BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

International Fash on Institute di Jakarta

BAB V KONSEP PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KANTOR IMIGRASI KELAS 1 SEMARANG

XIANG SHAN MEDITATION CENTER (HEALING ARCHITECTURE) ANTON HERMAN

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center


negara kita sebagai negeri bahari yang kuat. Trend masa kini ternyata tidak hanya terjadi pada gaya hidup dan mode tetapi juga olah raga. Saat ini ola

2.3.2 Data View Data Klien dan Pengguna Berdasarkan Aktifitas Kajian Restoran Sejarah dan Pengertian

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB III METODE PERANCANGAN

PEACE INTERNATIONAL SCHOOL. Sekolah Bertaraf Internasional LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010.

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LAPORAN HASIL PERANCANGAN Daftar Gambar Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN

Pelabuhan Teluk Bayur

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

PEMBANGUNAN KEMBALI PASAR PADANG BULAN ( ARSITEKTUR PERILAKU ) LAPORAN PERANCANGAN TKA TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V ANALISIS SINTESIS

Komentar, Kritik dan Saran dari Diskusi Sidang Tugas Akhir (13 Juli 2011)

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

Fasilitas Penitipan dan Pelatihan Anjing Trah di Surabaya

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. tema Arsitektur Organik dan kandungan al Qur`an surat Al An am ayat 99 dan al

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

Minggu 2 STUDI BANDING

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

Transkripsi:

1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan ini adalah bangunan yang menyatu dengan alamnya/ keadaan sitenya. Contour as a part of building atau kontur sebagai bagian dari bangunan. Konsep tersebut adalah bagaimana bangunan menggunakan metoda cut pada kontur eksisting. Dengan adanya bangunan yang memberikan efek menyatu dengan alam akan membuat sekolah alam ini pemahaman secara khusus pada penggunanya. Ilustrasi konsep ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 38. Konsep Tatanan Site Bangunan akan berada di area kontur (pada area lingkaran biru) sedangkan area lingkaran coklat akan diolah dirancang melalui pengolahan landscape. Dalam perancangan bangunan yang berdiri pada kontur, konsep bangunanpun

2 menggunakan pola bangunan untuk membuat keteraturan (order) pada desain arsitektur. Konsep pola bangunan ini memperhatikan perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif anak yaitu bagaimana cara anak untuk memperhatikan, memikirkan, dan menanamkan perhitungan-perhitungannya. Pada konsep bentuk yang kedua ini rancangan dibentuk agar anak/ penggunanya dapat mengingat bentuk bangunan berdasarkan fungsi. Perhatikan ilustrasi di bawah ini untuk lebih memahami konsep bentuknya : Gambar 39. Konsep Pola Bentuk Berdasarkan Fungsi Area kelas, Office, entrance, dan area fasilitas mempunyai bentuk bangunan persegi yang berbeda-beda. Konsep bentuk ini dapat membuat anak/ penggunanya mengkategorikan sendiri dan ini dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak terutama daya ingat dan daya pemahamannya. 5.2 Pola Bangunan Bangunan berdiri di area kontur pada site, bangunan utama berupa entrance diletakan pada bagian siku/ ujung bangunan. Sementara itu, bangunan pendukung

3 lainnya berupa ruang kelas, area belajar, lab, utilitas, kantor, ruang pengelola diletakan pada bagian samping dari bangunan utamanya. Bangunan dengan fungsi pendukungpun mempunyai akses tersendiri agar dapat diakses melalui luar bangunan tanpa harus melewati bangunan utama. Untuk memasuki area kelas, pengguna tidak harus memasuki area lobi akan tetapi bisa melalui akses tersendiri yang terhubung dengan area luar (area parkir). Untuk lebih memahami mengenai konsep peletakan bentuk berdasarkan fungsi bangunan dapat dilihat pada sketsa / gambar di bawah ini : Gambar 40. Pola Peletakan Fungsi Bangunan Bentukan bangunan menggunakan pendekatan sosial-budaya, lingkungan, ekonomi dan budaya. Pendekatan melalui lingkungan, Sekolah alam ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk lingkungan sekitar yang sekaligus dapat mendidik secara tidak langsung masyarakat sekitar. Pada konsep lainnya, dilakukan pendekatan melalui permukiman sekitar yaitu permukiman di sekitar site menjadi potensi dan sasaran utama bagi pengguna dari bangunan ini. Anak-anak sekitar site dan area Bandung menjadi sasaran utama untuk menjadi murid di sekolah alam ini. Bangunan dirancang agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi pada pengguna bangunan. Semua kalangan dapat menggunakan bangunan ini. Desain dibuat sesederhana mungkin dengan harapan dapat meminimumkan biaya pembangunan. Tulisan berwarna merah adalah hal yang dihindari dari konsep rancangan bangunan

