IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

KONDISI W I L A Y A H

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB V HASIL PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN UMUM

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga 107 o 43 56 Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar 16.729,650 ha. Secara administratif, Kota Bandung terbagi menjadi enam wilayah pengembangan, yaitu Wilayah Pengembangan Bojonagara, Wilayah Pengembangan Cibeunying, Wilayah Pengembangan Tegallega, Wilayah Pengembangan Karees, Wilayah Pengembangan Ujungberung, dan Wilayah Pengembangan Gedebage. Wilayah perencanaan mencakup seluruh Wilayah Pengembangan Tegallega. Wilayah Tegallega terletak di bagian Barat Daya Kota Bandung, tepatnya pada 6 o 53 13 hingga 6 o 57 43 Lintang Selatan dan 107 o 32 53 hingga 107 o 36 51 Bujur Timur. Luas areal Wilayah Pengembangan Tegallega adalah 2.707,07 ha. Wilayah Pengembangan Tegallega memiliki batas-batas wilayah administrasi, yaitu a. Sebelah Utara : Wilayah Pengembangan Bojonagara (Jalan Jend. Sudirman). b. Sebelah Timur : Wilayah Pengembangan Karees (Jalan Moch. Toha dan Jalan Otto Iskandardinata). c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung (TOL Padalarang-Cileunyi). d. Sebelah Barat : Kota Cimahi. Wilayah Pengembangan Tegallega terdiri atas lima wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul, dan Kecamatan Astana Anyar. Data mengenai luas wilayah tiap kecamatan di Wilayah Pengembangan Tegallega dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pembagian wilayah administrasi tiap kecamatan secara spasial dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Wilayah Pengembangan Tegallega Kecamatan Luas (ha) Astana Anyar 295,26 Bojongloa Kidul 622,93 Bojongloa Kaler 326,81 Babakan Ciparay 735,32 Bandung Kulon 726,75 Jumlah 2.707,07 Sumber: Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Bandung, 2004 4.1.2 Topografi Ketinggian lahan Wilayah Pengembangan Tegallega berada antara 650-980 m dari permukaan laut. Wilayah yang memiliki dataran paling tinggi berada di sebelah Utara kaki Bukit Manglayang, sedangkan dataran paling rendah berada di sebelah Selatan berdekatan dengan Jalan Soekarno-Hatta atau jalan kereta api. Berdasarkan hasil observasi Kantor Pertanahan Kota Bandung di sepanjang wilayah Utara, Tengah, hingga Selatan, dapat diidentifikasi bahwa Wilayah Pengembangan Tegallega terletak di kaki Bukit Manglayang, dengan kondisi topografi bergelombang dan curam di bagian Utara, landai di bagian Tengah, dan datar di bagian Selatan. Berdasarkan hasil survey instansi Kantor Pertanahan Kota Bandung, bentuk Wilayah Pengembangan Tegallega dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu datar hingga berombak, berombak hingga berbukit, dan berbukit hingga bergunung. Secara rinci persentase dari ketiga kelas bentuk wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Karakteristik Bentuk Wilayah Pengembangan Tegallega Dominasi Bentuk Wilayah No Kecamatan Datar-berombak (%) Berombak-berbukit (%) Berbukit-bergunung (%) 1 Bandung Kulon 50 43 7 2 Babakan Ciparay 50 43 7 3 Bojongloa Kidul 70 30 0 4 Bojongloa Kaler 50 43 7 5 Astana Anyar 70 30 0 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2007

