel Jumlah Sampel (N = 66) Umur (tahun) a 56.59 ± 12.32 Lingkar Pinggang (cm) a 96.47 ± 6.25 Berat Badan (kg) a 83.61 ± 12.61 Tinggi Badan (Cm) a 162.11 ± 8.62 Indeks Massa Tubuh (kg/m2) a 31.85 ± 4.55 Tekanan Darah Sistolik (mmhg) a 145.45 ± 14.16 Tekanan Darah Diastolik (mmhg) b 90 (70 110) Insulin (µiu) a 11.52 ± 8.96 Kadar Gula Darah Puasa (mg/dl) a 180.14 ± 85.14 Kolesterol Total (mg/dl) a 174.35 ± 48.57 Trigliserida (mg/dl) a 144.44 ± 68.83 HDL (mg/dl) b 37 (19 183) LDL (mg/dl) a 118.15 ± 43.25 HOMA-IR b 3.08 (2.53 21.9) a Data terdistribusi normal: rerata ± SD b Data terdistribusi tidak normal: Nilai tengah (minimum-maksimum) Tabel 4.2 Rasio Profil Lipid Penderita Sindroma Metabolik Rasio Profil Lipid Rerata ± SD Rasio KT/HDL 4.78 ± 1.50 Rasio TG/HDL 3.96 ± 2.06 Rasio LDL/HDL 3.22 ± 1.30 Pada tabel 4.2. didapatkan rasio profil lipid pada penderita sindroma rasio KT/HDL dengan rerata 4.78 ± 1.50, rasio TG/HDL 3.96 ± 2.06, rasio LDL/HDL 3.22 ± 1.30.

52 Tabel 4.3. Hubungan Resistensi Insulin (HOMA-IR) dengan Komponen Sindroma Metabolik Lingkar Pinggang (cm) Indeks Massa Tubuh Tekanan Darah Diastole (mmhg) N p.value r 66 0.134 0.186 66 0.739 0.042 66 0.218 0.154 Tekanan Darah 66 0.947 0.08 Sistole (mmhg) Kadar Gula 66 0.492 0.086 Puasa (mg/dl) Trigliserida 66 0.664 0.055 HDL (mg/dl) 66 0.858-0.22 p.value < 0.005 Pada tabel 4.3. diketahui bahwa tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan semua elemen sindroma metabolik dengan p > 0.05 Tabel 4.4. Hubungan Resistensi Insulin (HOMA-IR) dengan Rasio Profil Lipid p.value r KT/HDL 0.048* 0.244 TG/HDL 0.494 0.086 LDL/HDL 0.336 0.120 p.value <0.05

53 Pada tabel 4.4. menggambarkan hubungan resistensi Insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid yang dinilai dengan uji spearman dan didapati hubungan yang searah dengan kekuatan hubungan lemah yang signifikan (r : 0. 244 ; p = 0.048) antara HOMA-IR dan KT/HDL. Tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan rasio TG/HDL ( r : 0.086 ; p = 0.494). Begitu juga tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan rasio LDL/HDL (r : 0.120; p = 0.336)

54 BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dengan menggunakan kriteria IDF 2005 dan kami dapati laki-laki lebih banyak menderita sindroma metabolik sebanyak 40 orang (60.6%) dan perempuan sebanyak 26 orang (39.4%). Mostafa dkk melaporkan prevalensi sindroma metabolik di Asia Selatan laki laki sebesar 55% dan perempuan 45% (Mostafa, 2012). Penelitian Chaudari di India melaporkan laki-laki 50% dan perempuan 50% (Chaudari,P.2012). Soegeondo, dkk penelitiannya di Depok menyatakan bahwa prevalensi sindroma metabolik sebesar 25,7% pada pria dan 25% pada wanita (Soegondo, 2001). Vigil dkk di Inggris melaporkan prevalensi sindroma metabolik laki-laki 39% dan perempuan 61%(Vigil, L. 2012) Penelitian Chaves dkk di Meksiko melaporkan prevalensi sindroma metabolik laki-laki 33.9% dan perempuan 66.1%(Chaves, 2011). Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan kultur, gaya hidup, sosial ekonomi. Berdasarkan penelitian Tabata, S. (2009) di Jepang dan Chaudhari, S.P (2012) di India dimana ditemukan ada hubungan antara resistensi insulin dan lingkar pinggang. Dimana lingkar pinggang memiliki hubungan yang kuat dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total. Lingkar pinggang juga dapat memperkirakan luasnya obesitas abdominal yang sudah mendekati deposisi (Tabata,2009). Namun penelitian ini tidak ditemukan hubungan

