STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PERKARA TINGKAT PERTAMA GUGATAN CERAI PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG A. DASAR HUKUM 1. HIR, Pasal 118, Pasal 121 ayat (4) Pasal182, Pasal 237 Pasal 121,124, dan 125, R.Bg Pasal 142, 273 dan 145; 2. Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman; 3. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung RI; 4. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pertadilan Agama; 5. Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 11989 tentang Peradilan Agama; 6. Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama; 7. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/001/SK/1991 tentang Pola pembinaan dan pengendalian Administrasi perkara; 8. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/004/SK/1992 tentang Kepaniteraan Pengadilan Agama; 9. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 13/Tahun/2010 tentang Pembuatan SOP (Standard Operation Procedure); 10. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/032/SK/IV/2006 tentang Pemberlakuan Buku II pedoman Pelaksanaan Tugas dan Aministrasi Peradilan; 11. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 144/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan; 12. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 1-144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman Pelayan Informasi di Pengadilan. 13. PERMA No. 1 Tahun 2009 tentang Mediasi; B.URAIAN KEGIATAN No KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENGGUGAT 1. Pendaftaran Perkara Gugatan 1. ihak berperkara datang ke Pengadilan Agama/mahkama h syar iyah dengan membawa surat gugatan atau permohonan. 2. Pihak berperkara menghadap petugas meja Pertama dan PELAKSANA PANMUD GUGATAN WAKIL PANITERA UNIT/ PEJABAT TERKAIT KETUA PANIETARA KETUA MAJELIS ANGGOTA MAJELIS PANITERA PENGGANTI JSP PIHAK BANK WAKTU
surat gugatan, minimal 2 (dua) rangkap. Untuk surat gugatan ditambah sejumlah Tergugat. 3. Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk nenyelesaikan perkara tersebut, 4. Petugas Meja Pertama kembali surat gugatan kepada pihak berperkara disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) 30 menit
dalam rangkap 3 (tiga). 5. Pikah berperkara kepada pemegang kas (KASIR) surat gugatan tersebut dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). 6. Pemegang kas asli surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pihak berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke Bank. 7. Pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian dalam slip bank tersebut sesuai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara slip bank yang telah 25 menit
diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut. 8. Setelah berperkara menerima slip bank yang telah dipalidasi dari petugas layanan bank. Pihak berperkara menunjukan slip bank tersebut dan surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas. 9. Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian kembali kepada pikah berperkara. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan kembali kepada pikah berperkara asli dan tindasan 10 menit
pertama surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan. 10. Pihak berperkara kepada petugas Meja Dua surat gugatan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 (dua) rangkap serta tindasan pertama surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) 11. Petugas Meja Kedua mendaftarkan/men catat surat gugatan dalam register bersangkutan serta memberi nomor pada surat gugatan atau permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas. 12 Petugas Meja Kedua meneyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat 10 menit 10 menit
gugatan atau permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara. PENDAFTARAN SELESAI LANGKAH SELANJUTNYA : 1. Menyerahkan berkas perkara Gugatan tersebut kepada Ketua PA untuk ditetapkan PMH melalui Panumun Gugatan, Wapan dan Panitera 2. Panmun membuat surat penunjukan Majelis Hakim (PMH) 3. Ketua menandatangani PMH 4. Menyerahkan berkas perkara yang sudah dibuat penunjukan Majelisnya kepada Panitera 5. Panitera membuat dan menandatangani Surat Penunjukan 10 menit
Panitera Pengganti (SPPP) untuk ditentukan PPnya dan JSP nya 6. Menandatangani Surat Penunuukan Panitera Pengganti untuk membantu dan mendampingi Majelis dalam persidangan 7. Menyerahkan berkas perkara tersebut kepada Ketua Majelis Hakim yang menanganinya melalui Petugas ; 8. Meneliti dan mempelajari barkas perkara gugatan tersebut dan membuat resumenya. 9. Menyerakan masing-masing 1 rangkap surat gugat kepada Anggota Majelis I dan Majelis II untuk dibaca dan dipelajari 10. Ketua majelis membuat PHS untuk memanggil
2 para pihak oleh jurusita Pengganti melalui Panitera Pengganti 11. Jurusita Pengganti menyarahkan relaas kepada Ketua Majelis melalui Panitera Pengganti 12. Menyerakan berkas perkara kepada Anggota Majelis II untuk dibaca dan dipelajari 13. Panitera Penggganti menerima Relaas dari JSP dan disatukan ppada berkasnya lalu diserahkan pada Ketua majelis. 14. Pihak/pihakpihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita pengganti untuk menghadap ke persidangan Tahapan setelah persidangan ditetapkan Susunan Majelis 10 menit
Hakim (PMH) dan hari sidang pemeriksaan perkaranya (PHS). a. Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak. Apabila tidak berhasil,maka hakim mewajibkan kedua belah pihak agar lebih dahulu menempuh mediasi b. pabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan, jawaban, jawab menjawab, 40 hari
pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian) Tergugat dapat mengajukan gugatan rekonvensi TAHAPAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA/MAHKA MAH SYAR IYAH ATAS CERAI GUGAT 14 hari Kemudian Putusan disampaikan/diteri makan oleh para pihak melalui meja III