RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagaimana dijelaskan (Azwar, 2010, p. 5) penelitian dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional

HUBUNGAN KONFORMITAS DAN OBEDIENCE DENGAN AGRESIVITAS PADA ANGGOTA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT) NASKAH PUBLIKASI. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. merebak dan hal tersebut merupakan suatu bentuk agresi. ditujukan pada seseorang atau benda. Chaplin (2005) juga menyebutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghindari perlakuan itu (Krahe, 2005, pp ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2009, p.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB III METODE PENELITIAN

Agresivitas Mahasiswa Suku Madura, Minang, Gorontalo, dan Jawa Di Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

Bab 3. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembinaan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani

PENGARUH TEKNIK KATARSIS TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS PERILAKU AGRESI SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 15 BOGOR

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam, seperti video game, offline game serta game online, kalangan pelajar yang menyukai game untuk terus memainkannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai metode penelitiannya. Adapun pembahasan dalam metode penelitian ini. A. Tipe Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

AGRESIVITAS DAN KONTROL DIRI PADA REMAJA DI BANDA ACEH Mohammad Arif Sentana. Intan Dewi Kumala

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN AGRESIVITASPADA ANGGOTA PENCAK SILAT (Study Pada PSHT DAN IKS PI Kera Sakti Bojonegoro)

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

BAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

SHAKINA DEARASSATI PA07

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku agresif suporter sepak bola. ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA FRUSTRASI DENGAN AGRESIVITAS SISWA SMP NEGERI 3 SURUH NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN AGRESIVITAS PADA MASA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu agama di suatu pondok-pondok pesantren tertentu. Seperti halnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB VI PERILAKU TAWURAN

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional peneliti dapat mengetahui hubungan sebuah variabel dengan variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. Agresi dan kekerasan tampaknnya sudah tidak aneh lagi terjadi disekitar kita. dipelajari dari lingkungan, bukan yang diwariskan.

Transkripsi:

RINGKASAN SKRIPSI A. PENDAHULUAN Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia persilatan memang sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan pencak silat yang tampak terlihat memberikan kesan penuh dengan kekerasan (agresive), meskipun norma yang berlaku didalamnya seperti itu. Resiko untuk melakukan tindak kekerasan memang lebih besar dapat terjadi jika kondisi orang tersebut adalah anggota suatu kelompok, dimana kekerasan fisik sebagai normanya, seperti dalam kelompok pencak silat. Namun tidak hanya kekerasan dalam bentuk fisik saja terjadi pada anggota pencak silat ini, melainkan kekerasan dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak silat PSHT dan IKS-PI Kera Sakti ini saling adu mulut (mencela, mencaci maki, memfitnah satu sama lain). Menurut Sarlito (2005) dalam dalam (Nurfaujiyanti, 2010) salah satu faktor yang bisa dikendalikan untuk mengurangi kemungkinan kekerasan adalah secara teknis, yaitu peningkatan pengendalian. Padahal para anggota pencak silat juga digembleng mental dan rohaninya, tapi entah kenapa masih belum bisa untuk mengontrol emosinya ketika mengetahui kelompok pencak silat lainnya mendirikan latian dan sebagainya. Secara umum Brehm & Kassin dalam Susetyo (1999) mendefinisikan agesivitas sendiri sebagai perilaku yang dimaksut untuk melukai orang lain. Weaner dalam Sears, Freedman & Peplau (1991)

menyatakan bahwa amarah akan muncul bila serangan atau frustasi yang dialami dianggap sebagai akibat pengendalian internal dan pribadi orang lain. Hal ini dapat diminimalisir dengan orientasi religius pada faktor kemampuan mengontrol diri. DeWall, Baumeisteir, Stillman, dan Gailliot (2007) mengadakan penelitian kepada beberapa mahasiswa di Amerika, yang hasilnya menyatakan, regulasi diri yang kurang efektif dapat menimbulkan perilaku agresif, sedangkan mereka yang memiliki regulasi diri efektif akan lebih mampu mengendalikan dirinya. Baumeisteir, Gailliot, Dewall, Nathan, dan Oaten (2006) dalam penelitiannya juga menghasilkan hal yang sama, dengan dinyatakan bahwa pengendalian diri yang teratur dapat menghasilkan regulasi diri yang baik, sehingga lebih mampu untuk memunculkan perilaku yang dianggap sesuai. Secara teoritik agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis (Anderson & Huesman, 2007). Aspek terpenting dari agresif adalah maksud untuk mencelakai dan secara sosial tidak dapat diterima (Gamayanti, dkk 2006).Berkaitan dengan agresi Anderson Bushman (2000) menemukan bahwa permainan yang bernuansa kekerasan terdapat potensi agresifitas di dalamnya. Sedangkan Young (2009), menunjukkan bukti terkait permainan online yang sedang digandrungi oleh remaja, menurut penemuan Young, game online yang bercorak agresiv berkontribusi terhadap kecenderungan agresiv pada remaja. Selain

