BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

Mengetahui Hipertensi secara Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Karakteristik Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Hipertensi Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140 mmhg dan diastolik > 90 mmhg (Rachman, 2011). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle, hypertrophy (untuk otot jantung) dengan target organ diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan, 2007). 2. Klasifikasi Hipertensi Secara klinis hipertensi dapat dikelompokan sesuai rekomendasi dari Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (Muchid, A., 2006) sebagai berikut : 9

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur 18 tahun Tek darah sistolik Tek darah diastolic Klasifikasi tekanan darah mm Hg mm Hg Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi stage 1 140-159 90-99 Hipertensi stage 2 160 100 3. Jenis jenis hipertensi a. Hipertensi esensial / primer Tekanan darah meningkat disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus seperti keturunan, perubahan pada jantung dan pembuluh darah, bertambahnya umur, juga stress psikologis (Martuti, A., 2009). Hipertensi primer atau yang dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik merupakan kasus hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95% dari kejadian hipertensi secara keseluruhan (Adrogué & Madias, 2007 dalam Widyasari, D.F., & Candrasari, A., 2010). b. Hipertensi sekunder Hipertensi yang penyebab spesifiknya sudah diketahui, seperti gangguan pada ginjal, terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah, pengaruh obat obatan seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropeitin, kokain, penyalahgunaan alkohol, kayu manis (dalam jumlah yang sangat besar) (Martuti, A., 2009).

4. Pengendalian Hipertensi Hipertensi adalah memang penyakit yang berbahaya. Namun penyakit hipertensi dapat dikontrol, untuk itu dibutuhkan pengendalian tekanan darah yang tepat, salah satunya yaitu dengan memodifikasi gaya hidup. Oleh sebab itu semua pasien hipertensi harus melakukan perubahan pola hidup (therapeutic lifestylechanges), seperti berolahraga teratur, menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan, berhenti merokok, mengurangi asupan garam, dan lain-lain (Tedjasukmana, P., 2012). Sutomo, B. (2009) mengelompokan menjadi 2 faktor risiko hipertensi, yaitu faktor yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. a. Faktor risiko yang tidak bisa diubah 1. Ras Suku berkulit hitam berisiko lebih tinggi terkena hipertensi (Sutomo, B., 2009). 2. Usia Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambahnya usia seseorang, risiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon (Sutomo, B., 2009). Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan

dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Hardiman, A., 2006). 3. Riwayat keluarga Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang salah satu orangtuanya mengidap hipertensi, memiliki risiko 25% menderita hipertensi juga. Jika kedua orangtua hipertensi, 60% keturunannya mendapatkan hipertensi (Sutomo, B., 2009). Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial) (Hardiman, A., 2006). 4. Jenis kelamin Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya. Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita setelah berusia 55 tahun, atau yang mengalami menepouse (Sutomo, B., 2009). b. Faktor risiko yang bisa dikendalikan dan di ubah (berupa pola hidup) 1. Status berat badan Ada beberapa sebab mengapa kelebihan berat badan bisa memicu hipertensi. Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya, darah yang mengalir dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar. Tak hanya itu,

kelebihan berat badan membuat frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Lemak jenuh dan lemak trans yang masuk ke dalam tubuh patut diwaspadai. Konsumsi kedua lemak ini secara terus-menerus menyebabkan penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Akibatnya arteri menyempit dan perlu tekanan lebih besar untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh (Sutomo, B., 2009). Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991 dalam Hardiman, A., 2006). Nilai IMT dihitung menurut rumus : Indeks Massa tubuh (IMT) = Berat badan (kg) Tinggi badan (m 2 ) Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (II\/IT) Menurut WHO Indeks Massa Tubuh (IMT) (Kg/cm2) <16 16,00-16,99 17,00-18,49 18,50-24,99 25,00-29,99 30,00-39,99 >40 Kategori Kurus tingkat berat Kurus tingkat ringan Kurus ringan Normal Kelebihan berat badan tingkat 1 Kelebihan berat badan tingkat 2 Kelebihan berat badan tingkat 3 Sumber : WHO Exper Committee, 1996