Bila dilihat pada tabel di atas, pada umumnya karakteristik topografi Wilayah Pengembangan Tegallega merupakan daerah dataran hingga berombak. Namun, terdapat pula sebagian wilayahnya yang terletak pada daerah perbukitan. 4.1.3 Kemiringan Secara umum, kemiringan lahan Wilayah Pengembangan Tegallega terbagi atas lima klasifikasi yaitu 0-3 %, 3-8 %, 8-15 %, 15-25 %, dan >25 %. Hampir 80 persen wilayah Tegallega merupakan lahan potensial dengan kemiringan 0-8 % membentuk dataran tinggi yang melandai ke bagian Selatan. Sedangkan kemiringan lahan di atas 8 % berada di sekitar sungai atau kali. Secara rinci persentase dari tiap kelas kemiringan lahan pada Wilayah Pengembangan Tegallega dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Luas Lahan Berdasarkan Kelas Kemiringan di Wilayah Pengembangan Tegallega Kemiringan Luas Persentase No Klasifikasi (%) (ha) (%) 1 0-3 Datar 1.583,63 58,5 2 3-8 Landai 262,59 9,7 3 8-15 Agak bergelombang 324,85 12,0 4 15-25 Bergelombang 240,93 8,9 5 >25 Curam 295,07 10,9 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2007 4.1.4 Geologi Menurut data instansional Bidang Fisik, Bappeda Kota Bandung, teridentifikasi bahwa Wilayah Pengembangan Tegallega ditutupi oleh batuan berumur kwarter dengan kondisi tanahnya merupakan hasil pelapukan dari satuan vulkanik dan endapan banjir. Penyebaran dari satuan vulkanik terdapat di seluruh Wilayah Pengembangan Tegallega. Satuan batuan vulkanik ini merupakan hasil aktifitas gunung berapi yang tidak teruraikan. Satuan breksi hasil pelapukan batuan berumur kuarter memiliki ciri-ciri yaitu warna coklat kehitaman, komponen andesit dan basal, butirannya menyudut, massa dasar tufa kompak dan

kuat. Lava berwarna abu-abu kehitaman, bersifat andesit dan basaltis, kompak dan kuat, serta kedap air. Sedangkan penyebaran endapan banjir terdapat hanya pada lokasi bekas genangan di Wilayah Pengembangan Tegallega, diantaranya yaitu pada sebagian Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul, dan Kecamatan Babakan Ciparay. Endapan Banjir yang berumur kuarter ini terdiri dari bahan lempung. 4.1.5 Jenis Tanah Berdasarkan karakteristik jenis tanah regional dapat diidentifikasi bahwa Wilayah Pengembangan Tegallega didominasi oleh jenis tanah lempung lanauan dengan jenis tanah yang terdiri dari endapan danau dan kipas alluvial, sehingga tanahnya relatif subur untuk daerah pertanian khususnya tanaman pangan. Berdasarkan karakteristik jenis tanahnya, Wilayah Pengembangan Tegallega berada di antara dua zona sebaran jenis tanah, yaitu aluvium dan latosol. Rincian karakteristik jenis tanah pada wilayah Pengembangan Tegallega dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Sifat Tanah pada Wilayah Pengembangan Tegallega No Sifat Tanah Aluvial Latosol 1 Tebal solum (kedalaman efektif) <50 cm 130-150 cm 2 Warna tanah Kelabu Merah, coklat kekuningan 3 Struktur tanah Tidak berstruktur Remah 4 Tekstur tanah Liat berpasir Liat 5 Keasaman (ph) 7-8 4,5-6,5 6 Permeabilitas Lambat-sedang Cepat-lambat 7 Bahaya erosi Cukup peka Peka 8 Sebaran kemiringan 0-8% 0-30% 9 Sebaran ketinggian 0-400 m 10-1000 m 10 Kandungan bahan organik <30% 3-9% Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2007

Berdasarkan tebal solumnya (kedalaman efektif), profil tanah wilayah perencanaan bervariasi dari 50-150 cm dengan sebagian besar meliputi profil tanah >90 cm. Profil ketebalan tanah ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah untuk mendukung tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, wilayah perencanaan memiliki potensi tinggi untuk mendukung pengembangan fungsi tata hijau. 4.1.6 Hidrologi Wilayah Pengembangan Tegallega dilalui oleh tujuh aliran sungai, terdiri dari sungai induk dan anak sungai yang seluruhnya mengalir dari Utara menuju Selatan. Panjang sungai berkisar antara 3,5 hingga 28,0 km dengan lebar antara 2 hingga 6 m. Di wilayah ini sungai berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah pabrik, pembuangan air hujan, dan sumber air irigasi sawah. Oleh sebab itu, tingkat pencemaran di beberapa sungai menjadi sangat tinggi. Kondisi kualitas air di Wilayah Pengembangan Tegallega umumnya cukup rawan dimana air tanah dangkal berwarna kekuningan dan terasa kurang baik untuk langsung digunakan, demikian pula kondisi kualitas air sungai. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jenis industri yang berlokasi di sekitar Wilayah Pengembangan Tegallega. Sungaisungai ini umumnya tidak kering pada musim kemarau, hanya berkurang debit aliran airnya. Data mengenai panjang dan lebar sungai di Wilayah Pengembangan Tegallega dapat dilihat pada Tabel 4.5. 4.1.7 Klimatologi Berdasarkan survey instansional Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Balai II Stasiun Geofisika Kelas I Kota Bandung, didapatkan beberapa data mengenai tipe iklim, temperatur, kelembaban udara, curah hujan dan hari hujan, kecepatan angin dan arah angin selama beberapa tahun terakhir, tepatnya dari tahun 2000 hingga 2004. Tipe iklim Wilayah Pengembangan Tegallega berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson adalah tipe B (basah). Untuk temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,90 o C hingga 24,00 o C. Suhu minimum terendah tercatat 18,00 o C pada bulan Agustus, sedangkan suhu maksimum tercatat pada bulan Oktober sebesar 30,16 o C. Kelembaban udara rata-

