KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

VARIASI BULANAN GELOMBANG LAUT DI INDONESIA MONTHLY OCEAN WAVES VARIATION OVER INDONESIA

PEMANFAATAN DATA LUARAN MODEL PRAKIRAAN CUACA CONFORMAL-CUBIC ATMOSPHERIC MODEL (CCAM) SEBAGAI INPUT MODEL GELOMBANG WIND WAVE-05

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR. Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WAVEWATCH-III DENGAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT ALTIMETRI DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

KAJIAN DAERAH RAWAN GELOMBANG TINGGI DI PERAIRAN INDONESIA...

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

Dini Istihanah *, Aries Kristianto, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika * ABSTRAK

Gambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis Dahlia ( Sumber :

PEMETAAN GELOMBANG LAUT DENGAN METODE PEMODELAN NUMERIK DAN PEMANFAATANNYA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP ABRASI

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

Keywords : sea surface temperature, rainfall, time lag

PENGARUH CUACA TERHADAP GELOMBANG (Study Kasus Terjadinya Gelombang Tinggi Di Pantai Sawarna Lebak Provinsi BantenTanggal April 2015)

JOHANNES PAULUS VAN DER STOK: DARI LOG BOOK ANGKATAN LAUT KE POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN NUSANTARA

DAFTAR PUSTAKA. American Geology Institute Glossary of Geology and Related Sciences, American Geological Institute, Washington, D.C., hal.

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN

PENDUGAAN TINGGI GELOMBANG BERDASARKAN KECEPATAN ANGIN PADA ZONA ALUR PELAYARAN DIPERAIRAN TANJUNGPINANG

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT DAN DAERAH RAWAN GELOMBANG TINGGI DI PERAIRAN INDONESIA TESIS

PEMETAAN ARUS DAN PASUT LAUT DENGAN METODE PEMODELAN HIDRODINAMIKA DAN PEMANFAATANNYA DALAM ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis

ANALISA ANGIN ZONAL DALAM MENENTUKAN AWAL MUSIM HUJAN DI BALI BAGIAN SELATAN

Musim Hujan. Musim Kemarau

Analisis Karakteristik Gelombang di Perairan Pulau Enggano, Bengkulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

Pola Angin Musiman di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

KAJIAN PASANG SURUT DAN ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN LAMONGAN

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

KAJIAN POTENSI TENAGA GELOMBANG LAUT SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PERAIRAN MALANG SELATAN

Model Distribusi Data Kecepatan Angin dan Pemanfaatannya dalam Peramalan Gelombang di Perairan Laut Paciran, Jawa Timur

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

ANALISIS KEJADIAN EL-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS CURAH HUJAN DI WILAYAH JABODETABEK SELAMA PERIODE PUNCAK MUSIM HUJAN TAHUN 2015/2016

UNIVERSITAS INDONESIA VALIDASI TINGGI GELOMBANG SIGNIFIKAN MODEL GELOMBANG WINDWAVE-5 DENGAN MENGGUNAKAN HASIL PENGAMATAN SATELIT ALTIMETRI MULTIMISI

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Karakteristik Parameter Oseanografi (Pasang-Surut, Arus, dan Gelombang) di Perairan Utara dan Selatan Pulau Bangka

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

PEMBAHASAN ... (3) RMSE =

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LAUT DI PERAIRAN TANJUNG MAS SEMARANG DALAM UPAYA PENCARIAN POTENSI ENERGI ALTERNATIF

ANALISIS REFRAKSI GELOMBANG LAUT BERDASARKAN MODEL CMS- Wave DI PANTAI KELING KABUPATEN JEPARA

I. INFORMASI METEOROLOGI

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

DISTRIBUSI DAN ANALISIS KONDISI HUJAN EKSTRIM DI SEMARANG (STUDI KASUS TANGGAL 11 DESEMBER 2010)

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Evaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Resiko MODUL TRAINING

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

EVALUASI PENGUKURAN ANGIN DAN ARUS LAUT PADA DATA SENTINEL-1, DATA BMKG, DAN DATA IN-SITU (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

