BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2000, luas areal

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pangan, sandang, papan,

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

8.1. Keuangan Daerah APBD

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Secara garis besar kebijakan pembangunan pertanian diprioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang tersebar luas diseluruh kawasan di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang terkenal dengan sebutan negara agraris yang berarti sebagian besar masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Selain dari pada itu, Indonesia juga terkenal dengan tanahnya yang subur sehingga di mana saja menanam tanaman bisa tumbuh dengan subur. (Rahman, A, 2010) Pertanian Indonesia, pada awalnya hanya diarahkan untuk pencukupan makanan atau pangan, padahal pertanian dapat menyediakan bahan mentah untuk industri pengolahan, untuk industri ukir-ukiran, kayu anyaman, dan lain lain, di samping untuk bahan bangunan. Hal ini umumnya terjadi di dunia ketiga, dimana sektor pertanian cenderung mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang menurun, sedangkan sektor industri termasuk industri pengolahan hasil pertanian, terjadi laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Agroindustri (pertanian, perikanan, peternakan), Agroindustri ini terbukti dapat bertahan dan tumbuh pada kondisi krisis ekonomi dan moneter sehingga dapat menjadi penggerak pembangunan 1

ekonomi dimasa datang dengan peran yang lebih besar, lahan yang tersedia masih cukup besar, potensi kekayaan laut masih sangat besar, baru termanfaatkan 25 persen, sebagian besar penduduk Indonesia berasal dari dan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, dan merupakan pendukung ketahanan pangan nasional (Mangunwidjaja dan Sailah, 2002). Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: A. Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Usaha Mikro yaitu usaha produktif milik` orang perorangan atau badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga ratus juta rupiah) 2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). B. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang. Agroindustri merupakan suatu bentuk kegiatan atau aktifitas yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Mendefinisikan agroindustri dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dan kedua agroindustri sebagai suatu 3

tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain. Meskipun peranan agroindustri sangat penting, pembangunan agroindustri masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Menurut (Soekartawi, 2000) terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi agroindustri dalam negeri, antara lain: 1) Kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu 2) Kurang nyatanya peran agroindustri diperdesaan karena masih berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan 3) Kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri 4) Kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada prosedurnya amat ketat 5) Keterbatasan pasar 6) Lemahnya infrastruktur 7) Kurangnya perhatian terhadap penelitian dan pengembangan 8) Lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir 9) Kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing 10) Lemahnya entrepreneurship PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Milyar Rupiah), 2010-2012 di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1. 4

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Milyar Rupiah), 2010 2012. No Lapangan usaha 2010 2011 2012 1 Pertanian 28.040,20 29.390,58 30.778,67 2 Pertambangan dan Penggalian 1.400,65 1.494,85 1.525,32 3 Industri 26.015,21 26.548,66 27.513,09 4 Listrik, Gas, Air Minum 872,14 943,75 976,09 5 Bangunan 8.066,15 8.754,63 9.348,16 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21.919,34 23.693,43 25.406,77 7 Pengangkutan dan Komunikasi 11.633,90 12.799,43 13.856,60 8 Keuangan, Asuransi, Usaha 8.795,14 9.992,48 11.111,51 Persewaan Bangunan dan Tanah, Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 11.976,16 12.969,81 13\.947,74 PDRB 118.718,902 126.587,62 134.463,95 PDRB Tanpa Migas 117.978,99 125.805,40 133.705,30 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012 Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sektor industri di Sumatera Utara menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Utara dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 26.015,21milyar tahun 2011 sebesar Rp. 26.548,66 milyar dan pada tahun 2012 Rp. 27.513,09 milyar atau total persentase keseluruhan (40,14%) Industri merupakan jenis lapangan usaha yang menjadi penyumbang terbesar dalam distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang dengan tiap tahunnya mengalami peningkatan, distrubusi PDRB Kab. Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha dapat dilihat pada tabel 2. 5

