BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukanolehpihakpemerintah,danbudayawanuntukmenjadikannilainilaikearifanlokalhoholosebagaidasardalampelestarian

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kawasan hutan mangrove dikenal dengan istilah vloedbosschen (hutan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hutan mangrove adalah

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak

6 ASSESMENT NILAI EKONOMI KKL

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis serta memiliki potensi ekonomi bahkan pariwisata. Salah satu

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

1. Pengantar A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

VALUASI EKONOMI MANGROVE DESA PEJARAKAN, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terumbu karang merupakan komponen ekosistem utama pesisir dan laut

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ekosistem Mangrove Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti tumbuhan dan grove yang berarti belukar atas hutan kecil. Kata mangrove digunakan untuk meyebut jenis pohon-pohon atau semak-semak yang tumbuh di antara batas air tinggi saat air pasang dan batas air terendah di atas rata-rata permukaan air Macnae, 1968 dikutip oleh Arief(2003:24). Sedangkan menurut Nybakken (1992:14), hutan mangrove adalah sebutan umum untuk menggambarkan suatu verietes komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam perairan asin.hutan mangrove merupakan sumberdaya alam hayati yang mempunyai berbagai keragaman potensi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun tidak langsung dan bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan mangrove maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan hutan mangrove Kustanti (2011:43).Selainitu mangrove menyediakan lapangan kerja langsung sekitar 0,5 juta nelayan, dan sekitar 1 juta pekerjaan di seluruh dunia tergantung pada perikanan bakau terkait, dan kepadatan penduduk tergantung pada mangrove diperkirakan sekitar 5,6 orang per meter persegi Rajendran dalam Piyashi Ðêbròý dan R. Jayaraman (2012). Menurut Piyashi Ðêbròý dan R. Jayaraman (2012),Selain perikanan tangkap, perikanan budaya juga terjadi di beberapa daerah yang kaya mangrove. Meskipun banyak manfaat disediakan oleh mangrove, mereka berada di bawah tekanan kuat dari bersaing penggunaan sumber daya, khususnya, koleksi kayu bakar, budidaya, operasi kayu chipping, konstruksi pondok, meningkat komersial kegiatan dan tuntutan perkotaan. Kegiatan 5

antropogenik memiliki efek negatif pada kesejahteraan masyarakat bergantung mangrove. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara air pasang dan surut. Menurut Indriyanto (2006:45), ekosistem merupakan suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat struktur dan fungsi, strukutur yang dimaksudkan dalam defenisi ini yakni yang berhubungan dengan keanekaragam spesies yang tinggi. Sedangkan fungsi yang dimaksud yaitu yang berhubungan dengan siklus materi dan arus energi kompenen-kompenen ekosistem. Ekosistem mangrove adalah suatu system di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpanruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau Santoso, (2000 : 73). 2. Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Mangrove a. Fungsi Ekologis Hutan Mangrove Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnyabagi manusia. Hutan mangrove mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai dan memperkecil erosi atau abrasi pantai. Erosi di pantai Marunda, Jakarta yang tidak bermangrove selama dua bulan mencapai 2 m, sementara yang berbakau hanya 1 m Sediadi(2003:64). 6

Mangrove juga mampu dalam menekan laju intrusi air laut ke arah daratan. Hasil penelitian Sukresno dan Anwar (1999) terhadap air sumur pada berbagai jarak dari pantai menggambarkan bahwa kondisi air pada jarak 1 km untuk wilayah Pemalang dan Jepara dengan kondisi mangrovenya yang relatif baik, masih tergolong baik, sementara pada wilayah Semarang dan Pekalongan, Jawa Tengah sudah terintrusi pada jarak 1 km. Mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa liar. Keanekaragaman fauna di hutan mangrove cukup tinggi, secara garis besar dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna akuatik seperti ikan, udang, kerang, dan lainnya serta kelompok terestrial seperti insekta, reptilia, amphibia, mamalia, dan burung Nirarita et al., (1996). b. Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove Secara garis besar mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan dan kesehatan serta lingkungan. Secara ekonomi hutan mangove yaitu : (1)Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga. (2) Penghasil bahan baku industry, misalnya pulp, kertas, testil, makanan, obat-obatan, alcohol, kosmetik dan zat pewarna. (3) Penghasil bibit ikan, udang, kerang, telur burung dan madu. (4)Sebagai objek pariwisata, karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, dan menyewakan. 7

3. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Valuasi ekonomi adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kauntitif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia atau tidak Fauzi, (2006:39). a. Nilai Ekonomi Sumberdaya Menurut paradigma neoklasik, nilai ekonomi dapat dilihat dari sisi kepuasan konsumen dan keuntungan perusahaan, dengan konsep dasar yang digunakan, yaitu surplus konsumen dan surplus produsen. Sedangkan berdasarkan pandanganecological economics tujuan penilaian tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu melainkan juga terkait dengan tujuan ekologi dan keadilan distribusi. Tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu pengambilan keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada di kawasan pesisir dan laut. Pengertian nilai atau value, khususnya menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Secara umum, nilai ekonomi dapat didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. b. Tipologi Nilai Ekonomi Sumber Daya Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya alam adalah Konsep Nilai Ekonomi Total (TEV) yang terdiri atas tiga lipe nilai, yaitu nilai pakai langsung (direct use value), nilai pakai tak langsung ( directuse value) dan nilai non-pakai (non use value). Nilai pakai langsung diturunkan dari pemlmfaatan langsung (interaksi) antara masyarakat dengan ekasistem mangrove. Nilai pakai tak Iangsung didefinisikan sebagai nilai fungsi ekosistem mangrove dalam mendukung atau melindungi aktifitas ekonomi atau sering disebutsebagai jasalingkungan. Nilai pilihan (option value) terkait dengan nitai pakai (use 8

values) yang merupakan pilihan pemanfaatan ekosistem mangrove di masa datang. Salah satu representasi dari nilai intrinsik ini adalah nilaikeberadaan (existence value) (menurut Adriantoyang di kutip oleh Mochet al).valuasi ekonomi adalah pemberian nilai ekonomi terhadap cadangan sumberdaya alam dan lingkungan, perubahan-perubahannya serta dampak semua kegiatan pada sumberdaya alam dan lingkungan Suparmoko, (2009:52). Nilai ekonomi total sumberdaya alam : (1) nilai guna langsung (direct use value) yaitu manfaat yang langsung diambil dari sumberdaya langsung dapat diperoleh dari suatu sumberdaya alam, nilai ini dapat diperkirakan melalui kegiatan produksi atau konsumsi seperti kayu, HHNK, pangan bagi masyarakat sekitar; (2) nilai guna tidak langsung (indirect use value) manfaat yang diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung, dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung seperti plasma nutfah dan daya asimilasi limbah dari hasil kegiatan manusia oleh lingkungan seperti wisata, habitat, flora dan fauna, pencegahan erosi, penyerapan CO2, pengendalian banjir serta sebagai pengatur tata guna air; (3) nilai pilihan (option value) adalah manfaat yang dapat diinterpretasikan sebagai manfaat sumberdaya alam yang potensial di masa depan, baik manfaat langsung maupun tidak langsung. Jika manfaat di masa depan dapat diukur sebagai suatu pemasukan yang pasti, makanilai pilihan dapat dianggap sebagai pembayaran premi asuransi untuk menjamin pemanfaatan dimasa depan terhadap sumberdaya dan fungsi ekologis dari ekosistem; (4) nilai keberadaan (existancevalue) adalah nilai yang dimiliki sumberdaya karena keberadaannnya di suatu tempat seperti jasa perlindungannya terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) dan plasma nutfah, serta nilai sosial budaya; (5) nilai warisan (bequest value) adalah suatu hasrat untuk menjaga kelestarian sumber daya alam agar dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang. 4. Kesediaan Membayar(willingness to pay) 9

Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperolehbarang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Nilai ekologis dari ekosistem dengan menggunakan pengukuran ini bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa. Sebagai contoh jika ekosistem pantai mengalami kerusakan akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali ke aslinya atau mendekati aslinya Fauzi (2006:57). Pengertian nilai ekonomi adalah nilai barang dan jasa yang dapat diperjualbelikan sehingga memberikan pendapatan. Dari konsep ekonomi kegunaan, kepuasan atau kesenangan yang diperoleh indivudu atau masyarakat tidak terbatas kepada barang dan jasa yang diperoleh melalui jual beli (transaksi) saja, tetapi semua barang dan jasa yang memberikan manfaat akan memberikan kesejahteraan bagi individu atau masyarakat tersebut Pearce dan Moran (1994).Selanjutnya nilai WTP dapat dihitung dengan rumus : n ME = Σ (Mei)/n i = 1 Keterangan: Mei = Manfaat Eksistensi dari responden ke-1 sampai responden ke n (jawaban responden ke-1+ sampai responden ke n) n = Jumlah responden yang diambil. 5. Kesediaan Untuk Menerima Pembayaran (willingness to Accept) 10