Prakiraan Cuaca Pada Saat Gerhana Matahari Total Menggunakan Model Analogi dan Statistik

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Wind speed data analysis for predictions of sea waves in Bitung Coastal Waters

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

PEMANFAATAN DAN VALIDASI CONFORMAL-CUBIC ATMOSPHERIC MODEL (CCAM) UNTUK PRAKIRAAN CUACA DI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS PERMUKAAN LAUT DAN ANOMALI TERHADAP AKTIVITAS MJO DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA

Transkripsi:

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU Hari Saputro*, Adi Mulsandi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika * E-mail : hariesapoetro@ymail.com ABSTRAK Informasi meteorologi kelautan dan Informasi klimatologi kelautan berupa gelombang laut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam aktifitas pelayaran Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Untuk menggambarkan karakteristik gelombang, BMKG menggunakan parameter gelombang signifikan dan maksimum. Oleh karena itu dalam penelitian ini karakteristik gelombang di wilayah kepulauan Riau juga digambarkan dengan menggunakan parameter yang sama yaitu gelombang signifikan dan maksimum. Parameter gelombang yang disajikan dalam penelitian ini dihasilkan dari model gelombang windwave. Untuk mengetahui karakteristik gelombang secara musiman, simulasi gelombang disajikan secara bulanan. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, karateristik gelombang di kepulauan Riau berkaitan dengan pola angin musiman. Pada saat masa peralihan (SON) ratarata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada saat monsun Asia dan Australia (DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan (SON), puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa mencapai 5 meter. Sedangkan pada monsun Asia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan pada monsun Australia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai 2.5 meter.. Kata kunci : Kepulauan Riau, Gelombang Laut, Monsun ABSTRACT Information marine meteorology and marine climatology information in the form of ocean waves is needed by the community in Riau Islands cruise activity is one of the cruise lines are quite crowded. Various economic activities between islands and even between countries largely rely on sea transportation across the Riau archipelago. To describe the characteristics of the wave, BMKG use and maximum significant wave parameters. Therefore, in this study the characteristics of the waves in the Riau archipelago is also described using the same parameters are significant and maximum wave. Wave parameters presented in this study resulted from windwave. To determine the seasonal characteristics of the wave, wave simulation is presented on a monthly basis. The results of this study show that, in the Riau Archipelago wave characteristics associated with the seasonal wind patterns. At the time of the transitional period (SON) average wave height higher than at the time of monsoon Asia and Australia (DJF and JJA). At the time of the transitional period (SON), the average peak of the highest waves occur in October can reach 5 m. while the monsoon Asia, the top of the average wave highest in December reached 3.5 am, and at the monsoon Australia, the top of the average wave highest in July reached 2.5 am. Keywords : Riau Islands, Sea Wave, Monsooon 1. PENDAHULUAN Kepulauan Riau merupakan daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang merupakan pintu masuk segala akses transportasi laut ke Indonesia. Selain itu Kepulauan Riau terbagi menjadi beberapa pulau seperti pulau Batam, pulau Tanjung Balai Karimun, pulau Dabo Singkep, pulau Tarempa, pulau Natuna dan pulau Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsinya. Pelayaran merupakan salah satu alat transportasi yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar arus perpindahan orang maupun barang melalui perairan. Mengingat sensitivitas kegiatan pelayaran terhadap cuaca sangat tinggi, maka diperlukan 25