4 ini. Sedangkan tulisan yang berwarna biru adalah hal yang sangat diperhatikan dalam perancangan dan desain bangunan ini. Gambar 41. Konsep Massa Bangunan Area Kelas Massa bangunan dibuat sesederhana mungkin dengan tujuan meminimumkan biaya pembangunan. Selain itu, berkaitan dengan konsep bentuk yang sederhana dan menggunakan pola tersebut dapat membantu perkembangan kognitif anak. Gambar 42. Konsep Massa Bangunan Area Entrance Bentuk massa bangunan untuk area entrance dibuat berbeda dengan lainnya baik dari segi bentuk yang menggabungkan bentukan lingkaran pada area entrance ataupun tumpukan massa bangunan yang dibuat dengan dua arah yang berbeda.

5 Gambar 43. Konsep Massa Bangunan bagian Entrance Sirkulasi pejalan kaki untuk menuju area kelas dibuat di beberapa titik di are parkir kendaraan. Hal ini dapat lebih efektif ketika anak akan sekolah dan masuk kelas karena tidak harus melalui bangunan utama. Gambar di bawah ini menunjukan bentuk massa bangunan untuk sirkulasi menuju area kelas dari area parkir kendaraan. Gambar 44. Konsep Massa Bangunan Sirkulasi Menuju Kelas Pendekatan Makro dan Mikro dilakukan untuk memanfaatkan potensi lingkungan sekitar yang akan mempengaruhi fungsi bangunan di area site ini.

6 Gambar 45. Konsep Main Entrance Pendekatan Makro dan Mikro dilakukan untuk memanfaatkan potensi lingkungan sekitar yang akan mempengaruhi fungsi bangunan di area site ini. Skala makro yang mempengaruhi desain ini adalah bagaimana desain ini dapat menjadi fungsi yang akan memberikan dampak negatif pada kawasan Padasuka ini. Gambar 46. Konsep Sirkulasi pada Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah untuk mengoptimalkan lahan yang sempit. Selain mengoptimalkan lahan yang sempit, jalur sirkulasi kendaraan ini juga dibuat seefektif mungkin untuk kendaraan yang sifatnya darurat masuk dan keluar site perancangan ini.

7 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah untuk mengoptimalkan lahan yang sempit. Selain mengoptimalkan lahan yang sempit, jalur sirkulasi kendaraan ini juga dibuat seefektif mungkin untuk kendaraan yang sifatnya darurat masuk dan keluar site perancangan ini. Gambar 47. Site Plan Area parkir kendaraan menggunakan material yang berbeda dengan sirkulasinya. Hal tersebut dapat memberikan contoh yang baik pada pengguna bangunan ini bahwa segala sesuatu yang didesain pada sekolah alam ini diperhatikan secara detail. Selain itu, penggunaan grass block juga membuat lahan mempunyai lebih banyak area penyerapan air. Pedestrian di dalam site juga diberikan material yang kontras dengan area sirkulasi kendaraan. Dengan begini, pengguna bangunan ini dapat merasakan nyaman ketika berada di pedestrian.