55 antara resistensi insulin dan lingkar pinggang, ini sesuai dengan penelitian Marjani (2012) di Iran dan Soegondo (2009) di Jakarta. Indeks massa tubuh tidak dapat menggambarkan komposisi tubuh secara akurat, karena indeks massa tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan lemak, massa otot ataupun jaringan (Olivia, 2011). Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan indeks massa tubuh, ini sesuai dengan penelitian Sumner (2005) di Amerika dan Huguette (2010) di Kamerun. Hal ini berbeda dengan He (2014) di China dan Mc.Laughin (2009) di Inggris dimana ditemukan hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan indeks massa tubuh. Resistensi insulin diduga berperan dalam terjadinya sindroma metabolik yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler. Resistensi insulin mengakibatkan disfungsi endotel pembuluh darah yang selanjutnya terjadi vasokonstriksi dan reabsorpsi natrium di ginjal yang mengakibatkan terjadinya hipertensi (Umboh,2007). Hal ini sesuai dengan penelitian Sinsha dkk (2015) di Bangladesh dan Vangaripu (2012) di Finlandia yang menyatakan ada hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Sedangkan pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan tekanan darah sistole dan diastolik, hal ini sesuai dengan penelitian Ku (2009) di China.

56 Resistensi insulin merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan kegagalan organ target yang secara normal merespon aktivitas hormon insulin. Resistensi insulin juga berkaitan dengan kondisi hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, suatu kumpulan gejala yang disebut sebagai sindroma metabolik (Madsen,2012). Pada resistensi insulin terjadi peningkatan sintesa trigliserida hepatik, namun pada kondisi fisiologis lebih menghambat daripada meningkatkan sekresi VLDL ke sirkulasi sistemik (Lee, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian di China Lee dkk (2007) dan Chu, dkk (2012) ditemukan ada hubungan antara resistensi insulin dengan kadar trigliserida. Namun pada penelitian ini ditemukan tidak ada korelasi antara resistensi insulin (HOMA- IR) dengan kadar trigliserida, ini sesuai dengan penelitian Jung (2010) di Korea. Gangguan lipid yang lainnya pada resistensi insulin adalah penurunan kolesterol HDL, akibat penurunan susunan HDL dan metabolisme. Pada peningkatan hipertrigliseridemia, penurunan isi ester kolesterol dan inti lipoprotein menyebabkan penurunan isi kolesterol HDL dengan peningkatan TG menjadi partikel kecil dan padat, sebagian dari fungsi cholesterol ester transfer protein (CETP), menyebab bersihan di sirkulasi (Soegondo, 2001). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan kadar HDL ini sesuai dengan peneltian Ray, dkk (2015)

57 di India dan Jung (2010) di Korea, berbeda dengan penelitian Vigil (2012)di Spanyol bahwa ditemukan adanya hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan kadar HDL. Pada penelitian di Jepang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara resistensi insulin dengan rasio profil lipid TG/HDL, TK/HDL, LDL/HDL pada sindroma metabolik dan pada orang sehat ada hubungan yang signifikan antara resistensi insulin hanya dengan rasio TG/HDL (Kawamoto, 2011). Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio TG/HDL dan rasio LDL/HDL, ini sesuai dengan penelitian Chaves, dkk (2012) di Meksiko dan Mohiuddin (2013) di Pakistan, namun ada ditemukan hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan rasio TK/HDL. Pada penelitian kami tidak ditemukan hubungan antara resistensi insulin yang menggunakan HOMA-IR dengan lingkar pinggang, tekanan darah, kadar gula darah puasa, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, LDL dan HDL, begitu juga tidak ditemukan hubungan antara resistensi insulin (HOMA- IR) dan rasio TG/HDL juga rasio LDL/HDL. Hal ini mungkin dapat dihubungkan dengan penelitian kami bersifat cross sectional dimana pengambilan data penelitian hanya dilakukan satu kali dalam waktu bersamaan, sehingga hanya melihat korelasi antara variabel variabel tersebut. Faktor-faktor resiko lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil

58 penelitian tidak dianalisis lebih lanjut pada penelitian ini seperti riwayat keluarga dengan penyakit sama, aktivitas fisik dan keseimbangan energi serta analisis asupan makanan termasuk sumber karbohidrat serta lemak serta ada tidaknya mengkonsumsi obat-obatan.

59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara resistensi insulin (HOMA IR) dan rasio KT/HDL pada penderita sindroma metabolik. 2. Tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio LDL/HDL pada penderita sindroma metabolik 3. Tidak terdapat hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dan Rasio TG/HDL pada penderita sindroma metabolik. 6.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menganalisis faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar insulin, glukosa puasa dan profil lipid.