BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENURUNAN AIR TAK BEREKENING (Non Revenue Water) Ir. BUDI SUTJAHJO MT Anggota BPP SPAM

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEHILANGAN AIR FISIK PDAM TIRTANADI SUNGGAL PADA WILAYAH PELAYANAN KOMPLEKS GRAHA SUNGGAL EGIA PUTRI KARINA SEMBIRING

KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM ( TIRTA NAULI ) SIBOLGA Zuhendri Tanjung 1, Ahmad Perwira Mulia 2

meter, kesalahan pencatatan angka meter, pemakaian yang tidak tercatat misalnya untuk pengurasan dan pemadam kebakaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES) PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES) PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN NIKMAD ARSAD SIREGAR

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Winardi Dwi Nugraha 1

ANALISIS KEHILANGAN AIR PADA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO

KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (TIRTA NAULI) SIBOLGA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kuantitas dan kualitas tertentu untuk menopang kehidupannya. Penambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Air Minum (PDAM). Air sangat berguna dalam kehidupan sehari hari bagi

Rangkaian Evaluasi Pascaproyek Program Penyehatan Lingkungan Proyek Komunikasi dan Pengelolaan Pengetahuan Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kemajuan informasi dan teknologi di era globalisasi ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk mengetahui volume air

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA MATARAM

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan suatu kebutuhan vital bagi setiap orang. Arti penting air

ANALISIS KEHILANGAN AIR PADA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari:

4.1. PENGUMPULAN DATA

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air

PENGELOLAAN SISTEM PIPA TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PDAM DUA SUDARA KOTA BITUNG UNTUK MELANJUTKAN PELAYANAN

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

BAB III. METODE PENELITIAN

KAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH

OLEH: Loufzarahma Tritama Nazar NRP DOSEN PEMBIMBING: Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc., Ph.D

EVALUASI KINERJA TEKNIS PDAM TIRTA KEPRI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN MALINAU TAHUN 2013

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI JARINGAN AIR BERSIH PDAM DI KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA

PENYUSUNAN NERACA AIR SEBAGAI FUNGSI KONTROL LAJU KEHILANGAN AIR PDAM (STUDI KASUS PDAM KOTA SEMARANG)

BAB I PENDAHULUAN I-1

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan menyangkut hajat hidup orang banyak, maka. diperlukan suatu badan atau organisasi yang professional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Neraca Air Dan Kebutuhan Air Baku PAM DKI Jakarta

pekerjaan yang sistematis mulai dari awal sampai selesainya pekerjaan, sehingga

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISA SISTEM PEMIPAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN DAN KEBUTUHANNYA PADA TAHUN 2064 ABSTRAK

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Air Bersih Tak Kunjung Tiba, Pelanggan Menangis, PDAM Angkat Tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan air bersih atau air PDAM sering di sebut sebagai Non-Revenue-Water

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

ANALISA SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA TUGU KECAMATAN MANTUP KABUPATEN LAMONGAN

Oleh : Lutvi Novianto *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN RESERVOIR PDAM TIRTAULI DI KELURUHAN TONG MARIMBUN KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan. Tanpa adanya air, maka kita sulit

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI

BAB I PENDAHULUAN. maupun tumpuan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan. Sumber daya

Perencanaan pengembangan SPAM

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN TANGGULANGIN, KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR STUDI KEHANDALAN METER AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. sama untuk rnemproduksi dan merebut pasar di masyarakat.