Tabel 2.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Orang Indonesia IMT (Kg/cm2) < 17 Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Keadaan Kurus 17,0-18,5 Kekurangan berat badan tingkat ringan 18,5-25,0 Normal > 25,0 - < 27,0 > 27 Kelebihan berat badan tingkat rinqan Kelebihan berat badan tingkat berat Gemuk Sumber: Oil. Gizi Oepkes RI Jakarta, 1994 2. Aktivitas fisik Faktor ini merupakan salah satu langkah mengatasi faktor pertama dan kedua. Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi sehigga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi (Sutomo, B., 2009).. a. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu (Mukti, A. G., 2012). Menurut Karim, F. (2002), Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori). Dengan majunya dunia tehnologi memudahkan semua kegiatan sehingga menyebabkan kita kurang bergerak

(hypokinetic), seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa dimbangi dengan aktifitas fisik yang akan menimbilkan penyakit akibat kurang gerak b. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Karim, F., 2002). Olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan dengan frekuensi 3 5 kali seminggu dengan selang waktu satu hari istirahat (Mukti, A. G., 2012). 3. Konsumsi garam a. Natrium Beberapa orang lebih sensitive terhadap natrium. Tubuh mereka akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi retensi air dan peningkatan tekanan darah. Usia pun mempengaruhi kemampuan tubuh menahan natrium. Semakin tua umur seseorang, tubuhnya semakin sensitif terhadap natrium (Sutomo, B., 2009). Data dari suatu penelitian meta analisis didapatkan bahwa, adanya penurunan Na di dalam urine sebesar 1,8 gr per hari berbanding lurus dengan penurunan tekanan darah; (1) sistolik sebesar 2 mmhg dan 1 mmhg untuk tekanan darah diastolik pada pasien nonhipertensi, (2) 5 mmhg untuk tekanan darah sistolik dan 2,7 mmhg untuk tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi. Dari

penelitian ini disimpulkan bahwa penurunan asupan natrium dapat mencegah hipertensi (Janah, M., Sulastri, D., & Lestari, Y., 2013) Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak (Hardiman, A., 2006). b. Penyedap rasa Budiarso (2003), menyatakan bahwa sumber utama natrium atau sodium di negara negara Barat adalah garam dapur. Akan tetapi di Indonesia, disamping garam dapur dan ikan asin, sumber lain yang lebih potensial adalah monosodium glutamate (MSG/Vetcin). Kadar Natrium/sodium dalam 1 gram garam dapur setara dengan kadar natrium/sodium yang terkandung dalam 3 gram (1 sendok teh) MSG/Vetcin. Satu gram garam dapur membuat 1 mangkok sop atau mie menjadi asin, Sebaliknya 3 gram MSG/Vetcin tidak terasa asin, malah terasa lezat dan gurih. Sehingga secara tidak sadar, bisa keracunan natrium atau sodium karena penambahan MSG/Vetcin yang berlebih. 4. Manajemen Stres Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stress datang, tetapi sifatnya hanya sementara. Stres juga bisa memicu seseorang berperilaku buruk yang bisa meningkatkan risiko hipertensi (Sutomo, B., 2009). Stres

adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, khususnya hipertensi, dan stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Muhlisin, A., & Laksono, R.A., 2011). Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain lain (Sunaryo., 2002). Untuk itu dibutuhkan manajemen stress. Memanajemen stres berarti Membuat perubahan dalam cara berpikir dan mekanisme koping dalam menghadapi tekanan hidup dan cara berperilaku dalam lingkungan ( Margiati, L.,(1999)). Menurut Ibnu, I.F., & Saleh, U., ( 2010) untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis. a. Lapis pertama (primary prevention) dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya: skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skillmengorganisasikan, menata, dst. b. Lapis kedua (Secondary prevention), strateginya kita menyiapkandiri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat, meditasi, dst. c. Lapis ketiga (Tertiary prevention), strateginya kita menanganidampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuanjaringan supportive (social-network) ataupun bantuan profesional.