Tabel 2. Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha 2011-2013 Lapangan Usaha 2011 2012 2013 Pertanian 2.499,58 2.621,78 2.731,16 Pertambangan dan Penggalian 205,76 219,37 231,33 Industri 5.932,29 6.196,54 6.442,21 Listrik, Gas dan Air Minum 34,53 37,54 40,86 Bangunan 455,64 500,55 545,94 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.226,10 3.431,96 3.655,45 Angkutan dan Komunikasi 326,49 350,99 1.577,84 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 540,82 595,52 655,16 Jasa-Jasa 2.167,80 2.367,79 2.529,84 Jumlah 15.389,01 16.322,04 18.409,80 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2013. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sektor industri menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Deli Serdang dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp.5.932,29 milyar tahun 2012 sebesar Rp.6.196,54 milyar dan pada tahun 2013 Rp.6.442,21 milyar atau total persentase keseluruhan (17,52%) Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat insentif dijadikan kajian sebagai obyek formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntunan industri, terutama di negara maju. Kegiatan penanganan, pengolahan, distribusi, dan pemasaran hasil pertanian dengan konsep peningkatan nilai tambah selanjutnya yang kita kenal sebagai agroindustri. Dengan deimikian, teknologi industri pertanian didefenisikan sebagai disiplin ilmu terapan yang menitik beratkan kepada perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi suatu sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan, dan energi) pada kegiatan agroindustri untuk mencapai kinerja (efisiensi dan efektifitas) yang optimal. 6

Selama ini nilai tambah komoditas hasil pertanian selalu diambil pihak lain. Padahal dengan pengembangan teknologi pertanian, sangat mungkin terbuka peluang baru untuk menghasilkan pertanian yang efisien. Menghadapi tantangan pembangunan yang semakin kompleks terutama dalam bidang pertanian maka diperlukan reformasi pembangunan pertanian yang menuju ke arah corak modern. Dukungan tinggi pada teknologi pertanian tidak saja memenuhi tuntutan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga akan memenuhi permintaan pasar seiring dengan meningkatnya selera konsumen dalam hal cita rasa fisik, standar gizi, dan kesehatan (Mangunwidjaja dan Sailah, 2002). Serat sabut kelapa merupakan salah satu alternatif produk yang dapat dikembangkan dari komoditi kelapa. Serat sabut kelapa merupakan produk hasil pengolahan industri sabut kelapa. Sabut kelapa sendiri terdiri dari serat (cocofiber) dan serbuk (cocopeat). Serbuk merupakan bagian yang menghubungkan untaian-untaian serat yang satu dengan yang lain. Pada industri serat sabut, serbuk tersebut dibuang sehingga dihasilkan serat yang bersih, licin dan mengkilat. Menurut syahril (2000) ada beberapa produk yang dapat dikembangkan agroindustri pengolahan sabut kelapa. Serat sabut kelapa (cocofiber) dapat dimanfaatkan menjadi keset, karpet, genteng, jok mobil, dashboard kendaraan, kasur, bantal dan lain-lain. Sedangkan serbuk kelapa (cocopeat) dimanfaatkan untuk timbunan lapangan golf, media penanaman angrek, produk pot-pot bunga, lapisan triplek dan lain-lain. Industri pengolahan serat sabut kelapa memberikan dampak lingkungan fisik yang positif oleh karena dapat mengurangi limbah sabut kelapa sebagai hasil 7

samping dari kegiatan usaha perdagangan buah kelapa. Keberadaan industri pengolahan serat ini menjadikan hasil samping sabut kelapa memberikan nilai tambah, sehingga meningkatkan pendapatan petani/pedagang buah kelapa. Pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku industri sehingga menjadi komoditi perdagangan menyebabkan terbukanya kesempatan kerja baru, yaitu dalam bentuk adanya pedagang pengumpul sabut kelapa serta usaha jasa transportasi (Palungkun, 1999). Pertumbuhan usaha kecil dan menengah di Kabupaten Deli Serdang menjadi penggerak perekonomian, hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Pertumbuhan Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Deli Serdang T.A 2007-2009. 600000000 500000000 400000000 300000000 200000000 100000000 0 Pertumbuhan UKM Di Kabupaten Deli Serdang T.A 2007-2009 Jumlah Usaha Kecil Menengah Tenaga kerja Modal Sumber : Dinas Koperasi, Kabupaten Deli Serdang, 2009 Volume usaha Dari tabel diatas pertumbuhan volume Usaha Kecil Dan Menengah di Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 adalah 567.508.415, tahun 2008 adalah 400.971.897 dan tahun 2009 adalah 428.858.12 data tersebut di atas terlihat sebuah gambaran potensial menyangkut prospek pengembangan Usaha Kecil Menengah sebagai salah satu motor penggerak perekonomian lokal. Hal ini dapat Aset 2007 673 97,501 543,250,125 567,508,415 473,127,510 2008 684 98,033 545,413,864 400,971,897 509,392,737 2009 691 98,473 547,216,946 428,858,127 539,613,750 8