temuan Young tersebut, Ando, Asakura, Ando & Morton 2007 menemukan bahwa perilaku agresif pada manusia dibentuk oleh pengalaman sosial. Tidak heran sebenarnya jika anggota pencak silat ini berperilaku agresif, tapi tidak untuk hal yang menyimpang dari norma masyarakat. PSHT dan IKS PI Kera Sakti adalah dua organisasi/perguruan pencak silat yang berada dibawah naungan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Kedua organisasi pencak silat ini sama-sama memiliki ajaran yang baik dan berbudi luhur yang seharusnya diaplikasikan untuk kehidupan sehari-hari dengan mampu mengontrol diri sendiri dan bersikap agresif pada waktu dan tempat yang tepat. Akan tetapi dimasyarakat tidak jarang kita dengar kabar tentang perkelahian antara Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dengan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKS PI) Kera Sakti. Seperti waktu lalu yang terjadi di daerah Jombang Jawa Timur (Senin, 14.11.2011) Ratusan orang dari dua perguruan pencak silat di Jawa Timur terlibat tawuran massal. Tawuran terjadi di jalan raya Kabuh Jombang, Minggu siang.tawuran terjadi saat anggota perguruan silat Kera Sakti pulang dari pengukuhan anggota baru di Madiun dan diserang kelompok perguruan silat Setia Hati Teratai. Akibatnya 6 orang pendekar terluka terkena sabetan senjata tajam. http://m.indosiar.com/fokus/dua-perguruan-silat-terlibat tawuran_92752.html. Hal serupa juga pernah terjadi di daerah Bojonegoro Jawa Timur, Rabu 13 Nopember 2013 beberapa anggota pencak silat diamankan pihak kepolisian

karena terlibat tindak pengeroyokan meskipun berbeda kasus tapi hal ini juga termasuk tindakan kekerasan, padahal dalam setiap perguruan sudah diajarkan untuk tidak mudah terpancing amarah dan emosinya, untuk saling memupuk cinta kasih pada sesama manusia umumnya, untuk tidak menggunakan kemampuan pencak silat disembarang tempat, dan juga tidak mudah terprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dari sekilas pemaparan di atas membuat peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Kontrol Diri dengan Agresivitas pada Anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate dan IKS-PI Kera Sakti.Selain itu, penelitian tentang kontrol diri dan agresivitas masih belum pernah peneliti ketahui ada yang dilakukan pada anggota pencak silat. Sehingga hal inilah yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kontrol diri dengan agresivitas pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dan IKS-PI Kera Sakti. B. KAJIAN TEORI Self Control (kontrol diri) merupakan kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impulsimpuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2009, p. 451). Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri (Risnawati, 2014, p. 22).

Goldfried dan Merbaum (1976), mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Risnawita, 2014, p. 22). Averill (Risnawita, 2014, p. 29) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (Behavior control), kontrol kognitif (Cognitive control) dan mengontrol keputusan (decesional control). Sebagaimana faktor psikologis lainnya kontrol diri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang memepengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu) (Risnawita, 2014, p. 32). (Chaplin, 2009, p. 15) mengatakan Aggression (agresi, penyerangan, serangan) adalah satu serangan atau serbuan; tindakan permusuhan ditujukan pada seseorang atau benda. Berkowitz (1993) mendefinisikan agresivitas sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental (Sobur, 2009, p. 432). Menurut Sarwono, 1997: 296 (Sobur, 2009, p. 432) setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresi. Baron, (dalam Koeswara, 1988) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku

individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Menurut Buss ada 8 agresivitas (Morgan, 1987) dalam (Nashori, 2008, p. 100) yaitu : a. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara langsung misalnya menusuk, memukul, mencubit, menembak orang lain. b. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya membuat jebakan untuk mencelakakan orang lain. c. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara langsung misalnya tidak memberikan jalan untuk orang lain. d. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menolak untuk melakukan sesuatu, menolak mengerjakan perintah orang lain. e. Agresivitas verbal aktif secara langsung misalnya mencaci maki orang lain. f. Agresivitas verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menyebarkan gosip kepada orang lain. g. Agresivitas verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalnya tidak mau berbicara pada orang lain. h. Agresivitas verbal pasif fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya diam saja meskipun tidak setuju. Barbara Karhe dalam (Mahmudah, 2010, p. 107) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi faktor agresi seseorang, yaitu : Faktor Personalitas, Faktor Situasi, dan Faktor Pengaruh Media.

C. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan penulis untuk penelitian ini adalah metode penelitian Kuantitatif Korelasional. Menurut (Azwar, 2010, pp. 8-9) penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dari Penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada-tidaknya efek variabel satu terhadap variabel yang lain. Sedangkan variabel-variabel yang akan diteliti adalah : 1. Variabel bebas adalah faktor sebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kontrol Diri (X). 2. Variabel terikat adalah konsekuensi atau faktor akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Agresivitas (Y) Selanjutnya Variabel penelitian didefinisikan secara operasional sebagai berikut : Definisi operasional kontrol diri menurut peneliti adalah kemampuan seorang individu untuk memproses informasi atau stimulus yang diperoleh agar bisa menekan perilaku impulsifnya, dengan cara mengontrol kognitif, perilaku (behavior) dan pengambilan keputusan. Adapun aspek dari Kontrol Diri ada 3, yaitu : Kontrol Kognitif, Kontrol Perilaku (Behavior), Kontrol dalam Pengambilan Keputusan. Definisi operasional agresivitas menurut peneliti adalah agresivitas bisa tampak secara nyata dan langsung, tindakan kekerasan atau perilaku agresif itu bisa dilakukan secara fisik (memukul, mencubit,

menendang, membakar, merusak, membunuh) dan verbal (mengejek, mencela, mengumpat, membentak), dengan tujuan untuk menyakiti atau merugikan orang lain, atau merusak obyek lain. Perilaku agresif itu sendiri bisa muncul karena modeling pada lingkungan sekitar, baik keluarga atau model (individu) yang sering di amati atau dilihatnya. Bentuk Agresivitas sendiri ada 2 macam yaitu fisik dan non fisik. Populasi bisa didefinisikan juga sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2007, p. 77). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 300 anggota pencak silat PSHT dan 300 anggota IKS-PI Kera Sakti. Jadi jumlah populasi adalah 600 anggota pencak silat PSHT dan IKS-PI Kera Sakti. Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena sampel merupakan bagian dari populasi, tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Sampel menurut Arikunto adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua, tetapi jika subyeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Secara umum semakin besar sampel maka semakin representative (Arikunto.S, 2006, p. 112). Sedangkan teknik sample yang digunakan adalah simple random sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2013, p. 120)

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dan IKS-PI Kera Sakti yang masing-masing diambil 25% dari jumlah populasi.sampel pada anggota PSHT 25% 300 = 75 orang. Sedangkan untuk anggota IKS-PI Kera Sakti 25% 300 = 75 orang. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini, Kontrol Diri pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKS PI) Kera Sakti menurut data yang diperoleh bahwa kategori tingkat kontrol tinggi sebesar 43,3 % yang berjumlah 65 orang, pada tingkat kategori sedang 56 % yang berjumlah 84 orang sedangkan pada kategori rendah 0,6 % yaitu hanya 1 orang yang memiliki kontrol diri rendah. Berdasarkan hasil data penelitian pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKS PI) Kera Sakti dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat kontrol diri anggotanya adalah pada kategori sedang. Agresivitas pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti menurut data yang diperoleh bahwa kategori tingkat agresivitas tinggi sebesar 0 % yang artinya tidak ada sama sekali anggota pencak silat yang memiliki tingkat agresivitas tinggi, sedangkan pada taraf sedang 72,6 % sebanyak 109 orang dan pada kategori rendah 27,3 % yaitu 41 orang yang memiliki agresivitas rendah. Berdasarkan hasil data penelitian pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate

dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat agresivitas anggotanya pada kategori sedang, meskipun hasil nilainya besar. Ada hubungan yang negatif antara kontrol diri dengan agresivitas pada anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti, penandaan hipotesa diterima dengan koefisien korelasi yang diperoleh adalah sebesar -0,787 bernilai negatif dengan taraf signifikan 0,000 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kuat kontrol diri maka semakin rendah agresivitas para anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti, dan sebaliknya jika semakin lemah kontrol diri maka semakin tinggi agresivitas anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti.