BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT

dokumen-dokumen yang mirip

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

BAB III DESKRIPSI PROYEK

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SHOPPING CENTER DI KAWASAN MONORAIL INTERCHANGE KARET, JAKARTA PUSAT Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAKSI PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

PENERAPAN MIXED USE PADA PERANCANGAN PUSAT BISNIS INDUSTRI KREATIF DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

Kualitas Walkability pada Koridor Jalan Kayu Aya Seminyak Bali

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

Evaluasi Fungsional pada Stasiun Kereta Api Kotalama Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peran Transportasi Terhadap Perkembangan Sebuah Kota Pertumbuhan Kendaraan

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

KAJIAN ELEMEN PEMBENTUK RUANG KOTA PADA RUANG TERBUKA PUBLIK KOTA (Studi Kasus : Alun-Alun Karanganyar) ABSTRAK ABSTRACT

Pemanfaatan Pedestrian Ways di Koridor Komersial di Koridor Jalan Pemuda Kota Magelang

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

Transkripsi:

BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT 5.1 Urban Street Guideline Dalam Slow Ottawa Urban Design, dapat dijabarkan beberapa prinsip desain Transit-Oriented Development (TOD) yang menjelaskan mengenai streetscape, pedestrian-oriented built forms, dan karakteristik land use yang membuat nyaman untuk pejalan kaki, pengendara sepeda, dan publik transport yaitu: 1. Walk Jalur pejalan kaki yang berkualitas dan terdefinisi menjadi prinsip penting dalam penyediaan mobilitas dasar bagi semua user. Street furniture, elemen landscape, dan street wall mengubah jalur pejalan kaki menjadi ruang publik yang lebih hidup. Adapun standarnya sebagai berikut: a. Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 2m sehingga jalur lebih aksesibel bagi semua user. b. Menyediakan pepohonan sebagai peneduh untuk kenyamanan pejalan kaki dan penerang di malam hari untuk meningkatkan keamanan. c. Mengaktifkan street watching dengan mendesain fasad lebih terbuka ke arah jalur pejalan kaki. 2. Cycle Street design harus mampu menjamin keamanan pengguna sepeda dengan membuat laju kendaraan menjadi lebih lambar atau memisahkan track sepeda dengan jalan raya. Jalur yang menerus, shading elements yang memadai, permukaan yang rata, dan tempat parkir yang aman adalah hal penting yang ahrus diperhatikan. a. Membuat jalur sepeda dengan pembatas dan track terpisah ketika laku kendaraan bermotor melebihi 30km/jam. b. Gunakan speed table crossing untuk memperlambat laju kendaraan yang melintas. 69

3. Connect Jaringan pejalan kaki dan pengguna sepeda yang padat, menghasilkan jalur yang pendek, beragam, dan koneksi langsung yang mampu meningkatkan akses pada titik penting, fasilitas umum, dan transportasi publik. a. Mengurangi dimensi city blocks (dengan radius tidak lebih dari 150m) 4. Public Transport Transportasi umum yang cepat, efisien, dan terpercaya akan mengurangi ketergantungan masyarakat akan kendaraan pribadi. 5. Shift Biaya parkir yang tinggi dan berkurangnya lahan parkir akan meningkatkan keinginan untuk menggunakan transportasi publik, berjalan kaki, dan mengendarai sepeda. a. Menaikkan harga parkir b. Mengganti syarat minimum off-street parking dengan maksimum. 6. Mix Keberagaman fungsi residensial dan non-residensial akan mengurangi kebutuhan untuk berpindah dan akan mengaktifkan ruang publik. 5.2 Konsep Perancangan 5.2.1 Public Space Pengertian Public Space atau ruang publik secara umum dapat diuraikan sebagai berikut : Bentuk dasar dari ruang publik umum selalu terletak di luar massa bangunan. Dapat dimanfatkan dan dipergunakan oleh setiap orang. Memberi kesempatan untuk bermacam macam kegiatan. Contoh ruang publik umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, taman kota, dan taman rekreasi. Secara khusus ruang publik juga dapat diuraikan sebagai berikut: Bentuk dasar ruang publik selalu terletak di luar massa bangunan. Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan khusus/ spesifik. 70