dilihat dari trend peningkatan angka tenaga kerja yang terserap, akumulasi modal yang meningkat serta pertumbuhan volume dan aset usaha setiap tahunnya. Dalam usaha agroindustri kerajinan keset sabut kelapa di Desa Baru Kabupaten Deli Serdang memiliki pemasalahan seperti kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing maka, usaha agroindustri kerajinan keset sabut kelapa di Desa Baru Kabupaten Deli Serdang yaitu untuk mengetahui usaha agroindustri kerajinan keset sabut kelapa layak atau tidak layak untuk mengembangkan usaha agroindustri dan penggerak perekonomian lokal untuk usaha kecil mengengah di Kabupten Deli Serdang, juga usaha agroindustri ini menjadi peluang dalam pendayagunaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam usaha agroindustri ini. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam usulan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses produksi usaha agroindustri sabut kelapa menjadi kerajinan keset sabut kelapa di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis? 2. Bagaimana biaya produksi, penerimaan dan keuntungan usaha agroindustri sabut kelapa menjadi kerajinan keset sabut kelapa di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis? 3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha agroindustri sabut kelapa menjadi kerajinan keset sabut kelapa di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis? 9

1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis proses produksi usaha agroindustri sabut kelapa menjadi kerajinan keset sabut kelapa di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis. 2. Untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan dan keuntungan usaha agroindustri sabut kelapa menjadi kerajian keset sabut kelapa di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis. 3. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha agroindustri sabut kelapa menjadi kerajian keset sabut kelapa di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagi setiap masyarakat / kalangan yang membutuhkan mengenai usaha agroindusrti kerajinan keset sabut kelapa sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan untuk pemecahan permasalahan yang dialami oleh pelaku usaha agroindustri kerajinan keset sabut kelapa. 2. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian yang berkaitan dengan hal ini. 1.5 Kerangka Pemikiran Industri pembuatan kerajinan keset sabut kelapa merupakan salah satu jenis industri kecil menengah atau industri rumah tangga dengan memanfaatkan hasil pertanian produksi dari kelapa sebagai bahan baku utamanya. Kelapa memiliki banyak manfaat dari setiap bagian tanamannya baik batang, daun, buah 10

kelapa hingga sabut buah kelapa. Sabut buah kelapa yang menjadi salah satu bahan baku yang diolah menjadi kerajinan keset sabut kelapa. Biaya produksi usaha kerajinan keset sabut kelapa terdiri dari bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja dan peralatan yang mempengaruhi hasil produksi yang diterima. Jumlah produksi yang diterima akam mempengaruhi penerimaan pengusaha dimana besarnya produksi tersebut ditentukan produktivitas usaha kerajianan keset sabut kelapa. Penerimaan juga dipengaruhi harga jual produk, dimana penerimaan adalah perkalian jumlah produksi dengan harga jual produk. Keuntungan yang diterima pengusaha dari usaha kerajinan keset sabut kelapa merupakan selisish antara jumlah penerimaan dari usaha kerajinan keset sabut kelapa dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Usaha kerajinan keset ini dapat dikatakan layak apabila analisis ekonomi memberikan hasil yang layak yaitu jika B/C ratio > 1, dimana pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dari usaha kerajinan keset sabut kelapa. Kerajian sabut kelapa adalah sabut kelapa yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi sabut kelapa dan keset. Untuk para pengrajin sabut kelapa sendiri kebayakan adalah ibu-ibu dan untuk proses pembuatan setengah jadi oleh bapak-bapak. dengan kerajinan sabut kelapa para pengrajin ini dapat menghasilkan beberapa produksi seperti kerajinan sapu, keset dan sisa hasil produksi dibuat menjadi tali. Para pengrajin sabut kelapa ini adalah regenerasi warisan dari nenek moyang mereka yang sudah ada sebelumnya. Para pengrajin sabut kelapa ini mulai berdiri sejak tahun 1980 dan hingga kini masih aktif memproduksi kerajinan, 80% produk yang dihasilkan oleh pengrajin sabut kelapa merupakan sapu dan keset. (Damayanti, 2003) 11

Secara skematik, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Input Produksi: Usaha Sabut Kelapa 1. Bahan Baku 2. Bahan Penolong 3. Tenaga Kerja 4. Peralatan Produksi Harga Jual Penerimaan Biaya Produksi Keuntungan Analisis Kelayakan (B/C ratio) Layak (B/C > 1) Tidak Layak (B/C < 1) Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 12