5. Status merokok Zat-zat kimia tembakau seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap rokok, membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah (Sutomo, B., 2009). Dari segi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain (Komalasari & Helmi, 2000 dalam Oroh, D.N., kandou, G.D.,& Malonda, N.S., 2013). 6. Sindroma resistensi insulin atau sindroma metabolik Faktor ini dipercaya para dokter sebagai faktor genetik. Glukosa hasil sintesa makanan akan diangkut oleh darah ke seluruh tubuh lalu diubah menjadi sumber energi. Agar glukosa bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh dibutuhkan insulin. Namun, ada beberapa orang yang kurang mampu merespon insulin sehingga tubuh memproduksi lebih banyak insulin. Lama-kelamaan, pankreas tidak mampu lagi mengatasi resistensi insulin. Kondisi ini akan mengarah ke diabetes tipe II. Inilah kenyataan mengapa diabetes sangat berkaitan dengan hipertensi (Sutomo, B., 2009). Sindrom metabolik terutama disebabkan oleh obesitas dan resistensi insulin. Pada obesitas, terjadi resistensi insulin dan gangguan fungsi endotel pembuluh darah yang menyebabkan vasokonstriksi dan reabsorbsi natrium di ginjal dan menyebabkan hipertensi. (Haris, S., & Tambunan, T., 2009).

7. Kalium rendah Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, natrium yang berlebihan di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan sehingga risiko hipertensi meningkat (Sutomo, B., 2009). 8. Konsumsi minuman beralkohol Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol. Hubungan alkohol dan hipertensi memang belum jelas. Tetapi penelitian menyebutkan, risiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika mengonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih (Sutomo, B., 2009). menjadi 2, yaitu Widyanto, F.C., (2013) penatalaksanaan hipertensi dapat dibedakan 1. Terapi Non farmakologis Terapi non farmakologis dalam mengatasi hipertensi ditekankan pada berbagai upaya berikut : a. Mengatasi obesitas dengan menurunkan berat badan berlebih b. Latihan fisik (olahraga) secara teratur c. Pemberian kalium dalam bentuk makanan dengan konsumsi buah dan sayur d. Mengurangi asupan garam dan lemak jenuh e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol f. Menciptakan keadaan rileks

2. Terapi Farmakologis Terapi farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat anti hipertensi yang secara khusus diharapkan : a. Mempunyai bioavailabilitas yang tinggi dan konsisten sehingga evektifitasnya dapat diperkirakan ( predictable) b. Mempunyai waktu paruh (plasma elimination half-life) yang panjang sehingga diharapkan mempunyai efek pengendalian tekanan darah yang panjang pula c. Smooth onset of action dengan kadar puncak plasma setelah 6 12 jam untuk mengurangi kemungkinan efek mendadak seperti takikardia d. Mengingatkan survival dengan menurunkan risiko gagal jantung dan mengurangi recurrent (serangan balik) infark miokard Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan hipertensi dengan farmakologis : a. Diuretik thiazide Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan hilangnya kalium melalu air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik

sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,kegemukan, dan penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun. b. Penghambat andrenergik Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari a-blocker, b-bloker dan a-b-bloker labetalol. Obat ini menghambat efek system saraf simpatis yang merupakan sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Obat jenis ini yang paling sering digunakan adalah b-blocker, yang efektif diberikan pada klien usia muda, klien dengan riwayat serangan jantung, klien dengan denyut jantung yang cepat, angina pectoris (nyeri dada), dan sakit kepala migren. c. ACE-inhibitor (angiotensin-converting enzyme) ACE-inhibitor menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan pada orang kulit putih, usia muda, klien gagal jantung, klien proteinuria karena penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, dan klien dengan impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. d. Angiotensin-II-bloker Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

e. Antagonis kalsium Penggunanaan antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang berbeda. Obat ini efektif diberikan pada orang kulit hitam, lansia, klienangina pectoris (nyeri dada), takikardi, dan sakit kepala migren. Contoh golongan obat antagonis kalsium adalah nifedipine dengan kerja yang cepat dan dapat diberikan per-oral (ditelan). Obat ini dapat menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat. f. Vasodilator langsung Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya. 5. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasikan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau penurunan elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny, Setiawan, & Fatimah S., 2008). Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan memiliki kekuatan untuk menekan