adanya informasi meteorologi kelautan (Marine Meteorological Information) maupun Informasi klimatologi kelautan (Marine Climatological Information). Informasi klimatologi kelautan sangat berguna bagi perencanaan kegiatan pelayaran seperti penentuan waktu layar, penentuan kapasitas muatan, serta desain kapal agar dapat menyesuaikan dengan tinggi gelombang yang akan di jumpai di lautan. Salah satu unsur meteorologi kelautan yang mempengaruhi kegiatan pelayaran adalah gelombang. Ditinjau dari gaya pembangkitnya, gelombang laut dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: Gelombang Tsunami, Gelombang Pasang Surut dan Gelombang Angin. Berdasarkan ketentuan WMO No.471 (Guide to marine meteorological services), dalam pelayanan Informasi meteorologi kelautan yang disebut dengan gelombang adalah gelombang yang terjadi akibat tiupan angin (windwaves). Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Dengan mengetahui karakteristik gelombang di Kepulauan Riau dari bulan ke bulan sepanjang tahun, kita dapat mengetahui daerah-daerah rawan gelombang tinggi, frekuensi kejadian serta waktu terjadinya gelombang tinggi tersebut. Karakteristik gelombang perlu dipelajari karena informasi klimatologi kelautan sangat diperlukan untuk perencanaan berbagai kegiatan kelautan. 2. DATA DAN METODE Data dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Tinggi gelombang dihitung dengan menggunakan model windwave-05, dengan setting data sebagai berikut : Periode data tahun : 2010 2015 Domain running model : 25 LU - 25 LS, 60 BT - 150 BT Domain penelitian : 6 LU 4 LS, 102 BT - 112 BT Resolusi : 5 x 5 menit b. Melakukan inisialisasi (zero forecasting), setelah selesai inisialisasi selanjutnya melakukan proses monthly mapping, yaitu dilakukan pada setiap bulan dalam periode 2010-2015. c. Pembuatan peta gelombang dari hasil running model windwave-05 dibuat menggunakan Arcview 3.3. d. Selanjutnya melakukan analisis. e. Membuat kesimpulan dari apa yang telah dihasilkan Gambar 1. Diagram alir 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah hasil penelitian Karakteristik Gelombang Laut di Perairan Kepulauan Riau. Gambar 4.1 Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Desember. 26

Gelombang signifikan pada bulan Desember memiliki ketinggian rata-rata 0.00 2.00 m. Beberapa wilayah di kepulauan Riau memiliki ketinggian gelombang yang berbeda-beda, untuk di kepulauan Tarempa dan kepulauan Natuna tinggi gelombang mencapai 1.50 2.00 m, di kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang mencapai 0.75 1.25 m, kepulauan Batam dengan tinggi gelombang 0.75 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang 1.25 1.50 m dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang 0.50-0.75 m. Pada bulan Desember tinggi gelombang maksimum di kepulauan Riau mencapai 3.50 m, untuk kepuluan Natuna tinggi gelombang maksimum dengan ketinggian 2.50 3.50 m, gelomobang maksimum 2.50-3.00 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo singkep memiliki ketinggian gelombang maksimum yang sama yaitu 2.00 2.50 m, tinggi gelombang maksimum di kepulauan Batam mencapai 1.50 2.00 m, dan ketinggian 0.75 1.25 m. Gambar 4.2. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Januari Gelombang signifikan pada bulan Januari memiliki ketinggian rata-rata 1.25 1.50 m. Untuk di wilayah kepulauan Natuna dan gelombang mencapai 1.25 1.50 m, kepulauan Batam dan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 0.75 m, dan di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 0.75 1.25 m. Untuk tinggi gelombang maksimum pada bulan Januari di kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa mencapai 2.00 2.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep mencapai 1.50 2.00 m, di kepulauan Batam memiliki tinggi gelombang 1.25 1.50 m, dan di kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.75 1.25 m. Gambar 4.3. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Februari. Gelombang signifikan pada pada bulan Februari di kepulauan Natuna memiliki ketinggian 0.75 1.25 m, untuk wilayah kepulauan Tarempa, Kepulauan Batam, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Dobo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang yang sama mencapai 0.00 0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan Februari untuk kepulauan Natuna dan Tarempa memiliki tinggi gelombang yang mencapai 0.75 1.25 m, di kepulauan Tanjungpinang memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 0.75 m, sedangkan untuk beberapa wilayah memiliki ketinggian yang sama, yaitu di kepulauan Batam, Kepulauan Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.00 0.50 m. Gambar 4.4. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Maret Gelombang signifikan pada bulan Maret untuk kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.25 1.50 m, di kepulauan Tarempa dan kepulauan Batam ketinggian gelombang mencapai 0.75 1.25 m, sedangkan untuk kepulauan 27

