BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu Negara. Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang di capai suatu Negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif. Dalam proses pembangunan, selain mempertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Lebih dari itu, dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45) Dalam upaya pembangunan ekonomi, maka akan memanfaatkan aspek aspek yang secara ekonomi berpotensi untuk dikembangkan yaitu potensi ekonomi dapat berupa sember daya alam, sumber daya manusia, letak geografis daerah yang dekat dengan sarana dan prasarana serta pendukung untuk peningkatan ekspor. Kebijaksanaan pengembangan perdangangan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan luar negeri dalam rangka lebih memperlancar arus barang dan jasa, sehingga terciptanya keadaan dan perkembangan harga yang layak dan bersaing dalam rangka menunjang usaha 1
meningkatkan produksi dan ekspor, perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan rakyat, serta pemantapan stabilitas ekonomi. Sejalan dengan peningkatan perdangangan antara lain dengan penyempurnaan lembaga lembaga perdangangan dan pemasaran serta sistem tata niaga yang ada, agar dapat menguntungkan konsumen, meningkatkan ekspor, memperluas kesempatan kerja. Langkah langkah untuk mendorong ekspor untuk ekspor, perlu lebih ditingkatkan untuk perluasan daya saing barang barang ekspor Indonesia, dengan cara meningkatkan efisiensi produksi, memperbaiki mutu barang, meningkatkan promosi ekspor, memperlancar angkutan, perjanjian perjanjian komoditi internasional, ketentuan nilai tukar atau kurs serta integrasi ekonomi, memyempunakan fasilitas perpajakan dan mempermudah proses bea cukai. Data Badan Pusat Statistik Jawa Timur mencatat ekspor hasil pertanian, industri dan hasil pertambangan dan lainnya selama Januari - Juli 2013 nilai ekspor hasil pertanian naik 8,74%, hasil industri turun 4,89% dan hasil pertambangan dan lainnya turun 10,42%. Adapun perkembangan volume ekspor non migas Indonesia dapat dilihat pada tabel 1 2
Tabel 1 Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Indonesia tahun 2002 2006 Menurut Sektor Produksi (ton) No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 I Pertanian 2568,3 2526,1 2496,2 2880,2 3364,9 II Industri 38729,6 40879,9 48677,3 55593,6 65023,9 III Pertamb. 3743,7 3995,6 4761,4 7946,8 11191,5 IV Lainnya 4,5 5,2 4,4 7,8 8,9 Non Migas 45046,1 47406,8 55939,3 66428,4 79589,1 Sumber : BPS Jawa Timur Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa ekspor non migas Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2006 menunjukkan kecenderungan meningkat sebesar 15,9% per tahunnya. Keberhasilan peningkatan ekspor tersebut didukung oleh berbagai faktor dan yang paling utama adalah kenaikan harga sampai ke titik puncak atas beberapa komoditas di pasar internasional (http://www.google.com). Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa sektor pertanian mengalami peningkatan per tahun terbukti bahwa sektor pertanian memiliki potensi sebagai komoditi ekspor tetapi kecilnya sumbangan sektor pertanian sampai sekarang menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sector lainnya. Berdasarkan data BPS (Feb 2007) sector pertanian menyerap tenaga kerja terbesar yaitu 44% dan merupakan penghidupan 25 juta petani. Sedangkan perkembangan nilai ekspor non migas Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 1. 2 berikut 3
Perkembangan nilai ekspor non migas Jawa Timur dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 2. Perkembangan nilai ekspor Pertanian Jawa Timur tahun 2002 2006. Tahun Nilai Ekspor ( ribu USD) Perubahan (%) 2002 4.556.636-8.15 2003 4.699.973 3.15 2004 5.629.86-1.49 2005 6.511.032 40.63 2006 8.301.290 27.5 Sumber : BPS Jawa Timur Dari Tabel 1.2 menunjukkan bahwa, dari tahun 2002 sampai 2006 dapat diketahui perkembangan nilai ekspor mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan karena kondisi perekonomian yang tidak kondusif akibat menurunnya stabilitas keamanan yang berimbas pada menurunnya nilai ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor non migas sebesar 4.556.636 dan mengalami kenaikkan pada tahun 2003 sebesar 4.669.973 dan nilai ekspor cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Strategi dan kebijakan pembangunan pertanian pada periode tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada, dimana pembangunan pertanian diarahkan untuk memenuhi pencapaian produksi komoditas pangan utama seperti beras, jagung, kedelai. Pengembangan produk pertanian pangan tidak hanya ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga ditujukan untuk memenuhi keperluan pasar ekspor. 4
Gambar 1: Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdangangan Sub sektor Tanamann Pangan Jawa Timur 2004-2012 (US$ 000) Sumber : Kementan 2012 Kondisi perdangangan komoditas pangan selama tahun 2004-2012 kinerja neraca perdangangan ekspor impor sub sektor pertanian pangan pada neraca defisit, laju percepatan impor komoditas tanaman pangan juga jauh lebih besar dibandingkan laju percepatan ekspornya, yaitu masing-masing 13,8 %/tahun untuk percepatan impor dan 1,7 %/tahun untuk percepatan ekspor. Penigkatan nilai impor pangan secara nyata terjadi pada tahun 2010 ke tahun 2011, namun tahun 2012 nilai impor cenderung menurun. Komoditas pangan yang menyumbang impor terbesar adalah kedelai diikuti oleh jagung dan beras. Sebaliknya komoditas penyumbang ekspor terbesar adalah ubi kayu. Pertaniann memiliki peranan yang sangat strategi dalam kehidupan kita. Xenonphonn filsurf dan sejarawan Yunani yang hidup 425-355 SM mengatakan bahwa Agriculture is the mother and nourishes of all other arts. When it is well conducted, all other arts prosper. When it is neglected, all other arts decline. Pertanian adalah ibu dari segala budaya. Jika pertanian 5