dinding pembuluh darah tersebut, inilah yang disebut sebagai tekanan darah (Martuti, A., 2009) Martuti, A. (2009) terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : a. Meningkatkan kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga volume cairan yang megalir setiap detik bertambah besar. b. Arteri besar kaku, tidak lentur sehingga pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut ia tidak dapat mengembang. Darah kemudian akan mengalir melalui pembuluh yang lebih sempit sehingga tekanan naik. Menebal dan kakunya dinding arteri pada orang usia lanjut, dapat terjadi karena arteriosklerosis (penyumbatan pembuluh arteri). Peningkatan tekanan darah juga mungkin terjadi oleh adanya rangsang saraf atau hormone di dalam darah sehingga arteri kecil mengerut untuk sementara waktu. c. Pada penderita kelainan fungsi ginjal terjadi ketidakmampuan membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga naik.

B. Lansia 1. Definisi Lansia Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enampuluh) tahun ke atas. 2. Batasan batasan Lanjut Usia Menurut World Health Organization (WHO) dalam Efendi, F., & Makhfudli. (2009), lanjut usia antara lain : a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45 59 tahun b. Lanjut usia (erderly) adalah kelompok usia 60 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) adalah kelompok usia 75 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun. 3. Tipe Lansia 5 tipe kepribadian lansia menurut Kartinah, & Sudaryanto, A, (2008) sebagai berikut: a. Tipe Kepribadian Konstruktif (construction personalitiy) Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b. Tipe Kepribadian Mandiri (independent personality) Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (dependent personalitiy) Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (hostility personality) Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (self hate personalitiy) Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluargannya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wredha, lansia yang di rawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental (Maryam, R.S., et al, 2008).

4. Tugas perkembangan lansia Menurut Erikson dalam Maryam, R.S., et al, (2008), kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut di pengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada saat sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut mereka akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukakn pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain. Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun b. Mempersiapkan diri unttuk pensiun c. Membentuk hubungan baik dengan seusianya d. Mempersiapkan kehidupan baru e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

5. Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah (Tamher, S.,& Noorkasiani., 2009). Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional (Kresnawati, I., & Kartinah., 2010). 6. Kesehatan Lanjut Usia Menurut Bustan (2007) dalam Simanullang, P., Suska, F., & Asfriyati. (2011), secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf: otak, isi perut: limpa,hati, (3) perubahan panca indra: penglihatan,pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan di dalam bergerak. Selanjutnya menurut Bustan (2007) dalam Simanullang, P., Suska, F., & Asfriyati. (2011), penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik (diabetes mellitus), gangguan persendian (arthritis, encok dan terjatuh), gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak berfungsi lagi).

C. Kerangka Teori Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: 1.Lingkungan 2. perilaku 3. pelayanan kesehatan 4. keturunan

D. Kerangka Teori Faktor risiko yang tidak bisa diubah: 1. Ras 2. Usia 3. Riwayat keluarga 4. Jenis kelamin + Faktor risiko yang bisa dikendalikan dan di ubah : 1. Status berat badan 2. Aktivitas fisik 3. konsumsi garam 4. manajemen stres 5. status merokok 6. Sindroma resistensi insulin atau sindroma metabolik 7. Kalium rendah 8. Konsumsi minuman beralkohol status tekanan darah status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor yaitu: 1.Lingkungan 2. perilaku 3. pelayanan kesehatan 4. keturunan Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Ket : Tidak diteliti-------------------- (garis putus putus) sumber : Sutomo, B. (2009), Hendrik L Blum dalam Siswanto, H. (2002).

E. Kerangka Konsep Faktor risiko yang bisa dikendalikan dan di ubah : 1.Status berat badan 2.Aktivitas fisik 3.konsumsi garam status tekanan darah 4.Manajemen stres Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian F. Hipotesis Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini penulis rumuskan dalam hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan status berat badan lansia dengan hipertensi terhadap status tekanan darah 2. Ada hubungan aktivitas fisik lansia dengan hipertensi terhadap status tekanan darah 3. Ada hubungan konsumsi garam lansia dengan hipertensi terhadap status tekanan darah 4. Ada hubungan manajemeng stres lansia dengan hipertensi terhadap status tekanan darah.