Contoh ruang publik secara khusus adalah taman rumah tinggal, taman lapangan upacara, daerah lapangan terbang, dan daerah untuk latihan kemiliteran. 5.2.2 Jenis Jenis Public Space Menurut kegiatannya, ruang publik terbagi atas dua jenis, yaitu ruang publik aktif dan ruang publik pasif. Ruang publik Aktif, adalah ruang publik yang mempunyai unsur unsur kegiatan di dalamnya. Misalkan bermain, olahraga, jalan-jalan, dan lainlain. Ruang publik ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi, dan lain-lain. Ruang publik Pasif, adalah ruang publik yang di dalamnya tidak mengandung unsur unsur kegiatan manusia. Misalkan penghijauan tepian jalur jalan, rel kereta api, bantaran sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang publik ini berfungsi sebagai keindahan visual dan fungsi ekologis semata. Ditinjau dari Segi Bentuk Menurut Rob Rimer (Urban Space) bentuk ruang publik secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Ruang publik berbentuk memanjang (koridor) pada umumnya hanya mempunyai batas pada sisi-sisinya, misalkan, bentuk ruang publik jalan, dan bentuk ruang publik sungai. Ruang publik berbentuk membulat pada umumnya mempunyai batas di sekelilingnya, misalkan, bentuk ruang lapangan upacara, bentuk ruang area rekreasi, dan bentuk ruang area lapangan olahraga. Berdasarkan sifatnya ada dua jenis ruang publik, yakni : Ruang publik Lingkungan adalah ruang publik atau ruang yang disengaja dibuat untuk memenuhi fungsi tertentu yang terdapat pada suatu lingkungan yang sifatnya umum Ruang publik Antar Bangunan adalah ruang publik yang tidak disengaja yang terbentuk oleh massa bangunan. Ruang publik ini mempunyai 71

fungsi antara dapat bersifat umum ataupun pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya. 5.2.3 Fungsi Public Space Menurut Utermann dan Small terdapat tiga fungsi ruang publik bila dihubungkan dengan bidang arsitektur, yaitu : Ruang publik untuk kenyamanan (jalan setapak, jalur hijau, taan dan daerah bermain). Ruang publik serius (area parker dan ruang ruang pelayanan lainnya). Ruang publik untuk menciptakan bentuk dan citra. 5.2.4 Peran Public Space Bagi Perencanaan Kota Ruang publik sebagai salah satu dari elemen-elemen kota memiliki peran yang sangat penting. Dia berperan sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik formal maupun informal, individu atau kelompok. Pengertian ruang publik secara singkat merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya. Sikap dan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap tipologi ruang kota yang direncanakan. Tipologi ruang publik dalam perkembangannya memiliki banyak variasi tipe dan karakter antara lain taman umum (public parks), lapangan dan plasa (squares and plazas), ruang peringatan (memorial space), pasar (markets), jalan (streets), tempat bermain (playground). jalan hijau dan jalan taman (green ways and parkways). atrium/pasar didalam ruang (atriumnindoor market place), pasar/pusat perbelanjaan di pusat kota (market place/ downtown shopping center), ruang dilingkungan rumah (found/neighborhood spaces) waterfront. Pengertian Jalan Penyeberangan Orang Jembatan penyeberangan orang adalah fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar atau menyeberang jalan tol dengan menggunakan jembatan, sehingga orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik. Jembatan penyeberangan juga digunakan untuk menuju tempat pemberhentian bis (seperti busway Transjakarta di Indonesia), untuk memberikan 72

akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, tangga diganti dengan suatu akses dengan kelandaian tertentu. Desain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang sama dengan jembatan untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih ringan dari jembatan kendaraan, dalam desain JPO biasanya mempertimbangkan getaran dan efek dinamik dari penggunanya. Di samping itu masalah estetika juga menjadi pertimbangan penting dalam membangun JPO terutama dijalan-jalan protokol di mana desain arsitektur menjadi pertimbangan yang penting. Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan sebagai berikut : Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup tinggi. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang tinggi Salah satu pendekatan lain yang digunakan dikawasan perbelanjaan yang ramai adalah dengan mengkombinasikan JPO dengan pertokoan/perbelanjaan seperti: JPO yang menghubungkan Pondok Indah Mall I dengan Pondok Indah Mall II JPO di Pasar Tanah Abang JPO di Pusat perbelanjaan Mangga dua Jakarta JPO di Pasar Baru Jakarta JPO di Pusat perbelanjaan elektronik Glodok JPO di Pasar Cikunir 73