Tanjungpinang, kepulauan Dabo Singkep, dan ketinggian yang sama mencapai 0.50 0.75 m. Gelombang maksimum pada bulan Maret untuk kepulaua Natuna dan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 2.00 2.50 m, di wilayahtanjungpinang ketinggian gelombang mencapai 1.25 1.50 m, kepulauan Batam dengan tinggi gelombang 0.75 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep dengan tinggi gelombang 1.50 2.00 m, dan tinggi gelombang 0.50 0.75 m. Gelombang signifikan pada bulan Mei untuk wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan Mei di wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.00 0.75 m, sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan ketinggian gelombang 0.00 0.50 m. Gambar 4.5. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan April Gelombang signifikan pada bulan April untuk kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang yang mencapai 0.50 0.75 m, di kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.00 0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan April di gelombang mencapai 0.75 1.50 m, untuk kepuluan Natuna, kepulauan Tanjungpinang, dan kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang 0.75 1.25 m, sedangkan di kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang mencapai 0.50-0.75 m. Gambar 4.7. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juni Gelombang signifikan pada bulan Juni untuk wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan Juni di wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.00 0.75 m, sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan ketinggian gelombang 0.00 0.50 m. Gambar 4.6. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Mei. Gambar 4.8. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juli. 28

Gelombang signifikan pada bulan Juli untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 0.75 1.50 m, di gelombang mencapai 1.25 1.50 m, untuk wilayah kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang 0.75 1.25 m, dan di kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang yang mencapai 0.50 0.75 m. Gelombang maksimum pada bulan Juli di wilayah kepulauan Natuna dan Tarempa memiliki ketinggian gelombang 2.00 2.50 m, di kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan Tanjungpinang dengan tinggi gelombang mencapai 1.50 2.00 m, untuk wilayah kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 1.25 1.50 m, dan wilayah Tanjung Balai Karimun dengan tinggi gelombang 0.75 1.25 m. Gambar 4.9. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Agustus. Gelombang signifikan pada bulan Agustus untuk wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.75 1.25 m, sedangkan di wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepuluan Batam, dan gelombang mencapai 0.50 0.75 m. Gelombang maksimum pada bulan Agustus di wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.50 -.2.00 m, kepulauan Tanjungpinang dengan tinggi gelombang mencapai 1.25 1.50 m, untuk kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Batam, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.75 1.25 m. Gambar 4.10. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan September Gelombang signifikan pada bulan September untuk wilayah kepulauan Natuna dan gelombang yang mencapain 0.75 1.25 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 0.50 0.75 m, dan di kepulauan Batam dan gelombang mencapai 0.00 -.0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan September untuk wilayah Natuna memiliki ketinggian gelombang 1.25 2.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 1.25 1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki tinggi gelombang 0.75 1.25 m, dan kepulauan Batam dan kepuauan Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang mencapai 0.50 0.75 m. Gambar 4.11. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Oktober Gelombang signifikan pada bulan Oktober untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 2.50 3.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 2.00 2.50 m, kepualauan Dabo Singkep tinggi gelombangnya 1.50 2.00 m, kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang 1.25 1.50 m, kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 0.75 1.25 m, dan 29