berjalan dengan baik, maka budaya-budaya lainnya akan tumbuh dengan baik pula, tetapi manakala sektor ini di telantarkan, maka semua budaya lainnya akan rusak. Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi pertanian yang tidak hanya dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), pencipta kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan sektor pertanian juga dapat dilihat secara komperhensif, antara lain : (a) sebagai penyedia pangan masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan panggan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security); (b) sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa, (c) sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subtitusi impor, (d) sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (e) transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi, dan (f) sektor pertanian mam pu menyediakan modal bagi pengembang sector - sektor lain (a net outflow of capital for invesment in other sectors); serta (g) peran pertanian dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan (Anwar, 2011:5) 6
Kebijakan perdangangan yang mendorong dan membantu golongan ekonomi lemah di sektor perdangangan perlu makin di tingkatkan, antara lain dengan meningkatkan penyedian tempat berusaha yang layak serta meningkatkan pembinaan agar para pedagang golongan ekonomi lemah menjadi wiraswasta yang baik dan di dorong oleh perusahaan besar dan menengah. Selain itu perlu pula strategi untuk meningkatkan daya saing dalam kerjasana kawasan perdagangan ACFTA (Asean China Free Trade Agreement). Dan kesepakatan perdangangan internasional yang telah disepakati bersama yaitu General Aggreement On Tariffs and Trade (GATT), perdangangan wilayah Asia Pasifik Ekonomi Coorporation (APEC) dan perdangangan bebas wilayah Asean, Asean Free Trade Area (AFTA), dan kesepakatan regional lainnya. Komoditas pertanian pangan bisa di kembangkan apalagi di Jawa Timur terkenal dengan banyak yang terkenal sebagai daerah lumbung pangan yang diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas produk, efisiensi dan produktivitas. Sektor pertanian pangan sudah selayaknya di jadikan sebagai suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya. Sektor ini tidak hanya berperan sebagai aktor pembantu apalagi figuran bagi pembangunan, tetapi juga harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri karena keberhasilan sangat tergantung dengan pembangunan sektor pertanian landasannnya adalah barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli petani. Dengan kebijakan tersebut, maka akan bisa dicapai kesimbangan dan keserasian pembangunan dalam sistem perdagangan dalam negeri. Dalam arus 7
penyebaran barang dan jasa, serta antara berbagai golongan yang berusaha di sektor perdagangan. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan Provinsi Jawa Timur dapat meningkatkan komoditi ekspor pertanian pangan. Hal tersebut diperlukan mengingat pentingnya pengembangan sektor pertanian pangan dalam rangka peningkatan ketahanan pangan daerah yang pada akhirnya menciptakan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu cara meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat/ petani. B. Rumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang sebenarnya dihadapi dalam penelitian ini dan untuk memudahkan dalam pemecahan masalah, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Yang menjadi pokok masalah adalah : 1. Bagaimana perkembangan komoditas ekspor pertanian pangan di Jawa Timur? 2. Komoditas pertanian pangan apa yang memiliki kontribusi terbesar terhadap ekspor pangan pertanian di Jawa timur? 3. Apa yang berpengaruh terhadap ekspor pertanian pangan di Jawa Timur? C. Batasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian objek yang akan diteliti dan agar tidak mengaburkan topik permasalahan yang akan dibahas nantinya, maka penulis memberikan batasan ruang lingkup penelitian yaitu output sector pertanian pangan pada sektor tanaman pangan dan sub sektor tanaman pangan, kurs rupiah terhadap dollar dan tingkat inflasi ekspor berbasis sektor pertanian 8
pangan serta tahun pengamatan yang mempunyai pengaruh ekspor sektor pertanian pangan di Jawa Timur 2007 2012. D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor pentanian pangan di Jawa Timur b. Untuk mengetahui komoditas pertanian pangan apa yang memiliki kontribusi terhadap ekspor pertanian pangan di Jawa timur c. Untuk mengetahui berpengaruh output produksi, tingkat inflasi, kurs terhadap ekspor pertanian pangan di Jawa timur. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan sehingga dapat mengurangi ketimpangan yang berkaitan dengan peningkatan ekspor di Jawa Timur. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk menambah informasi yang penting untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi dan mengembangkan usahannya pada sektor sektor potensial. c. Bagi Akademisi Untuk memperkaya penelitian yang telah ada dan dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan serta memberikan informasi bagi peneliti lainnya, khusunya untuk permasalahan yang serupa. 9