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan air tidak dapat dilepaskan dari kehidupan makhluk hidup karena air merupakan komponen vital yang sangat diperlukan terutama oleh manusia. Setiap harinya manusia memerlukan air untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya. Bagi manusia, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti mandi, minum, mencuci, memasak, dll. Dengan beragam kebutuhan air tersebut, perusahaan-perusahaan air bersih dituntut untuk menyediakan pasokan air bersih kepada masyarakat agar setiap kebutuhan tersebut terpenuhi. Penyediaan air bersih di Indonesia difasilitasi oleh ± 318 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sistem ini ternyata melayani 33 juta jiwa atau hanya sebesar 39% penduduk perkotaan dan 9 juta jiwa atau 8% penduduk perdesaan. Sedangkan masyarakat lainnya yang belum terlayani air minum memperoleh dari sumber lain seperti mata air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air (water vendor) yang kualitasnya tidak terjamin. Untuk masyarakat miskin yang belum terlayani oleh sistem, membeli air dengan harga yang cukup mahal (Sutjahjo, 2014). Berbagai faktor mempengaruhi kondisi pelayanan air minum di Indonesia sehingga menyebabkan air yang diterima masyarakat belum memenuhi standar kualitas air minum. Selain itu, tingkat kehilangan air yang tinggi juga menjadi alasan tidak meratanya pelayanan air bersih ke masyarakat. Kehilangan air bukan menjadi fenomena yang baru lagi dalam dunia air minum. Hal ini dapat terjadi ketika air yang berhasil didistribusikan ke pelanggan namun karena berbagai alasan seperti kebocoran, tidak diukur atau dicatat secara akurat sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam jumlah konsumsi pelanggan. Hal ini merupakan salah satu permasalahan manajemen air minum yang juga masih sering terjadi di Indonesia. Beragam penyebab terjadinya kehilangan air dapat diakibatkan berbagai faktor seperti inkonsistensi teknis serta menurunnya fasilitas yang pada akhirnya menyebabkan kerugian yang cukup besar tidak hanya dari pihak perusahaan air minum, tetapi juga imbasnya lagi-lagi dialami oleh masyarakat. Terjadinya kehilangan air seringkali menyebabkan distribusi aliran air bersih

menjadi tidak lancar. Adanya permasalahan lain seperti debit aliran air yang kecil dan tekanan air yang rendah menyebabkan kebutuhan pelanggan akan air bersih menjadi tidak terpenuhi. Selain itu, kekeliruan pembacaan meter juga mengakibatkan jumlah tagihan air yang harus dibayar menjadi tidak sesuai dengan volume penggunaan yang tertera di meteran pencatat. Menurut data dari Lithuania Water Supply Association, pada tahun 2012 di Lithuania sekitar 124 juta m³ air tanah yang dipasok ke jaringan, hanya 92 juta m³ yang terjual, yang artinya terjadi kehilangan air sebesar 32 juta m³ per tahunnya (Rimeika and Albrektienė, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Rita dan Nugraha (2009), di PDAM Kota Magelang didapat persentase kehilangan air akibat kebocoran pipa di wilayah studi adalah sebesar 75,21% di Armada Estate Utara; 43,97% di Armada Estate Selatan; dan 25,33% di Perumahan Depkes. Sedangkan penelitian lainnya oleh Dewi dkk (2015), yang dilakukan di PDAM Kabupaten Sukoharjo didapat bahwa kehilangan air yang terjadi pada tahun 2010-2012 sebesar 28,13%, 26,73%, 31,56% dengan angka kenaikan rata-rata sebesar 28,81%. Adapun ringkasan lebih lanjut mengenai penelitian kehilangan air yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.2. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 tahun 2006, angka minimum kehilangan air yaitu 20%. Sedangkan, beberapa PDAM di Indonesia memiliki tingkat kehilangan air mencapai kisaran 20% bahkan kurang, namun banyak pula yang mencapai nilai 60% atau lebih. Berdasarkan data resmi Departemen Pekerjaan Umum, persentase kehilangan air PDAM di Indonesia rata-rata mencapai angka 37%. Faktanya dengan tingkat kehilangan air tersebut, peluang hilangnya pendapatan mencapai Rp 1,139 triliun per tahun (Deppu BPPSPAM, 2014). PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara merupakan perusahaan daerah air minum yang memiliki tugas untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan air bersih kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Tahun 2007, PDAM Tirtanadi memproduksi air bersih yang berasal dari instalasi pengolahan air dan beberapa sumur bor dengan kapasitas sebesar 5.046 l/detik. Adapun instalasi PDAM Tirtanadi antara lain instalasi Sibolangit, instalasi Sunggal, instalasi Delitua, instalasi Limaumanis, dan instalasi Hamparan Perak.