Gambar 5.1 Contoh Jembatan Penyeberangan Sumber: Dezeen.com & Panoramitalia.com Gambar 5.2 Contoh Jembatan Penyeberangan Sumber: pinterest.com & archdaily.com 5.2.5 Peran Jembatan Penyeberangan Letak rencana halte trem stasiun yang berada di tengah ruas jalan raya Ring Road membutuhkan sebuah fasilitas berupa jembatan penyeberangan. Penambahan fungsi jembatan penyeberangan bertujuan untuk mempermudah akses pengguna fasilitas trem maupun pejalan kaki yang akan menyeberang jalan raya Ring Road. Penambahan fasilitas ini juga diharapkan mampu menjadi sebuah nilai estetika tertentu yang memperkuat konsep utama bangunan yaitu integrasi antara bangunan stasiun dan pedestrian bridge yang memiliki pendekatan fungsi ruang publik. 74

5.2.6 Konsep Perancangan Halte Lightrail Berdasarkan uraian mengenai public space dan pedestrian bridge dengan hasil analisis lokasi site yang berada pada titik berdekatan dengan fasilitas umum, dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antar site dengan sekitar sangat diperlukan. Integrasi yang sesuai diharapkan mampu meningkatkan produktifitas sekitar site tanpa mengurangi estetika dan fungsi ruang. Gambar 5.3 Lokasi titik stasiun Sumber: Google Earth dan Olah data penulis Integrasi ini diperkuat dengan adanya penambahan fungsi jembatan penyeberangan yang menyatukan ruang utara dan selatan Ring Road. 75

5.2.7 Analisis Pendekatan Konsep Gambar 5.4 Skema Konsep Sumber: Analisis penulis Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape & Form, Building Context, dan Building Function. Sebuah bangunan yang baik harus memiliki tiga unsur tersebut. Pada bangunan stasiun yang berfungsi sebagai fasilitas publik, maupun tempat transit haruslah memiliki konteks bangunan sebagai ruang publik, meeting point, ikon sebuah kota, yang harus mampu terintegrasi dengan lokasi sekitar dan harus mampu menjawab respon terhadap lingkungan. Berdasarkan irisan pada diagram diatas, sebuah stasiun harus mampu menjadi sebuah universal space yang mewadahi kegiatan semua orang. Selain itu stasiun juga harus mampu menjadi fasilitator untuk pengguna fasilitas tram, pejalan kaki, pengendara bermotor, dan lain-lain. Disamping itu, stasiun juga memiliki fungsi penting yaitu sebagai meeting point. 76

Berdasarkan hasil analisis lapangan yang telah dilakukan dan penggabungan teori yang ada, maka didapatkan konsep utama pada desain yaitu: 1. Universal Space Konsep ini diangkat dari isu kenyamanan dari pejalan kaki, yaitu kurangnya kenyamanan aksesibilitas. Isu ini kemudian menjadi landasan dalam mendesain yaitu dengan cara membuat sebuah desain yang lebih ramah bagi pejalan kaki khususnya bagi penyandang cacat. Sehingga desain ini lebih bisa dimaksimalkan penggunaannya bagi siapapun. 2. Iconic Based Design Konsep kedua yaitu adalah dengan memberikan sentuhan ikonik pada titik halte sehingga memiliki ciri khas yang memudahkan untuk dikenali bagi masyarakat serta sebagai unsur estetika pada daerah. Iconic based design ini nantinya akan menjadi guideline pada masing-masing titik sehingga masingmasing titik memiliki ciri khas daerahnya masing-masing. 3. Integrated Circulation Sirkulasi yang terintegrasi menjadi satu poin penting pada desain. Karena hal ini menyangkut banyak aspek, mulai dari aspek pejalan kaki, kendaraan bermotor, dan sistem tram. Sehingga perlu adanya penyelesaian desain khusus. 77