8 4.2 Denah Pada perancangan bangunan sekolah alam ini, denah terbentuk dari fungsi ruang-ruang yang dibutuhkan dan bentuk bangunan yang telah dirancang berdasarkan konsep. Konsep menghadirkan pola bangunan dengan bentuk dasar mempengaruhi bentukan denah yang masuk ke dalam kontur eksisting. Denah lantai dasar adalah lantai bangunan yang sejajar dengan permukaan di area entrance. Gambar 48. Denah Lantai Dasar Sekolah Alam Padasuka Bandung Denah lantai dasar ini merupakan area penerima. Terdapat beberapa fungsi di lantai dasar ini seperti ruang penerima dan ruang pelayanan konsultasi. Ruang pelayanan konsultasi tersebut merupakan fasilitas untuk pengunjng yang ingin konsultasi mengenai perkembangan anak di usia dini. Dengan adanya fasilitas ini pesan-pesan pendidikan dapat lebih tersampaikan melalui penggunanya itu sendiri yang diwadahi dalam desain arsitektur sekolah alam ini. Lantai dasar ini juga didesain untuk memberikan pesan-pesan pendidikan yang disampaikan melalui desain yaitu dengan menggunakan material kaca untuk sisi bangunan ini agar view alam dapat dirasakan ketika berada di dalam bangunan.

9 Gambar 49. Denah Lantai -1 Sekolah Alam Padasuka Bandung Denah lantai -1 adalah lantai bangunan yang terletak di bawah lantai dasar. Untuk mencapai lantai ini terdapat lift & tangga yang dapat mengakses seluruh lantai pada bangunan ini. Pada denah lantai -1 ini terdapat ruang selasar, perpustakaan, dan ruang guru. Ruang guru terletak di hirarki paling tinggi pada zona ini diletakan di area paling ujung dan mempunyai area yang berbeda. Gambar 50. Denah Lantai -2 Sekolah Alam Padasuka Bandung

10 Denah lantai -2 teletak di level di bawah denah lantai -1. Pada level ini terdapat beberapa fungsi ruang yaitu ruang kelas, ruang kesenian, ruang perpustakaan, ruang medis, dan gudang. Ruang kelas mempunyai zona tersendiri. Dari zona kelas menuju zona lain harus melalui luar bangunan. Hal ini memberikan contoh pada anak mengenai pembagian zona-zona antara zona untuk belajar formal dan belajar yang sifatnya informal. Gambar 51. Denah Lantai -3 Sekolah Alam Padasuka Bandung Denah lantai -3 teletak di level di bawah denah lantai -2. Pada level ini terdapat beberapa fungsi ruang yaitu ruang pertunjukan indoor, ruang utilitas, ruang arsip, selasar, ruang administrasi, dan gudang. Dapat dilihat dari gambar di atas pembagian zona dari kantor adalah area sebelah kiri dan zona untuk pertunjukan adalah area sebelah kanan. Dari lantai -3 ini, dapat langsung akses menuju area landscape. Area luar ini didesain menggunakan hirarki area sawah. Dengan adanya sawah dan kolam anak-anak dapat belajar dari alam mengenai proses alam itu sendiri. Landscape dengan gabungan antara sawah dan amphitheater yang terlihat dari dalam bangunan akan daya tarik anak untuk masuk dan berpetualan di area bermain di luar bangunan.

11 6.3 Tampak Gambar tampak diambil beberapa sisi yang berbeda yang representatif dengan konsep yang diterapkan. Pada gambar tampak A dapat dilihat pola hirarki area sawah yang diterapkan pada perancangan sekolah alam ini dimana bangunan berada di area tertinggi di dalam site kemudian menurun hingga ke area sawah dan kolam sebagai area bermain ruang luar untuk anak. Gambar 52. Tampak A Sekolah Alam Padasuka Bandung Gambar 53. Tampak B Sekolah Alam Padasuka Bandung Pada gambar tampak B terlihat bentuk bangunan yang membentuk bentuk dasar yaitu persegi. Setiap bentuk persegi mempunyai fungsi tertentu. Perbedaan bentuk persegi juga mencerminkan perbedaan fungs yang ada di dalamnya. Hal ini dibuat agar membantu proses perkembangan kognitif anak yaitu tentang bagaimana anak dapat memikirkan, memahami, mengenal, menganalisa, dan membuat suatu kesimpulan dari sesuatu yang ada di sekitarnya. Bentuk-bentuk persegi tersebut mewakili fungsi-fungsi yang berbeda yaitu ruang kelas, ruang kantor, ruang perpustakaan, ruang guru, dan ruang penerima.