Pendistribusian air PDAM Tirtanadi tentu juga tidak luput dari kehilangan air. Adapun tingkat kehilangan air PDAM Tirtanadi tahun 2001-2004 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Tingkat Kehilangan Air PDAM Tirtanadi No. Uraian Total Kehilangan Air 2001 28.535.824 m 3 /tahun 1. 2002 27.780.645 m 3 /tahun 2003 27.046.426 m 3 /tahun 2004 31.502.037 m 3 /tahun Kehilangan Air (%) 2001 23,5% 2. 2002 22,0% 2003 21,2% 2004 23,4% Sumber : USAID, 2006 Berdasarkan Tabel 1.1, tingkat kehilangan air PDAM Tirtanadi jika dibandingkan dengan rata-rata kehilangan air PDAM di Indonesia, maka tingkat kehilangan air ini termasuk cukup rendah. Meskipun demikian, PDAM Tirtanadi mengalami kehilangan air dengan rata-rata sekitar 1.000 l/detik yang artinya jumlah ini cukup besar. Selain itu, sumber air baku yang digunakan untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih (SPAB) semakin jauh sehingga biaya pengembangan sistem akan semakin mahal (USAID, 2006). Kehilangan air PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 rata-rata mencapai 27,9% yang artinya sudah di atas standar persentase kehilangan air dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Jumlah sambungan pelanggan PDAM Tirtanadi pada tahun 2014 adalah sebesar 404.739 pelanggan. Tingkat kehilangan air tersebut cukup tinggi mengingat setiap tahunnya jumlah sambungan pelanggan meningkat sebesar ± 8.000 pelanggan. PDAM Tirtanadi Sunggal merupakan salah satu cabang dari PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di beberapa daerah di Kota Medan. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi Sunggal saat ini mencapai 34.895 pelanggan. PDAM Tirtanadi Sunggal memproduksi air bersih sebesar 2.500 l/detik. Hasil air olahan reservoir di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal nantinya akan dialirkan menuju pipa distribusi yang terhubung ke setiap cabang. Jaringan distribusi air pada cabang PDAM Tirtanadi menggunakan pola pendistribusian sistem cabang yang bersifat membentuk cabang sesuai dengan daerah pelayanan. Berdasarkan pola jaringan ini, terdapat beberapa kekurangan seperti berpotensi terjadinya kehilangan air, kebocoran atau kerusakan yang menyebabkan

pengaliran ke suatu daerah terhenti, serta pembagian debit yang tidak merata. Belum lagi sangat rentannya terjadi masalah pencurian air jika menggunakan pola jaringan sistem cabang. Kompleks Graha Sunggal merupakan salah satu perumahan yang terletak di Jalan Sunggal, Medan Sunggal yang terlayani oleh PDAM Tirtanadi Sunggal. Wilayah pelayanan ini juga tidak terlepas dari kehilangan air. Banyaknya kasus kehilangan air yang ada di berbagai wilayah, maka akan dilakukan analisis terhadap kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. Dengan melakukan analisis tersebut, dapat ditemukan permasalahan yang terjadi mengenai kehilangan air dan diharapkan adanya penyelesaian yang sesuai untuk menghindari kerugian di berbagai pihak. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini, yaitu: 1. Berapakah tingkat kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal? 2. Bagaimanakah neraca air PDAM Tirtanadi Sunggal di wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal? 3. Berapakah besar nilai indeks kebocoran infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI) sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tugas akhir ini, yaitu: 1. Mengetahui besarnya tingkat kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. 2. Mengetahui nilai neraca air PDAM Tirtanadi Sunggal di wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. 3. Mengetahui besar nilai indeks kebocoran infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI) sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal.

