BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di dunia. Sampai saat ini penyakit infeksi cacing masih tetap merupakan masalah karena kondisi sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia serta perlu penanganan serius, terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan (Irianto, 2009). Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang berhubungan lingkungan, karena sumber penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah atau disebut Soil Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan beberapa spesies Trichostrongylus (Utama, 2009). Tingginya angka kesakitan penyakit menular di Indonesia sangat dipengaruhi lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Misalnya penyakit infeksi karena bakteri, virus, parasit, umumnya tumbuh subur pada iklim tropis yang lembab dan kotor (Zulkoni, 2010). Menurut Sukarni (1994) terbatasnya persediaan air bersih, sarana pembuangan air limbah, kurangnya kebersihan lingkungan perumahan dan lain sebagainya merupakan pendorong timbulnya berbagai penyakit tersebut. Disamping itu perilaku pembuangan sampah tidak pada tempatnya, minum air yang tidak dimasak, kebiasaan makan yang tidak memenuhi persyaratan gizi dan 1
2 lain-lain, mempermudah terjadinya penularan penyakit. Lantai dari tanah mempengaruhi penyebaran penyakit parasit. Berdasarkan Ditjend PPM-PL (2013) target nasional untuk capaian rumah sehat adalah 60 %. Anak usia sekolah merupakan golongan yang diharapkan tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa akan datang dan perlu di perhatikan serta dipersiapkan agar tumbuh sempurna baik fisik maupun intelektualnya. Golongan usia ini sering kontak dengan tanah yang merupakan media penyakit yang sering menimbulkan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004). Berbagai faktor mendukung tingginya angka kesakitan infeksi cacing perut di Indonesia. Letak geografis Indonesia di daerah tropik yang mempunyai iklim yang panas akan tetapi lembab memungkinkan cacing perut akan berkembang biak dengan baik. Banyak penduduk Indonesia yang berpendidikan rendah, sehingga pengetahuan tentang cara untuk hidup sehat, cara untuk menjaga kebersihan perseorangan bagi dirinya dan kebersihan makanan dan minuman serta cara makannya belum di pahami dengan baik. Selain itu banyak keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga, sehingga mereka membuang kotoran (buang air besar) di halaman rumah, di kebun atau di selokan yang terbuka sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan hidup oleh kotoran manusia yang mengandung stadium infektif cacing perut. Penduduk yang sangat padat lebih mempermudah penyebaran infeksi cacing perut ini (Soedarto, 1991). Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein
3 serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia (Kepmenkes No. 424/Menkes/SK/VI/2006). Lebih dari 1,5 miliar orang, atau 24% dari populasi dunia terinfeksi cacing akibat kontak langsung dengan tanah. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi di sub-sahara Afrika, Amerika, China dan Asia timur. Lebih dari 270 juta anak-anak usia prasekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah tinggal di daerah dimana parasit ini secara intensif ditularkan, dan membutuhkan pengobatan dan intervensi pencegahan. (WHO, 2014) Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. Berdasarkan Ditjend PPM-PL (2013) target prevalensi kecacingan di Indonesia sebesar 20%. Menurut (Depkes, 2008) prevalensi kecacingan di Indonesia masih relatif tinggi yaitu sebesar 32,6% dan di dominasi oleh Ascarislumbricoides, Trichuristrichiura, Hookworm, Strongyloides, Necaturamericanus. Pada penelitian Daulay (2008) angka infeksi kecacingan siswa SD Negeri di kec sibolga kota pada tahun sebesar 55,8 %. Hasil penelitian Fitri (2012) menunjukkan bahwa dari 100 anak SD kelas III,IV dan V di SDN 100400 Palsabolas dan SDN 100570 Pargarutan yang dilakukan pemeriksaan feses secara laboratorium didapatkan sebanyak 60% siswa positif terinfeksi kecacingan dan 40% siswa negatif terinfeksi kecacingan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2014 di beberapa Sekolah Dasar yang terdapat di
4 Kabupaten Tapanuli Selatan diperoleh hasil prevalensi infeksi kecacingan 62,81%. Hasil survey tersebut menunjukkan perlunya penganan yang serius dalam menurunkan prevalensi infeksi kecacingan di Kabupaten Tapanuli Selatan. SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong berada di kawasan perkebunan dan memiliki siswa yang banyak. SD Negeri 101300 Desa Napa juga berada dalam kawasan perkebunan dan memiliki siswa paling sedikit di banding SD lainnya. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di kedua sekolah ini. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, masih terdapat rumah yang sanitasi lingkungannya kurang sesuai dengan standar kesehatan dengan saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan dibiarkan meresap di pekarangan rumah. Toilet sekolah yang tidak berfungsi dengan baik karena sering tersumbat. Kebiasaan membuka alas kaki ketika bermain di lingkungan sekolah maupun rumah masih sering dilakukan sebagian siswa. Selain itu, banyak siswa yang tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan jajanan baik di sekolah maupun di sekitar rumah. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa masih tingginya angka infeksi kecacingan pada anak Sekolah Dasar, sanitasi lingkungan rumah yang kurang baik, serta personal higiene yang masih perlu diperhatikan, dan belum diketahui apakah ada hubungan sanitasi lingkungan rumah dan higiene perorangan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan Sekolah Dasar Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.
5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan rumah dan higiene perorangan terhadap kejadian kecacingan di SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan rumah siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 2. Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan sekolah SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 3. Mengetahui higiene perorangan siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 4. Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian kecacingan pada siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 5. Mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian kecacingan pada siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan
6 Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Puskesmas setempat khususnya Pengelola Program Usaha Kesehatan Sekolah dalam program pemberantasan infeksi kecacingan dan meningkatkan promosi kesehatan pada siswa SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah (Kepala sekolah dan Staf pengajar) agar bekerja sama dalam memperhatikan kebersihan lingkungan serta memberikan informasi bagi para siswa tentang infeksi kecacingan.