Willingness to accept adalah berapa besar orang mau dibayar untuk mencegah kerusakanlingkungan (kesediaan produsen menerima kompensasi) dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan. Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah parameter dalam penilaian ekonomi Pearce dan Moran, 1994 dalam Fauzi, (2006).Selanjutnya nilai WTA dapat dihitung dengan rumus : EWTA = Keterangan: EWTA xi n n t 0 WTAxi n = Dugaan nilai rataan WTA = Jumlah tiap data responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (i=1,2,,i) = Jumlah responden 6. Kearifan Lokal Menurut Keraf (2003 :104) mendefinisikan kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau warisan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Jadi kearifan lokal bukan hanya menyangkut pengetahuan atau pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan,pemahaman, dan adat kebiasaan tentang manusia, alam, dan bagaimana relai di antara semua penghuni komunita ekologi. Seluruh kearifan lokal dihayati, dipraktikan, diajarkan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain yang sekaligus membentuk pola perilaku manusia sehari-hari baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam dan yang gaib. Selanjutnya menurut Satria (2002:116)mengunakan istilahpengetahuan lokal( indigenous knowledge) dan mendefinisikan sebagai suatu kekayan intelektual mereka yang hingga kini terus dipertahankan. Pengetahuan 11

masyarakat terkait dengan nilai-nilai kearifan lokal tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, yang terakumulasi sepanjang sejarah hidup mereka mempunyai peranan sangat besar. Pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan sistem kepercayaan yang menekankan penghormatan terhadap lingkungan alam merupakan nilai yang sangat positif untuk pembangunan berkelanjutan Gadgil et al., (1993). Adimihardja, (2004:142) mengemukakan pengetahuan lokal dipahami sebagai seperangkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang tinggal di suatu wilayah atau teritorial tertentu, dengan dukungan teknologi tertentu sebagai sarana yang diciptakan untuk digunakan sebagai penopang kehidupan sehari-hari. Menurut Heddy Ahimsa Putra (2008:127), kearifan lokal adalah suatu perangkat pengetahuan dan praktek-praktek yang berasal dari generasigenerasi sebelumnya, maupun dari pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya, milik suatu komunitas di suatu tempat yang digunakan untuk menyelesaikan secara baik dan benar berbagai persolan dan atau berbagai kesulitan yang dihadapi. a. Kearifan Lokal dan Geografi Kearifan lokal merupakan istilah yang sering dipakai ilmuan untuk mewakili sistem nilaidan norma yang disusun, dianut, dipahami dan diaplikasikan masyarakat lokal berdasarkan pemahaman, dan pengalaman mereka dalam berinteraksi dan berinterelasi dengan lingkungan Tjahjono et al.,(2000:94). Menurut Soemarwoto (1999 :113), masyarakat lokal telah mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi di mana mereka tinggal. Eksploitasi lingkungan biofisik diatur secara seksama dengan hukum sosial akan mendapatkan sanksi, baik dari masyarakat maupun dari Tuhan. Dengan pengaturan tersebut dapat dihindari eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan biofisik seperti eksploitasi terhadap sumberdaya alam. Pengaturan berdasarkan pengalaman empirik itu menimbulkan 12

kearifan ekolgi yang menjadi pilar utama kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan. b. Kearifan Lokal dan Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya alam pesisir pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakanmanusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar pemanfaatan sumberdaya alam dapatdilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan Supriharyono (2002:125).Dalam pengelolaan lingkungan sumberdaya alam pesisir tidaklah bersifat serta merta atau latah,namun kita perlu mengkaji secara mendalam isu dan permasalahan mengenai sumberdaya yanghendak dilakukan pengelolaan. Penting atau tidaknya sumberdaya alam yang ada, potensi dankomponen sumberdaya mana yang perlu dilakukan pengelolaan dan apakah terdapat potensidampak perusakan lingkungan, serta untung atau tidaknya sumberdaya tersebut bagi masyarakatmerupakan pertimbangan penting dalam pengelolaan. Pengelolaan sumberdaya alam yang beranekaragam, baik di daratan maupun di lautan perludilakukan secara terpadu dengan sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan dalam polapembangunan berkelanjutan Rais(1997:139). Pengelolaan sumberdaya alam pesisir dilakukan denganmengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetapmemelihara kelestarian kemampuan dan daya dukung lingkungan yang tersedia. Secara ideal pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan hidupnya harus mampu menjaminkeberlangsungan fungsi ekologis guna mendukung keberlanjutan usaha perikanan pantai yangekonomis dan produktif. Keberlanjutan fungsi ekologis akan menjamin eksistensi sumberdaya sertalingkungan hidup ikan Anggoro(2004:83). Menurut Supriharyono (2000:65), beberapa pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya alamkawasan pesisir yakni meliputi (a) 13