12 6.4 Potongan Beberapa gambar potongan yang diambil dianggap representatif untuk menggambarkan konsep perancangan yaitu kontur sebagai bagian dari bangunan.. Pada gambar potongan ini akan terlihat bagaimana bangunan masuk ke dalam kontur eksisting. Gambar 54. Potongan A-A Sekolah Alam Padasuka Bandung dengan metode cut & fill yang diterapkan pada lahan berkontur akan membuat bangunan yang mempunyai kesan menyatu dengan alam karena massa-massa bangunan sekolah alam. Gambar 55. Potongan C-C Sekolah Alam Padasuka Bandung

13 6.5 Utilitas Utilitas menjadi aspek yang penting pada perancangan ini karena bangunan ini mempunyai konsep bangunan yang menyatu dengan alam / konturnya. Selain itu, pengolahan dan penyaluran air dan listrik dari bangunan ini harus ditata dengan baik. Cahaya matahari juga menjadi perhatian yang mempengaruhi desain sekolah alam ini. Gambar 56. Aliran Air Hujan Gambar di atas merupakan konsep penyaluran air hujan. Air hujan yang jatuh di area site baik yang langsung ke tanah atau mengenai bangunan terlebih dahulu seluruhnya akan disalurkan melalui saluran yang di di dalam tanah menuju kolam yang terletak di hirarki paling bawah dari sekolah alam ini. Kolam tersebut juga selain digunakan untuk pengolahan dan penyaluran air dapat digunakan juga sebagai area outbound. Gambar 57. Pengolahan air hujan pada bangunan

14 BAB VII KESIMPULAN 7.1 Sekolah Berbasis Alam Sekolah Alam Padasuka Bandung ini memberikan warna baru dalam dunia pendidikan. Konsep yang membuat manusia, bangunan, dan lingkungan saling memberikan dampak positif. Pada sekolah alam ini kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak dirancang agar anak dapat merasakan alam. Anak-anak sebagai murid diajak untuk bermain dan belajar di luar ruangan yang telah dirancang. Rancangan ruang luar tersebut adalah berupa sawah dimana anak akan dapat bermain dan belajar di sawah tersebut memperhatikan segala kejadian alam yang ada pada sawah tersebut. Ruang luar yang diolah dijadikan satu kesatuan dengan bangunan sehingga menghasilkan ruang interior bangunan yang mempunyai ruang continuitas dengan ruang luarnya. Ruang yang sifatnya continuitas adalah ruang luar yang seolah dipinjam oleh ruang dalam bangunan. Untuk membuat ruang tersebut dapat menggunakan beberapa cara seperti penggunaan material kaca yang lebar atau menggunakan bukaan pada fasade bangunan. Membuat sekolah yang mempunyai basis alam juga dapat diterapkan pada interior bangunan seperti memasukan tanaman-tanaman rambat untuk pengganti plafond ruangan. Konsep tersebut telah diterapkan pada sekolah alam ini. 7.2 Penerapan Arsitektur yang Mendidik pada Bangunan Penerapan tema Arsitektur yang Mendidik pada bangunan harus membutuhkan pengalaman dan melakukan survey serta studi banding. Mendidik seseorang tidak akan menjadi hal yang kurang efektif apabila dilakukan dengan paksaan. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memberi contoh yang baik. Dengan memberi contoh anak akan berkembang pertumbuhan kognitifnya. Beberapa contoh penerapan yang baik pada desain yang akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah dengan merancang pembagian zona yang benar. Setiap zona mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan diletakan pada areanya tersendiri. Hal tersebut akan diingat oleh anak dan menjadi contoh yang baik.

