BAB I PENDAHULUAN. adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKANN

BAB I PENDAHULUAN. instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, 2005), hlm. 51. hlm.2. 1 Achmad Sugandi, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT

BAB IV MANAJEMEN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SMK SYAFI I AKROM PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

MANAJEMEN KEUANGAN PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN. Kegiatan pengelolaan keuangan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) MTs NEGERI 1 RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB II KAJIAN TEORI. dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

STANDAR PEMBIAYAAN PEMBELAJARAN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERIAN BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS)

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu : 1. Pemerataan dan perluasan akses.

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

KATA PENGANTAR. P a g e 1

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen pembiayaan pendidikan di

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

APBD BANTEN 2013 CAPAI RP6.052 TRILIUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar


PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

Standar Pembiayaan STIKES HARAPAN IBU

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di MIS Al Jihad Sunggal dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki,

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

VII. STANDAR PEMBIAYAAN

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Batasan Masalah 6. C. Rumusan Masalah 7. D. Luaran Penelitian 7. E. Kerangka Pikir Penelitian 8

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Universitas Respati Yogyakarta. Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : ; Fax :

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

STANDAR PEMBIAYAAN PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

Item Penilaian INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat dua agenda penting pemerintah berkenaan dengan bidang pendidikan, yaitu; peningkatan mutu Pendidikan Nasional dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua lapisan masyarakat Indonesia. Dalam rangka mewujudkan agenda tersebut, pemerintah melalui beberapa kebijakannya berupaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas, di antaranya adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Dalam pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 dinyatakan Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (Fahrurrozi, Media Pendidikan. XII No 2 2012/1433: 224). Penerapan peraturan dan sistem manajemen keuangan yang baku dalam lembaga pendidikan tidak dapat disangkal lagi. Permasalahan terjadi di dalam lembaga terkait manajemen keuangan pendidikan diantaranya sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang serampangan, tidak mendukung visi, misi dan kebijakan sebagaimana tertulis di dalam rencana strategis lembaga pendidikan. (Abubakar dan Taufani C. Kurniatun dalam Buku Manajemen Pendidikan, Tim Dosen Administrasi UPI, 2015: 256)

2 Terkait dengan manajemen keuangan madrasah, sumber pendapatan dari Madrasah Tsanawiyah Pesantren Pembangunan Cigaru, Majenang, Cilacap diperoleh dari wali murid melalui komite madrasah yang berupa Sumbangan Operasional Pendidikan (SOP) tiap bulan, Infak jariyah satu tahun sekali atau yang biasa dikenal dana pembangunan madrasah (Surat Pemberitahuan Hasil Rapat Komite dan Ulangan Akhir Semester Gasal, MTs.8/13/PP/.005/118/2016), dan bantuan operasional sekolah dari pemerintah (BOS) pusat (Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah RKAM MTs Pesantren Pembangunan Majenang Tahun Pelajaran 2015-2016). Biaya SOP tiap bulan pada tahun 2016 di MTs Pesantren Pembangunan Majenang yaitu Rp 30.000. hal tersebut diketahui pada laporan pertanggungjawaban SOP MTs Pesantren Pembangunan Majenang Tahun Pelajaran 2015-2016. Sedangkan biaya pada tahun pelajaran 2016-2017 yaitu sebesar Rp 35.000. Biaya Jariyah untuk tahun 2016-2017 yaitu Rp 350.000 untuk kelas 7, Rp 225.000 untuk kelas 8, dan Rp 150.000 untuk kelas 9 Hal tersebut tercantum pada surat pemberitahuan hasil rapat pleno Komite dan UAS pada tanggal 21 November 2016 (MTs.8/13/PP.00.5/118/2016). Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di dapatkan dalam triwulanan atau empat kali dalam satu tahun. Dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah MTs Pesantren Pembangunan Cigaru, Majenang Tahun pelajaran 2015/2016 jumlah penerimaan dana nya yaitu sebesar Rp 1.130.005.000. uraian dana nya yaitu Bantuan Operasional Sekolah Rp 735.000.000, kemudian Pendapatan Asli