Gambar 5.5 Diagram Pendekatan Konsep Stasiun memiliki fungsi utama sebagai fasilitas transit untuk pengguna tram atau kereta. Dalam analisis kebutuhan ruang dan analisis stasiun lainnya, terdapat beberapa aspek utama dalam stasiun yaitu kenyamanan dan keamanan. Kedua aspek ini berkaitan erat dengan pengguna fasilitas yaitu penumpang dan pejalan kaki. Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika ia merasa aman, sehingga perlu ada penyelesaian desain yang mampu menunjang aspek tersebut. Kedua aspek ini memiliki peran penting karena memiliki dampak terhadap penggunaan fasilitas tersebut. 78

Kedua aspek ini dapat diwujudkan dengan mengaktifkan street watching atau pengawasan ke arah jalan yang dapat dilakukan dengan olah desain tertentu. Pengaktifan ini juga bisa dilakukan dengan cara melakukan integrasi antara bangunan stasiun dengan lokasi sekitar yang pada kasus ini adalah ruang komersial itu sendiri. Koneksi yang erat antara stasiun dengan lokasi sekitar ini akan mengaktifkan sebuah kawasan baru yang lebih nyaman untuk pejalan kaki. Gambar 5.6 Skema Konsep Sumber: Analisis penulis 5.2.8 Analisis Fungsional Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang Halte No. Zona Ruang Utama Pendukung 1 Ruang Tiketing 2 Ruang Tunggu 3 Platform 4 Kantor 5 Ruang Parkir 6 Ruang Servis (Toilet) 79

Kebutuhan ruang pada halte umumnya mencakup 5 ruang pokok yaitu Ruang Tiketing, Ruang Tunggu, Platform, Kantor, Ruang Servis (Toilet), dan Ruang/Area Parkir sebagai area pendukung yang tidak wajib ada dalam sebuah halte. Kebutuhan ruang tersebut dijabarkan menjadi lebih rinci dan dijelaskan pada Gambar. Gambar 5.7 Zonasi Ruang Pada gambar tersebut menjelaskan bahwa pembagian ruang halte terbagi menjadi 3 zona yaitu zona Access & Interchanges, Facilities Zone, dan Platform Zone. Zona-zona ini membagi fungsi ruang publik dan non publik atau biasa disebut Paid Zone dan Unpaid Zone. Gambar 5.8 Zonasi Ruang 80

Gambar 5.9 Zonasi Ruang Pembagian ruangan tersebut diurutkan berdasarkan alur sirkulasi pada halte tersebut. Sehingga tata ruang yang terjadi adalah adanya perbedaan hierarki pada zonasi ruang yaitu ruang publik dan ruang privat. Pembagian zonasi ruang ini juga menciptakan sebuah sirkulasi pada halte yang berurutan berawal pada tahap memasuki ruangan hingga menaiki kereta trem yang dijelaskan pada gambar diagram dibawah. Gambar 5.10 Diagram Perjalanan Pembagian zonasi di atas akan menciptakan sebuah alur bagi pengguna fasilitas trem. Alur yang tercipta berdasarkan fungsi dan peran zona. Setiap zona akan terhubung oleh sebuah alur utama berupa jembatan penyeberangan. Sirkulasi pada bangunan dengan lokasi eksisting terdiri dari tiga jenis yaitu sirkulasi kendaraan, sirkulasi pejalan kaki, dan sirkulasi pengguna fasilitas trem. 81

5.2.9 Transformasi Desain Berdasarkan uraian analisis pada poin sebelumnya, didapatkan pembagian zonasi ruang pada perencanaan desain halte sebagai berikut. Gambar 5.11 Rencana Desain Halte Bangunan halte terbagi menjadi tiga buah level yang kemudian diuraikan menjadi sebagai berikut: 1. Level 1 : Access and Interchanges Zone Zona ini terletak pada lantai satu bangunan dan berfungsi sebagai zona akses menuju fasilitas halte trem. Fasilitas ini dilengkapi dengan penambahan jembatan penyeberangan karena halte terletak di tengah ruas jalan raya. Penambahan jembatan ini juga berfungsi sebagai jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki baik yang menggunakan fasilitas stasiun maupun penyeberang jalan. 82

