BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering terjadi pada lansia. Nyeri pada penyakit pada penyakit artritis reumatoid terutama disebabkan oleh adanya inflamsi yang mengakibatkan dilepasnya mediator-mediator kimiawi, kinin dan mediator kimiawi lainya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan stimulus. Pada penderita artritis reumatoid bila tidak segera diatsasi, penyakit ini dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk bergerak dan berjalan (Smeltzer & Bare, 2002). Gangguan pada persendian merupakan penyakit yang sering dijumpai pada lansia, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Dewi, Setyoadi, & Widastra, 2009). Bergabai gangguan fisik atau penyakit muncul pada lansia. Salah satu diantaranya adalah penyakit persendian atau artritis. Artritis menepati urutan pertama penyakit kronis yang dialami oleh lansia. Diantara artritis yang paling banyak adalah artritis reumatoid. Selanjutnya hipertensi, berkurangnya pendengaran atau tuli, dan penyakit jantung. Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut di indonesia adalah osteoartritis (OA) 50-60 %, yang kedua adalah kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, 1
2 peradangan penggunaan berlebihan, dan sebagainya), yang ketiga adalah asam urat (gout) sekitar 6-7%. Sementara penyakit reumatoid artritis (RA) di indonesia hanya 0,1% (1 di antar 1000-5000 orang), sedangkan di negara-negara Barat sekitar 3%. Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan prevalensi penyakit rematik didaerah Jawa Tengah sebagai 17,2% yang menderita rematik. Prof. Handono Kalim, Sp.PD,KR, menyebutkan prevalensi rematik di kota Semarang sekitar 46% (Nainggolan, 2009). Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pada artritis reumatoid, meliputi farmokologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis dengan menggunakan analgetik sedangkan terapi nonfarmakologis meliputi masase, kompres baik kopres dingin maupun kompres hangat (Potter & Perry, 2005). Imobilisai, distraksi, dan relaksasi. Relaksasi merupakan teknik merelaksasikan ketegangan otot atau pengendoran. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan ispirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventrikel paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
3 Relaksasi bertujuan untuk membuat tubuh menjadi rileks, menciptakan kenyamanan batin dan mengurangi kecemasan. Dengan demikian detak jantung menjadi teratur mengurangi tekanan darah sehingga dapat mengurangi rasa nyeri akut maupun kronis. (Hipnotis Pendidikan, 2008). Sementara menurut (Smeltzer & Bare, 2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventrikel alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik deskriptif dan inferensial dapat diambil kesimpulan sebagai berikut hasil pengukuran rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam setelah diklasifikasi dari sepuluh orang responden, empat orang (40%) mengalami nyeri ringan, dan enam orang (60%) nyeri sedang. Hasil pengukuran tingkat nyeri rata-rata setelah pemberian teknik relaksasi nafas dalam dari sepuluh orang responden, lima oranng (50%) mengalami nyeri ringan, lima orang lagi masih nyeri sedang. Namun bila dilihat dari skala nyeri masing-masing responden, semua responden (100%) mengalami penurunan persepsi nyeri (Dewi, Setyoadi, & Widastra, 2009). Melihat keterangan dari berbagai sumber diatas, maka pemberian asuhan perawatan pada lansia dengan artritis reumatoid, terutama dalam penatalaksanaan respon nyeri. Untuk itu penulis tertarik melakukan studi
4 kasus dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Aplikasi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Lansia Dengan Artritis Reumatoid B. Tujuan penulisan Pada tujuan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis bagi menjadi dua yaitu: 1. Tujuan Umum Memperoleh gambaran hasil pengelolaan asuhan keperawatan dengan tindakan pemberian aplikasi teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan artritis reumatoid. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri pada lansia dengan artritis reumatoid. b. Untuk mengaplikasikan pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada artritis reumatoid. c. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri pada lansia dengan artritis reumatoid setelah diberikan aplikasi teknik relaksasi nafas dalam. C. Manfaat penulisan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan dengan aplikasi pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap
5 penurunan nyeri dengan artritis reumatoid dan sebagai panduan perawat dalam pengelolaan asuhan kepewatan pada artritis reumatoid. Juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam keperawatan gerontik.