rata di Wilayah Pengembangan Tegallega tercatat terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 69,6%, sedangkan tertinggi tercatat 81,0% pada bulan November. Curah hujan yang terjadi di Wilayah Pengembangan Tegallega ini berkisar antara 39,2 mm hingga 282,0 mm. Curah Hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan November. Untuk data hari hujan tercatat berkisar anatara 4 hari hujan hingga 24 hari hujan per bulan. Hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret. Dan untuk arah angin selama lima tahun terakhir di Wilayah Pengembangan Tegallega secara umum menuju ke arah Barat. Komponen Iklim yang dianalisis lebih lanjut dalam perencanaan adalah suhu udara rata-rata dan kelembaban relatif rata-rata. Oleh karena itu, diperlukan data mengenai suhu udara rata-rata dan kelembaban relatif rata-rata dari selang waktu yang lebih panjang. Data suhu udara rata-rata dan kelembaban relatif ratarata di Wilayah Pengembangan Tegallega Tahun 1999 hingga 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.5 Panjang dan Lebar Sungai yang Melintas di Wilayah Pengembangan Tegallega Lebar Rata-rata No Nama Sungai Muara Panjang (km) Hulu (m) Hilir (m) 1 Cibeureum Citarum 3,50 5 6 2 Kalimalang Citarum 0,70 3 3 3 Cipanya Citarum 1,90 1 2 4 Cicukang Citarum 1,10 3 4 5 Cilimus Citarum 1,50 2 3 6 Ciroyom Citarum 1,80 5 7 7 Cikakak Citarum 1,50 3 5 8 Citepus Citarum 4,10 12 16 9 Cibojong Citarum 1,60 4 4 10 Kalianggara Citarum 1,20 3 5 11 Kaliranca Citarum 0,30 3 3 12 Cikeueus Citarum 1,07 3 4 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2007