2. Level 2 : Facilities Zone Zona ini terletak pada lantai dua bangunan dan memiliki fungsi sebagai zona fasilitas yang meliputi ruang tiketing, kantor, dan ruang servis. Pada level ini fungsi stasiun akan berdampingan dengan fungsi jembatan penyeberangan namun terpisahkan oleh zonasi ruang publik dan privat (paid zone dan unpaid zone). Perletakan fungsi yang berdampingan ini akan memberikan dampak kepada pengguna fasilitas stasiun maupun pejalan kaki guna meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan silang sehingga akan tercipta suasana yang aman. 3. Level 3 : Platform Zone Zona Platform ini berada pada zonasi halte, terletak di lantai 3 bangunan dan memiliki fungsi ruang yang privat karena zona ini adalah zona khusus pengguna fasilitas kereta. Zona ini dilengkapi dengan fasilitas ruang tunggu dan beberapa fasilitas informasi lainnya bagi pengguna fasilitas kereta. Zona ini adalah zona pergantian penumpang kereta baik yang naik maupun turun kereta. Berikut adalah uraian Transformasi Desain pada perencanaan desain halte: Gambar 5.12 Transformasi Desain 1. Penambahan masa bangunan stasiun diletakkan pada bagian tengah ruas jalan raya Ring Road. Masa bangunan terdiri dari tiga level dengan level pertama sebagai struktur bangunan halte. Pada level dua dan tiga, bangunan didesain 83

dengan desain yang terbuka dengan tujuan untuk meningkatkan pengawasan dari dalam maupun luar stasiun sehingga akan menimbulkan suasana yang lebih aman bagi pejalan kaki maupun pengguna fasilitas trem, Gambar 5.13 Transformasi Desain 2. Standar bentuk stasiun dengan tipe Elevated Station memiliki bentuk standar seperti pada gambar kiri. Standar bangunan ini memiliki jembatan penyeberangan dengan akses berupa tangga maupun lift. Pada perencanaan desain halte di Ring Road Utara Yogyakarta, desain bangunan jembatan akan dibuat lebih atraktif untuk memberikan ciri khas pada titik Hartono Mall. Selain itu, penggabungan fungsi hall stasiun dengan jembatan akan memberikan pengalaman ruang yang baru bagi pengguna fasilitas kereta maupun pengguna jembatan yaitu pejalan kaki sehingga para pengguna akan merasa saling aman. Penggunaan desain jembatan dengan bentuk atraktif ini juga bertujuan untuk menarik minat masyarakat untuk lebih menggunakan fasilitas publik. 84

Gambar 5.14 Transformasi Desain 3. Perencanaan desain halte juga meliputi redesain kawasan sekitar sehingga integrasi antara stasiun dengan lokasi sekitar akan menjadi lebih terdefinisi. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan sugesti psikologis pada pengguna fasilitas bahwa terjadi adanya hubungan antara stasiun dengan lokasi disekitarnya. Sehingga pengguna tidak akan merasa asing ketika turun dari stasiun maupun menuju stasiun. Selain itu, redesain ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai jual area komersil yang lebih ramah dan lebih walkable. Gambar 5.15 Sketsa Transformasi Desain 85

Desain paving pada lokasi sekitar stasiun dengan desain pada interior stasiun diintegrasikan dengan cara memberikan sentuhan desain yang seragam dan senada. Hal ini memiliki tujuan untuk memberikan sugesti psikologis pada pengguna fasilitas supaya tidak merasa asing ketika pengguna fasilitas keluar dari stasiun maupun memasuki stasiun. Gambar 5.16 Sketsa Transformasi Desain Penambahan pepohonan untuk menunjang kenyamanan pengguna fasilitas stasiun maupun pejalan kaki juga diberikan pada lokasi area komersil. Selain untuk menambah kenyamanan, hal ini juga bertujuan untuk menghadirkan konsep pada Kota Yogyakarta yaitu Green City. 86