gelombang mencapai 0.50 0.75 m. Gelombang maksimum pada bulan Oktober untuk wilyah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 4.00 5.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 3.50 4.00 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki tinggi gelombang yang mencapai 2.50 3.00 m, kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 1.50 2.00 m, dan gelombangnya 1.25 1.50 m. Gambar 4.12. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan November. Gelombang signifikan pada bulan November untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki tinggi gelombang 1.25 1.50 m, wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang 0.75 1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 0.75 1.25 m, kepulauan batam tinggi gelombang mencapai 0.50 0.75 m, dan gelombang yang mencapai 0.00 0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan November untuk wilayah kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 2.00 2.50 m, di wilayah kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 1.50 2.00 m, dan di wilayah kepulauan Batam dan gelombang mencapai 0.75 1.25 m. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Karateristik gelombang di kepulauan Riau berkaitan dengan pola angin musiman. 2. Pada saat masa peralihan (SON) rata-rata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada saat monsun Asia dan Australia (DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan (SON), puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa mencapai 5 meter. Sedangkan pada monsun Asia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan pada monsun Australia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai 2.5 meter. 5. DAFTAR PUSTAKA Cruz J. 2008. Ocean Wave Energy : Current Status and Future Perspectives. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 427 pp, Jakarta. Dahuri R. 2004., Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Habibie, Najib, M., Permana, S, Donaldi., Kurniawan, Roni., Suratno., 2013, Verifikasi Luaran Model Gelombang Windwave-05 Dengan Satelit Altimeter, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta. Hutabarat, S., dan Evans, S., 1985, Pengantar Oseanografi, Universitas Indonesia, Jakarta. Isozaki, I., and Uji, T., 1973, Numerical Prediction of Ocean Wind Waves, Papers in Meteorology and Geophysics, Vol. 24, No. 2, pp. 207-231. Khotimah, K.M., 2012, Validasi Tinggi Gelombang Signifikan Model Gelombang Windwave-05 Dengan Menggunakan Hasil Pengamatan Satelit Altimetri Multimisi, Thesis : Universitas Indonesia Kurniawan, Roni., Habibie, Najib, M., 2011, Variasi Bulanan Gelombang Laut di Indonesia, Puslitbang, BMKG, Jakarta. Miles J.W., 1957, On the generation of surface waves by shear flows, Journal of Fluid Mechanics, 3(2) 185 204. Permana, S, Donaldi., Kurniawan, Roni., Habibie, Najib, M., 2012, Kajian Daerah Rawan Gelombang Tinggi di Perairan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta. 30

Pramujo, B., 2014, Variabilitas Gelombang Pada Perairan Laut Selatan Jawa Di Samudra Hindia Dalam Perspektif Dinamika Meteorologis, Tesis, Fakultas Geografi/Program Pascasarjana Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prawirowardoyo, S., 1996, Meteorologi, Institut Teknoloi Bandung, Bandung. Ramage, C.S, 1971, Monsoon Meteorology, Academic Press, San Diego. Suratno., Harsa, Hastuadi., Habibie, Nadjib, M., Linarka, Ajie, Utoyo., Kurniawan, Roni., 2011, Pemanfaatan Data Luaran Model Prakiraan Cuaca Conformal- Cubic Atmospheric Model (CCAM) Sebagai Input Model Gelombang Windwave-05, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta. Suratno, 1997, Model Numerik Prakiraan Gelombang Permukaan Laut untuk Perairan Indonesia dan Sekitarnya, Thesis: Universitas Indonesia. Suratno, 2008, Interpretasi Produk Windwave-05, Materi Training Forecaster Meteorologi Maritim, BMKG, Jakarta. Tjasyono, B., 2008, Meteorologi Terapan, Penerbit ITB, Bandung. Wirjohamidjojo, S., dan Swarinoto, Y,. 2010, Iklim Kawasan Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta. WMO No.471, 2001, Guide To Marine Meteorological Services, Secretariat of the World Meteorological Organization, Geneva-Switzerland. WMO No.702, 1998, Guide To Wave Analysis and Forecasting, Secretariat of the World Meteorological Organization, Geneva-Switzerland. WMO, 1995, Manual On Codes International Codes, WMO-No. 306, Vol.1, Geneva- Switzerland: Secretariat of WMO. Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Water. California : The University of California. Yuwono N & Kodoatie RJ. 2004. Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan Bangunan Pengamannya. Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departeman Pekerjaan Umum, Jakarta. 31