Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH STEEL SLAG DALAM CAMPURAN AC-WC SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR No. ½ DAN No. 8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

NASKAH SEMINAR INTISARI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

METODOLOGI PENELITIAN

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB III Landasan Teori LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Perkerasan Lapis Aus

Zeon PDF Driver Trial

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Pemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Variasi Jumlah Tumbukan Terhadap Uji Karakteristik Marshall Untuk Campuran Laston (AC-BC) Antonius Situmorang 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB III LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERENCANAAN PERSENTASE AGREGAT CAMPURAN. Dalam memperoleh gradasi argegat campuran yang sesuai dengan spesifikasi

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk melayani bebanlalu lintas. Agregat yang dipakai dapat berupa

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Marshall Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis, karena prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Secara garis besar, pengujian Marshall ini meliputi : 1. Persiapan benda uji. 2. Penentuan berat jenis bulk dari benda uji. 3. Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow. 4. Perhitungan sifat volumetric benda uji.. Campuran yang di gunakan pada pengujian Marshall harus memenuhi beberapa persyaratan dalam pengujiannya. Adapun persyaratan campuran untuk laston dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel. 3.1 Spesifikasi Campuran Laston (AC) Sifat-sifat Caampuran Spesifikasi Laston (AC-WC) Jumlah tumbukan per bidang 75 kali Rongga dalam Campuran (VIM) 3,5-5,5 % Rongga dalam Agregat (VMA) Min 15 % Rongga terisi Aspal (VFA) Min 65 % Stabilitas Min 800 kg Pelelehan (Flow) Min 3 mm Marshall Quotient (MQ) Min 250 kg/mm Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3) B. Perhitungan Dalam Marshall Adapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam penganalisisan data yaitu mengacu pada SNI 06-2489-1991 dan The Asphalt Institute sebagai berikut : 21

22 1. Berat Jenis Aspal Pemeriksaan berat jenis aspal di laboratorium (Specific Gravity Test) adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu (25 C atau 15,6 C). pengujian ini diperlukan pada saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya. Berat Jenis = (C A) (B A) (D C)...(3.1) A : massa piknometer dan penutup B : massa piknometer dan penutup berisi air C : massa piknometer, penutup dan benda uji D : massa piknometer, penutup, benda uji dan air 2. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda, baik berat jenis kering dan berat jenis semu. Penyerapan terhadap air dan berat jenis efektifnya juga berbeda antara agregat kasar dan agregat halus. a. Agregat Kasar 1) Berat jenis kering S d = A (B C)... (3.2) 2) Berat jenis semu S a = A (A C)... (3.3) 3) Penyerapan air S w = [ B A A 100%]...(3.4) 4) Berat jenis efektif B. J. Efektif = S a+s d 2...(3.5)

23 Sd Sa Sw A B C : Berat Jenis Kering : Berat Jenis Semu : Penyerapan Air b. Agregat Halus : berat benda uji kering oven : berat benda uji jenuh kering permukaan : berat benda uji dalam air 1) Berat jenis kering S d = (B+SSD Bt)...(3.6) 2) Berat jenis semu S a = (B+ Bt)...(3.7) 3) Penyerapan air S w = SSD 100%...(3.8) 4) Berat jenis efektif B. J. Efektif = S a+s d 2 Sd Sa Sw B Bt : Berat Jenis Kering : Berat Jenis Semu : Penyerapan Air : Berat pasir kering : Berat piknometer + air : Berat piknometer + pasir + air SSD : Berat pasir kering permukaan 3. Rongga dalam Agregat (VMA)...(3.9) Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara partikel agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dapat dihitung dengan rumus berikut :

24 VMA = 100 (100 %aspal) berat volume b.u B.J.Agregat VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%) %Aspal : Kadar aspal terhadap campuran (%) B.J. Agregat : Berat jenis efektif...(3.10) 4. Rongga dalam Campuran (VIM) Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal. Volume rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus berikut: VIM = 100 Berat jenis maksimum teoritis : BJ = 100 % agr B.J.Agr + %aspal B.J.Aspal 100 berat volume b.u B.J.maksimum teoritis...(3.11)...(3.12) VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%) B.J Teoritis : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan (gr/cc) 5. Rongga terisi Aspal (VFWA) Rongga terisi aspal atau Volume of voids Filled with Asphalt (VFWA) adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Rumus adalah sebagai berikut: VFWA = 100 (VMA VIM) VMA VFWA : Rongga udara terisi aspal (%) VMA : Rongga udara pada mineral agregat (%)...(3.13) VIM : Rongga udara pada campuran seteah pemadatan (%)

25 6. Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan lapis keras dalam menahan beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk yang permanen, dinyatakan dalam kg. Pengukuran stabilitas dengan uji Marshall diperlukan untuk mengetahui kekuatan tekan geser dari sampel yang ditahan dua sisi kepala penekan, dengan nilai stabilitas yang cukup tinggi diharapkan perkerasan dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadi kehancuran geser. Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing masing yang ditunjukkan oleh jarum arloji. Untuk nilai stabilitas, nilai yang ditunjukkan pada arloji perlu dikonversi terhadap alat Marshall. Hasil pembacaan di arloji stabiilitas harus dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring yang digunakan pada alat Marshall. Pada penelitian ini, alat Marshall yang digunakan mempunyai nilai kalibrasi proving ring sebesar 15,9. Selanjutnya, nilai tersebut juga harus disesuaikan dengan angka koreksi terhadap ketebalan benda uji. 7. Kelelehan (Flow) Tabel 3.3 Angka koreksi tebal benda uji Tebal (mm) Angka Koreksi 65 0,935 66 0,90 67 0,885 68 0,865 69 0,855 70 0,845 71 0,835 72 0,825 Sumber: Asphalt Institute MS-2, 1988 Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji pembacaan flow pada alat Marshall. Untuk arloji pembacaan flow, nilai yang didapat sudah dalam satuan mm, sehingga tidak perlu dikonversi lebih lanjut. 8. Marshall Quotient Marshall Quotient dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: MQ = MS MF... (3.14)

26 dengan, MQ = Marshall Quotient (kg/mm) MS = Marshall Stability (kg) MF = Flow Marshall (mm)