3 Sekolah antara lain: SPP sebesar Rp 253.080.000 dan Infak Jariyah sebesar Rp 141.925.000 (RKAM MTs Pesantren Pembangunan Majenang Tahun 2015/2016). Sedangkan jumlah pengeluarannya sebesar Rp 1.130.005.000, pengluaran digunakan untuk program madrasah dan belanja lainnya. Program madrasah yaitu program pengembangan standar pendidikan. Uraiannya adalah Rp 61.428.000 untuk pengembangan kompetensi lulusan, Rp 500.000 untuk pengembangan Kurikulum/KTSP (standar isi), Rp 107.060.000 untuk pengembangan proses pembelajaran (standar proses), Rp 7.400.000 untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, Rp 70.200.000 untuk pengembangan sarana dan prasarana madrasah, Rp 35.460.000 untuk pengembangan dan implementasi manajemen madrasah, Rp 306.351.600 untuk Pengembangan dan panggilan sumber dana pendidikan (standar Pembiayaan) dan Rp 45.212.000 untuk pengembangan dan Implementasi sistem penilaian. Kemudian untuk belanja lainnya sebesar Rp 494.393.300 (RKAM MTs Pesantren Pembangunan Majenang Tahun 2015/2016). Laporan pertanggung jawaban SOP tahun 2015/2016 berjumlah sebesar Rp 930.693.986 pada kolom pemasukan dan Rp 919.674.986 pada kolom pengeluaran. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa madrasah memiliki saldo lebih sebesar Rp 11.019.000. Madrasah Tsanawiyah Pesantren Pembangunan berbeda dengan madrasah lain, yang biasanya jumlah anggaran sama dengan jumlah pengeluaran atau bahkan kekurangan dana, justru madrasah ini memiliki saldo lebih yang berarti pengalokasian dana saat penganggaran keuangan madrasah terserap dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan madrasah. Rencana

4 Kegitan dan Anggaran Madrasah di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Pembangunan Majenang ternyata belum ditanda tangan oleh Komite Madrasah dan Kepala Sekolah. Karena itu perlu diteliti bagaimana proses penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah, dan mengapa dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah tahun 2016/2017 belum ditanda tangan? Berdasarkan uraian di atas penelitian ini diarahkan upaya menyelidiki masalah perencanaan anggaran keuangan di MTs Pesantren Pembangunan. Penelitian ini selanjutnya diberi judul Penganggaran Keuangan Madrasah (Penelitian di MTs Pesantren Pembangunan Cigaru, Majenang, Cilacap) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas ialah: 1. Bagaimana profil MTs Pesantren Pembangunan Majenang, Cilacap? 2. Bagaimana Mengidentifikasi kegiatan dan sumber yang dinyatakan dalam uang di MTs Pesantren Pembangunan Majenang? 3. Bagaiamana menyusun budgeting di MTs Pesantren Pembangunan Majenang? 4. Bagaimana revisi anggaran di MTs Pesantren Pembangunan Majenang? 5. Bagaimana persetujuan anggaran di MTs Pesantren Pembangunan Majenang? 6. Bagaimana pengesahan anggaran di MTs Pesantren Pembangunan Majenang?

7. Bagaimana implementasi prinsip manajemen keuangan dalam penyusunan anggaran keuangan? 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui profil MTs Pesantren Pembangunan Majenang, Cilacap 2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi kegiatan dan sumber yang dinyatakan dalam uang di MTs Pesantren Pembangunan Majenang. 3. Untuk mengetahui penyusunan budgeting di MTs Pesantren Pembangunan Majenang. 4. Untuk mengetahui revisi anggaran di MTs Pesantren Pembangunan Majenang. 5. Untuk mengetahui persetujuan anggaran di MTs Pesantren Pembangunan Majenang. 6. Untuk mengetahui pengesahan anggaran di MTs Pesantren Pembangunan Majenang. 7. Untuk mengetahui implementasi prinsip manajemen keuangan dalam penyusunan anggaran keuangan. Adapun Kegunaan penetilian ini yaitu untuk:

6 1. Kegunaan Teoritis, hasil penelitian diharapkan mampu memperkuat dan mengembangkan teori-teori tentang pengelolaan keuangan di madrasah. 2. Kegunaan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan konsep pengelolaa keungan di madrasah. D. Kerangka Pemikiran Pendidikan memiliki tujuan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan ini tentu saja meliputi pelbagai pendidikan yang ada di Indonesia baik itu pendidikan formal maupun nonformal. Setiap lembaga pendidikan memiliki tujuan masing-masing yang menjadikan manajemen sebagai fungsi dalam mencapai tujuannya secara efektif. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 telah menetapkan standar-standar nasional pendidikan yang salah satunya yaitu tentang standar pembiayaan pendidikan (Jaja, 2013: 91). Salah satu komponen yang penting yaitu manajemen keuangan/pembiayaan pendidikan. Dana memainkan peran penting dalam pendidikan pada tiga area: pertama, ekonomi pendidikan dalam kaitannya dengan pengeluaran masyarakat secara keseluruhan; kedua, keuangan sekolah kaitannya dengan kebijakan sekolah untuk menterjemahkan uang terhadap layanan kepada peserta didik; dan ketiga, pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir secara langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan. Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana mengalokasikan sumber-sumber terbatas untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam mungkin tak terhingga. (Mulyasa, 2013: 195)