Tabel 4.6 Data Suhu Udara Rata-Rata dan Kelembaban Relatif Rata-Rata di Wilayah Pengembangan Tegallega Tahun 1999-2007 Tahun Suhu Udara Rata-rata ( o C) Kelembaban Relatif Rata-rata (%) 1999 22,9 77 2000 23,5 76 2001 23,1 78 2002 23,6 77 2003 23,6 76 2004 23,5 77 2005 23,4 82 2006 23,5 80 2007 23,5 81 Rata-rata 23,4 78 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Bandung, 2007 4.2 Kondisi Sosial Kependudukan merupakan salah satu bagian dari aspek-aspek sosial pada Wilayah Pengembangan Tegallega. Permasalahan yang dapat mewakili kondisi kependudukan adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang menempati suatu wilayah. Secara keseluruhan Wilayah Pengembangan Tegallega dihuni oleh 531.785 jiwa pada tahun 2007 menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2007. Dengan jumlah penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Babakan Ciparay sebesar 137.392 jiwa dan jumlah penduduk terendah pada Kecamatan Astana Anyar sebesar 70.648 jiwa. Namun, bila ditinjau dari luas wilayah tiap kecamatan maka Kecamatan Bojongloa Kaler dengan luas wilayah hanya sebesar 3,03 km 2 menjadi kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi, bahkan tertinggi di Kota Bandung yaitu 39.240 jiwa/km 2. Distribusi penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega selengkapnya tiap kecamatan dari tahun 1999 hingga tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.3. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan menurut Arsyad (2000) dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian (tegalan, sawah, kebun, hutan lindung, dan sebagainya) dan penggunaan lahan bukan pertanian (permukiman, industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya). Hasil survey Instansional Kantor Pertanahan Kota Bandung tahun 2007 mengklasifikasikan penggunaan lahan pada Wilayah Pengembangan Tegallega secara garis besar meliputi perumahan, perdagangan, jasa, pemerintahan, peribadatan, pendidikan, kesehatan, gedung pertemuan, pariwisata atau rekreasi, pelayanan pemerintahan, prasarana transportasi, industri dan pergudangan, ruang terbuka hijau, dan pertanian. Untuk membandingkan perubahan penggunaan lahan di Wilayah Pengembangan Tegallega pada tahun 1992 dan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Dan untuk menggambarkan kondisi penggunaan lahan pada saat ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. 4.4. Penutupan Lahan Penutupan lahan Wilayah Pengembangan Tegallega diklasifikasikan menjadi enam kelas, yaitu badan air, lahan sawah, lahan kebun campuran, lahan rumput dan semak, lahan tegakan pohon dan lahan terbangun. Klasifikasi ini merupakan hasil interpretasi dan pengolahan citra Landsat ETM+ Wilayah Pengembangan Tegallega tahun 1999, 2004, dan 2007. Data mengenai luas tiap kelas penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan persentase penutupan lahan di wilayah Pengembangan Tegallega dapat dilihat pada Gambar 4.4. Peta pentupan Lahan Wilayah Pengembangan Tegallega tahun 1999, 2004, dan 2007 dapat dilihat berturut-turut pada Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5.

Tabel 4.7 Penggunaan Lahan di Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun 1992 dan Tahun 2007 Penggunaan Lahan Tahun 1992 Tahun 2007 (ha) (ha) Perumahan 2.135.128 1.310.200 Perkantoran 159.912 - Perdagangan 136.394 436.600 Jasa - 99.500 Industri 45.418 226.200 Fasilitas 19.009 80.800 Terminal 7.000 - Ruang Terbuka 46.415 181.600 Sawah - 186.400 Kolam - 28.600 Jumlah 2.549.276 2.549.900 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2007 Tabel 4.8 Penutupan Lahan di Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun 1999, Tahun 2004, dan Tahun 2007 Tahun 1999 Tahun 2004 Tahun 2007 Klasifikasi Penutupan Lahan Luas Luas Luas (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) Badan air 109,19 4,40 80,52 3,25 22,03 0,89 Sawah 88,59 3,57 74,91 3,02 50,09 2,02 Kebun campuran 148,36 5,98 120,63 4,86 85,37 3,44 Rumput dan semak 336,39 13,57 251,52 10,14 212,47 8,57 Tegakan pohon 232,16 9,36 221,59 8,94 199,94 8,06 Lahan terbangun 1.565,09 63,11 1.730,61 69,79 1.909,89 77,02 JUMLAH 2.479,78 100,00 2.479,78 100,00 2.479,78 100,00 Sumber: Hasil Pengolahan Citra Landsat, 2009

Sawah (Kecamatan Bojongloa Kidul) Kebun campuran (Kecamatan Babakan Ciparay) Sungai (Kecamatan Bojongloa Kidul) Kolam (Kecamatan Bojongloa Kidul) Taman (Kecamatan Astana Anyar) Pemakaman (Kecamatan Babakan Ciparay) Pemukiman (Kecamatan Bandung Kulon) Perkantoran dan perdagangan (Kecamatan Astana Anyar) Gambar 4.1 Contoh Penggunaan Lahan di Wilayah Pengembangan Tegallega

Gambar 4.2 Peta Administrasi Wilayah Pengembangan Tegallega

Gambar 4.3 Peta Penutupan Lahan Wilayah Pengembangan Tegallega Tahun 1999

Gambar 4.4 Peta Penutupan Lahan Wilayah Pengembangan Tegallega Tahun 2004

Gambar 4.5 Peta Penutupan Lahan Wilayah Pengembangan Tegallega Tahun 2007