pertimbangan ekonomis, (b) pertimbangan dari aspek lingkungandan (c) pertimbangan sosial budaya. Pertimbangan ekonomis menyangkut penting tidaknya untukkebutuhan masyarakat sehari-hari,penghasil barang-barang yang dapat dipasarkan, merupakanaset lokal, nasional atau internasional serta merupakan aset pariwisata yang dapat mengahasil uangselain berupa barang. Pertimbangan lingkungan menyangkut stabilitas fisik pantai, lingkungan masyarakat yang unik,penyediaan stok hewan dan tumbuhan termasuk yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan,pelestarian plasma nutfah, estetika dan indentitas budaya, serta apakah terjadi kerusakanlingkungan yang disebabkan oleh sedimentasi, konstruksi, pertanian, penebangan, penambangan,penangkapan berlebihan (overfishing), yutrofikasi karena buangan limbah yang mengandungnutrien, dan kontaminasi oleh berbagai macam limbah. c. Kearifan lokal dan Budaya Menurut Judistira (2008:36) kearifan lokal adalah merupakan bagian dari sebuah skema dari tingkatan budaya (hierakis bukan berdasarkan baik dan buruk). Selain itu, Judistira (2008:73) menegaskan bahwa kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional. Dalam pengertian yang luas Judistira (2008:112) mengatakan bahwa: Kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola-pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut. B. Kedudukan Penelitian dan Kebaruan Penelitian 14

Penelitian tentang valuasi ekosistem hutan mangrovetelah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu baik yang tertuang dalam jurnal nasional dan internasional, namun terdapat beberapa perbedaan pada lokasi, daerah, tujuan, data dan metode yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 1 : Tabel 1 Penelitian yang Relevan No Judul penelitian Tahun Lokasi Metode Hasil 1 Valuasi total ekonomi 2014 Kalimantan Analisis Nilai ekonomi total hutan mangrove di Timur deskriptif yang dihasilkan kawasan hutanmangrove di deltamahakamkabupaten Kawasan Delta Kutai Kartanegara Mahakam tahun Kalimantan Timur 2012 yaitu sebesar Rp503.071.398.869,2 terdiri dari nilai guna langsung (direct use value) sebesar Rp407.7746.300.000, nilai guna tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp37.133.936.369,2, nilai pilihan (option value) sebesar Rp35.571.600.000, nilai keberadaan (existence value) sebesar Rp13.305.625.000 dan nilai warisan (bequest value) sebesar Rp9.313.937.500. Nilai guna langsung (direct usevalue) memberikan kontribusi lebih besar daripada nilai guna tidak langsung (indirect use value). 15

2 Nilai ekonomi total hutan mangrove desa margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur 2014 Lampung Timur Analisis deskriptif Nilai ekonomi total hutan mangrove Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur adalah sebesar Rp 10.530.519.419,00 per tahun. Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan nilai guna langsung sebesar Rp 1.877.440.000,00 per tahun dari pemanfaatan rajungan, udang, kepiting, daun jeruju, buah pidada, kayu bakar dan ekowisata, nilai guna tak langsung sebesar Rp 8.915.036.479,00 per tahun dari penyedia pakan alami bagi biota laut, nilai pilihan sebesar Rp 103.425.000,00 per tahun dari keanekaragaman hayati dan nilai keberadaan sebesar Rp 1.580.000,00 per tahun dari kesediaan membayar masyarakat. 16

C. Kerangka Berpikir Pemanfaatan hutan mangrove yang ada sekarang ini dirasakan belum optimal dan lestari. Usaha pemanfaatan hutan mangrove seharusnya menghitung manfaat dan biaya dari kegiatan usaha, termasuk di dalamnya menghitung nilai ekonomi dari sumberdaya hutan mangrove. Pendekatan tersebut akan menggambarkan suatu pilihan alternatif yang rasional dalam pemanfaatan sumberdaya mangrove. Nilai Ekonomi Total Nilai Guna Nilai Non Guna Nilai Guna Langsung Nilai Guna Tak Langsung Nilai Keberadaan Kayu bangunan Kayu bakar Ikan Kepiting kerang Penahan Abrasi Penyedia bahan pakan alami bagi biota yang hidup di dalam ekosistem hutan manggrove Kesediaan Menerima Pembayaran Kesediaan Membayar Kearifan Lokal Gambar 1. Kerangka Berpikir 17

18