7 Pembiayaan pendidikan, merupakan aktivitas yang berkenaan dengan perolehan dana (pendapatan) yang diterima dan bagaimana penggunaan dana tersebut dipergunakan untuk membiayai seluruh program pendidikan yang telah ditetapkan. Seperti, dikemukakan oleh Thomas John (1985: 20), yaitu bagaimana uang diperoleh untuk membiayai lembaga pendidikan, dari mana sumbernya, dan untuk apa dibelanjakan serta siapa yang membelanjakan (Akdon, 2015: 23). Manajemen Keuangan Sekolah (pembiayaan sekolah) pada dasarnya merupakan bagian dari pembiayaan pendidikan yang tercermin dari anggaran yang ditetapkan oleh sekolah, sehingga untuk bidang ini diperlukan penanganan yang serius, agar dicapai suatu proses pengelolaan yang efektif dan efisien dalam mengelola anggaran serta program-program yang dibiayai dalam mencapai tujuan pendidikan sekolah (Uhar, 2010: 270). Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pembiayaan, yang dimaksud dengan standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun (Pasal, ayat 10). Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal (Pasal 62, ayat 1) (Fattah, 2016: 93). Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.

8 Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbakan oleh siswa selama belajar (Fattah, 2012: 23). Biaya pendidikan adalah nilai rupiah yang digunakan untuk kegiatan pendidikan yang terdiri dari seluruh sumber daya. Menurut Permendiknas no 69 tahun 2009, yang termasuk ke dalam biaya pendidikan, antara lain Biaya Alat Tulis Sekolah (ATS), Biaya Bahan dan Alat Habis Pakai (BHAP), Biaya pemeliharaan dan perbaikan, Biaya daya dan jasa, Biaya transportasi/ perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa/ekstrakurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktik kerja industri dan biaya pelaporan (Fattah, 2016: 96). Anggaran menyediakan konteks bagi proses perencanaan atau seperangkat kegiatan yang berdasarkan jenis manusianya dan dapat diterapkan. Selanjutnya anggaran menjadi dokumen yang merangkum keputusan-keputusan rencana. Dalam hal ini anggatan bertindak sebagai alat untuk menjamin kehati-hatian dan kejujuran dalam mengutus dana publik. Anggaran merupakan dokumen publik yang bisa saja dipelajari oleh orang di luar sistem (Fattah, 2016: 56). Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Anggaran sebagai rencana operasional yang dalam satuan uang menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Pada dasarnya penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau perundingan antara

9 puncak pimpinan dengan pimpinan dibawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. (Akdon, 2015: 78) Menurut Nanang Fattah (2016: 55) Salah satu komponen manajemen keuangan yaitu prosedur penyusunan anggaran dan akan disebutkan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran; (2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang; (3) Semua sumber-sumber dinyatakan dalam uang, jasa dan barang; (4) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial; (5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang; (6) Melakukan revisi ulang anggaran; (7) Persetujuan usulan anggaran; (8) Pengesahan anggaran. Sumber-sumber biaya pendidikan antara lain dari (1) pemerintah seperti APBN d an APBD; (2) sekolah (iuran siswa); (3) masyarakat (sumbangan); (4) dunia bisnis (perusahaan); dan (5) hibah (Dadang, et al., 2012: 21). Untuk meningkatkan kualitas manajemen keuangan madrasah maka dalam pembiayaan madrasah yang efektif harus memperhatikan prinsip manajemen pembiayaan pendidikan yaitu sebagai berikut: (1) Akuntabilitas (Accountability); (2) Transparan (Transparency); (3) Integritas (Integrity); (4) Konsistensi (Consistensy); (5) Efektif dan Efisien. Dalam skripsi ini akan dibahas Profil MTs Pesantren Pembangunan Majenang, Cilacap, mengidentifikasi kegiatan dan sumber yang dinyatakan dalam uang, menyusun bugdeting, revisi anggaran di Madrasah Tsanawiyah Pesantren

10 Pembangunan Majenang, persetujuan anggaran di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Pembangunan Majenang, dan pengesahan anggaran di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Pembangunan Majenang, dan implementasi prinsip manajemen keuangan pada penganggaran di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Pembangunan Majenang, Cilacap. Untuk mempermudah pemahaman bagi pembaca maka dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Kerangka Pemikiran Penganggaran Keuangan Madrasah ( Penelitian di MTs Pesantren Pembangunan Majenang, Cilacap) PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas No. 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Pendidikan Teori Budgeting MTs Pesantren Pembangunan Cigaru, Majenang, Cilacap Sebagai Salah satu Lembaga Pendidikan Islam Implementasi Penganggaran Keuangan Madrasah di MTs Pesantren Pembangunan Majenang, Cilacap.