1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian tugas akhir ini, yaitu: 1. Melihat ketelitian meter air pelanggan di wilayah penelitian dengan cara melakukan pengukuran akurasi meter. Akan dilakukan juga pengukuran tekanan air di bagian awal, tengah, dan akhir pada wilayah penelitian untuk mengetahui nilai tekanan air. 2. Menganalisis besarnya tingkat kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. 3. Menganalisis besar nilai neraca air dan indeks kebocoran infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI) sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal. Setiap data yang didapat baik data primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis sehingga dapat dilakukan penyusunan neraca air dan nilai indeks kebocoran infrastruktur dengan menyesuaikan pada matriks target kehilangan air fisik. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tugas akhir ini, yaitu: 1. Mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat selama proses perkuliahan. 2. Mampu menemukan solusi dan rekomendasi pengendalian kehilangan air di PDAM Tirtanadi Sunggal. 3. Sebagai evaluasi dan masukan terkait kehilangan air bagi PDAM Tirtanadi Sunggal. 4. Sebagai optimalisasi pelayanan air bersih PDAM Tirtanadi Sunggal. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan pada laporan tugas akhir ini, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan gambaran umum tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Membahas teori dasar yang mendukung mengenai tugas akhir. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Menguraikan konsep penelitian, metode penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder, serta langkah pengolahan dan analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Membahas mengenai pengolahan data, perhitungan kehilangan air, penyusunan neraca air, dan perhitungan Infrastructure Leakage Index. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Menyimpulkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya.

Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Kenneth R. Friedman and James P. Heaney 2. Dinda Rita K. dan Winardi Dwi Nugraha 2009 Water Loss Management: Conservation Option in Florida s Urban Water Systems 2010 Studi Kehilangan Air Akibat Kebocoran Pipa Pada Jalur Distribusi PDAM Kota Magelang (Studi Kasus: Perumahan Armada Estate dan Depkes, Kramat Utara Kecamatan Magelang Utara) Untuk memperkirakan kehilangan air publik pada pasokan sistem di Florida sebagai bagian dari rencana konservasi air. Penelitian ini hanya membahas kehilangan air di jaringan distribusi/transmisi saja. a. Penelitian ini menghitung kehilangan air dengan metode dari IWA yaitu neraca air dan ILI. Untuk melakukan studi kasus tentang kehilangan air yang disebabkan oleh kebocoran pipa di perumahan Armada Estate dan Depkes, Kramat Utara Magelang Utara. a. Analisa pelaksanaan step test dan sounding untuk mengidentifikasi kebocoran air pada jaringan distribusi. Step test biasanya dilakukan pada malam hari, karena pada malam hari tingkat konsumsi air sangat kecil dan lebih stabil. b. Setelah dilakukan tahapan step test, maka daerah atau sub zona yang mengalami kebocoran dapat diisolasi. c. Selanjutnya untuk menentukan letak kebocoran secara pasti dilakukan dengan teknik sounding. 1. Berdasarkan perhitungan neraca air didapat nilai RW (Air Berekening) sebesar 3,258.0 juta galon/tahun dan NRW sebesar 1,143.3 juta galon/tahun. 2. Pehitungan ILI didapat sebesar 8.9. Nilai ILI di kisaran 5 sampai 8 dapat ditoleransi jika air relatif murah dan pasokan berlimpah. Nilai ILI kurang dari 1.0 dianggap mustahil didapat karena artinya utilitas air relatif mahal dan kontrol kebocoran harus benar-benar ketat. 1. Persentase kehilangan air akibat kebocoran pipa di wilayah studi adalah sebesar 75,21% di Armada Estate Utara; 43,97% di Armada Estate Selatan; dan 25,33% di Perumahan Depkes. 2. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kehilangan air adalah melaksanakan investigasi terhadap pipa pipa yang bocor dengan cara step test dan teknik sounding. 3. Besarnya penurunan tingkat kehilangan air pada masing masing daerah studi adalah sebagai berikut: pada Perumahan Armada Estate Utara sebanyak 59,51% dan di Armada Estate Selatan sebesar 10,89%. Sedangkan di Perumahan Depkes penurunan presentase kehilangan air adalah sebesar 10,91%.

No. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Setelah dilakukan sounding, akan ditemukan titik-titik kebocoran dan kemudian dilakukan perbaikan. 3. Mindaugas Rimeika and Ramunė Albrektienė 2014 Analysis of Apparent Water Losses, Case Study Untuk melihat kehilangan air nonfisik di Kota Alytus, Lithuania (sebuah negara di Eropa bagian timur laut) dengan menganalisis meteran pelanggan. a. Penelitian ini dilakukan dengan menguji meter air di kompleks perumahan yang menggunakan meter air Kelas B dan C yang dibangun secara berurutan. Uji lainnya dilakukan di perumahan dimana meter air Kelas C nya baru dipasang. b. Kedua pengujian akan menunjukkan volume kehilangan air fisik yang signifikan karena ketidakakuratan meter air yang digunakan. 1. Sekitar 124 juta m³ air tanah yang dipasok ke jaringan, hanya 92 juta m³ yang terjual, yang artinya terjadi kehilangan air sebesar 32 juta m³ per tahunnya. 2. Kehilangan air nonfisik didapatkan; perumahan 1 (40 rumah) = 323 m 3 /tahun, perumahan 2 (50 rumah) = 202 m 3 /tahun, perumahan 3 (60 rumah) = 150 m 3 /tahun. 3. Dari hasil penelitian pada tiga perumahan tersebut didapat bahwa, pemasangan meter air tidak dilakukan sesuai dengan instruksi yang seharusnya. Sehingga terjadinya penyimpangan yang mengganggu akurasi pengukuran. Setelah mengganti meter air rumah dari Kelas B oleh warga dari Kelas C, didapatkan kehilangan air rata-rata dari 12 l/hari atau sekitar 4 3 m /perumahan/tahun. 4. Perlu akurasi pada alat meter air sehingga akan membantu mengurangi kehilangan. Akurasi pada perhitungan air dimaksudkan untuk pengukuran yang lebih akurat dari air yang dikonsumsi oleh pelanggan tetapi tidak untuk merugikan pelanggan.

No. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil 4. R. R. Dighade, M. S. Kadu dan A. M. Pande Untuk mengetahui nilai kehilangan air di area Kota Nagpur India. 2015 Non Revenue Water Reduction Strategy in Urban Water Supply System in India a. Penelitian dilakukan melalui penilaian NRW dengan menggunakan data dasar yang ada dan melalui diskusi dengan warga di lingkungan tersebut. 1. Persentase kehilangan air di Kota Nagpur didapatkan; kehilangan air fisik 17%, kehilangan air nonfisik 21%, konsumsi tak berekening 12%, dan air berekening 50%. 2. Tingkat NRW di Kota Nagpur sebesar 49.77% yang artinya hampir mencapai setengah dari total volume input. Tingginya nilai NRW umumnya menunjukkan buruknya utilitas air yang dikelola. 3. Untuk negara berkembang, mengurangi NRW harus menjadi pilihan utama untuk mengatasi tingkat cakupan pelayanan yang rendah ketika permintaan pasokan air bersih meningkat. Dengan memperluas jaringan air tanpa mengatasi kehilangan air hanya akan menyebabkan tidak efisiensinya distribusi. 5. Kharina Hardiana Dewi, Koosdaryani, dan Adi Yusuf Muttaqien 2015 Analisis Kehilangan Air Pada Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo Untuk menentukan jumlah kebutuhan pelanggan PDAM Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo 2010-2012 dan menentukan tingkat kebocoran dan penurunan tekanan yang terjadi pada pipa distribusi. 1. Total kebutuhan pelanggan terbanyak pada tahun 2012 adalah 97,89 lt/det. Kehilangan air yang terjadi pada tahun 2010-2012 sebesar 28,13%, 26,73%, 31,56% dengan angka kenaikan ratarata sebesar 28,81%. a. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. b. Data yang didapat kemudian diolah sehingga terbentuk simulasi pipa jaringan distribusi PDAM Kecamatan Baki dengan program Epanet 2.0 Data lainnya diolah sehingga didapat analisis kehilangan berdasarkan literatur. 2. Dari hasil analisis simulasi pressure pada pipa jaringan distribusi dengan program Epanet 2.0 diperoleh bahwa jam puncak pemakaian air pada jam 04:00 AM, pressure tertinggi yaitu 268,69 m sedangkan pressure terendah yaitu 238,94 m. Adapun untuk jam terendah pemakaian air pada jam 02:00 AM, pressure tertinggi yaitu 140,60 m sedangkan pressure terendah yaitu 71,46 m.