15 Cara lain adalah dengan menggunakan bentukan bangunan yang mudah dihafal oleh anak. Pada desain sekolah alam ini, bangunan menggunakan bentuk persegi sebagai pemisah beberapa fungsi ruang. Dengan konsep seperti ini anak akan memahami suatu bentuk arsitektur yang dapat memisahkan zona berdasarkan fungsi-fungsi ruang yang ada di dalamnya. Konsep lain yang juga mendidik bagi anak adalah dengan dibuatnya sawah yang luas sebagai ruang terbuka dan area bermain anak. Anak akan dapat bermain seperti di alam yang sebenarnya karena di sawah akan terdapat proses pertumbuhan dan perkembangan alam dengan adanya hewan dan tumbuhan yang akan menjadi media untuk belajar. Cara mendidik yang lain adalah membuat anak untuk berjuang untuk menikmati sesuatu. Dalam perancangan ini dibuat sebuah kebun di area kontur yang cukup sulit untuk ditempuh sehingga harus membutuhkan usaha. Hal ini adalah penerapan dari hasil penelitian bahwa anak-anak yang lahir dari keluarga tidak mampu mereka dipaksa untuk bekerja keras dan merasakan penderitaan dibandingkan dengan anak orang kaya. Penderitaan yang dialami waktu kecil itu akan membangkitkan mental anak-anak yang berguna untuk masa depan mereka. Pepatah mengatakan : "Orang yang selagi mudanya lemah, maka akan dipaksa bekerja keras di masa tuanya". Untuk menghasilkan seorang anak yang sukses jangan pernah memanjakan anak. Justru anak harus dilatih penderitaan dan perjuangan mulai dari kecil, hal ini bisa dimulai ketika anak sudah mulai berjalan logika berpikirnya. 7.3 Pemanfaatan Potensi dan Masalah Lingkungan Sekitar Pemanfaatan potensi dan masalah yang ada di lingkungan sekitar ini akan membuat sekolah alam ini menjadi contoh yang baik untuk masyarakat yang ada di sekitar sekolah ini dalam skala mikro maupun makro. Potensi yang ada adalah view bukit dan kota Bandung yang indah serta suasana alam yang asri ada pada lokasi perancangan ini sehingga dibuatlah bangunan yang memaksimalkan konsep yang menyatu dengan alam. Masalah yang ada di lokasi perancangan ini adalah lahan yang berkontur dan tanah yang gersah kurang nyaman untuk dibangun suatu bangunan untuk anak-anak beraktivitas di dalamnya. Oleh karena itu, area kontur yang membuat tidak nyaman untuk anak-anak dibuat untuk bangunan. Maka munculah konsep contour as a part of building dimana kontur tersebut merupakan bagian dari bangunan sekolah alam ini.

16 DAFTAR PUSTAKA Neufert, Ernts, 1984, Architects Data, Collins, London Neufert, Ernts, Jilid 1, Data Arsitek, Jakarta : Erlangga Neufert, Ernts, Jilid 2, Data Arsitek, Jakarta : Erlangga Poerwodarminto, W.J.S, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Piaget, J, 1952, The Origins og Intellegence in Children, International University Press : New York. Suptandar, J. Pamudji, dkk, 2007, Sistem Pencahayaan pada Desain Interior, Jakarta: Universitas Trisakti. Sumantri, 2005, Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini, Jakarta : Depdikbut. Walker, Theodore, 2002, Site Design and Construction Detailing, 3rd edition, Jakarta: Erlangga Bappeda Kabupaten Bandung, 2007, : Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah. Asosiasi Toilet Umum Indonesia (ATI), 2004, Toilet Umum Indonesia, Jakarta. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2010, Standar Toilet Umum Indonesia, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta. Website www.wikipedia.org www.sakura-lift.co.id www.asosiasitoiletindonesia.org www.beritaiptek.com www.licht.com www.lighting.philips.co.id

17 LAMPIRAN 1 ( GAMBAR HASIL PERANCANGAN )

18 LAMPIRAN 2 ( FOTO MAKET )

19 LAMPIRAN 3 ( BUKTI PROSES ASISTENSI PERANCANGAN )