BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

PUTUSAN 12/Merek/2003/PN.Niaga.Jkt.Pst. OEMI KEAOILAN BEROASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

BAB I PENDAHULUAN. menerima atau mendengarkan sumpah tersebut, apakah mempercayainya

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

PUTUSAN Nomor 37/Merek/2004/PN. N iaga.jkt. Pst.

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

P U T U S A N Nomor 100/Pdt.G/2013/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu mempunyai aneka ragam warna kepentingan yang harus dipenuhi dalam rangka memenuhi kebutuhan, oleh karenanya mereka saling berhubungan atau saling kontak satu dengan yang lain diantara mereka. untuk mencapai keadaan yang diinginkan maka diadakanlah suatu transaksi berdasarkan dengan kata sepakat dan kehendak bersama, seperti jual beli tanah, hutang-piutang dan lain-lain. Akan tetapi adakalanya kepentingan-kepentingan yang beraneka ragam itu saling berbenturan,yang pada akhirnya menimbulkan akses-akses sengketa di muka pengadilan. Untuk menghindari fenomena atau gejala-gejala yang timbul sebagai akibat perilaku yang menyimpang mereka berusaha untuk mengatasinya dengan cara menjauhkan diri atau mengalah, sedangkan dilain pihak berusaha untuk tetap mempertahankan dan melindungi haknya yang terlanggar tersebut. Keadaan diatas menimbulkan suatu dorongan, bahwa masyarakat dituntut untuk meningkatkan kadar kesadaran hukumnya agar dapat lebih memahami dan menyadari akan hak dan kewajibannya, bilamana haknya merasa terlanggar. 1

Dengan memiliki tingkat kesadaran hukum yang tinggi kemungkinan terjadinya sengketa relatif kecil dan bahkan dikatakan tidak ada suatu akibat hukum yang membatalkan adanya transaksi yang mereka buat, sebab mereka lebih berhati-hati dalam mengambil setiap keputusan yang mungkin akan menimbulkan kerugian bagi dirinya. Dikatakan demikian sebab dengan kesadaran hukum yang tinggi dapat mengakibatkan para pihak mematuhi ketentuan hukum yang berlaku sebaliknya apabila tingkat kesadaran hukumnya sangat rendah, maka derajat kepatuhan terhadap hukum tidak tinggi. 1 Salah satu upaya agar kepentingan tersebut tetap terjaga dan terlindungi, biasanya mereka menguasakannya kepada orang lain dan sekaligus menyerahkan perkaranya agar diselesaikan dimuka sidang Pengadilan. Perbuatan sedemikian rupa dalam lapangan hukum perdata dikenal dengan nama pemberian kuasa khusus untuk menyelenggarakan segala urusan dan kepentingan pemberi kuasa. Orang yang diberi kuasa itu dikenal dengan sebutan advokat atau pengacara. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pemberian kuasa adalah merupakan suatu perbuatan hukum yang ditujukan untuk dan atas nama pemberi kuasa. Oleh karena satu dan lain alasan, maka tindakan memberi kuasa dan menerima kuasa perlu dilakukan untuk menyelesaikan salah satu atau beberapa perkara tertentu. Perihal pemberian kuasa khusus yang diperuntukan dalam menyelesaikan suatu perkara perdata di Pengadilan Negeri, dapat dilihat pada 1 Soerjono Sukanto dan Mustafa Abdullah Sosiologi Dalam Masyarakat, Penerbit Rajawali Pers Jakarta 1982, hlm.215 2

Pasal 123 ayat 1 HIR dan Pasal 147 ayat 1 RBg yang mana maksud pembuat undang-undang menetapkan pasal ini adalah untuk melindungi kepentingan orang-orang yang terlanggar haknya serta untuk memberikan pelayanan hukum yang seadil-adilnya. Hadirnya seorang penerima kuasa dimuka sidang Pengadilan Negeri memang sangat diharapkan, karena disamping Hakim dapat dengan mudah untuk menemukan hukum yang tepat, juga jaminan untuk memulihkan kembali haknya seorang pemberi kuasa dapat terpenuhi Hal ini berbeda sekali dengan sistem hukum yang berlaku pada masa pemerintahan Hindia Belanda dahulu di mana menurut Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (BRv), kedua belah pihak yang berperkara senatiasa harus diwakili atau dibantu oleh seorang procureur yang sekarang biasa disebut pengacara, dan apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak datang tanpa diwakili seorang procureur, maka mereka dianggap tidak datang. Sedangkan menurut Herzien Inlandsh Reglement (H.I.R) kedua pihak dimaksudkan supaya menghadap sendiri ke muka Pengadilan, kecuali kalau kedua belah pihak menghendaki untuk diwakili oleh kuasanya, Jadi menurut HIR disini, kedua belah pihak yang berada dalam sengketa bebas untuk menetukan apakah ia atau kepentingannya akan diwakili dan dibantu oleh seorang advokat atau pengacara. Dalam kenyataan sering kita jumpai surat kuasa khusus cacat hukum yang menyebabkan niet onvankelijk verklaard (No), lantaran surat kuasa yang dimiliki pengacara cacat hukum meski sekedar persyaratan formil, surat kuasa memang tak boleh disepelekan. tidak sedikit gugatan yang akhirnya kandas 3

hanya karena tersandung masalah surat kuasa. Jika hakim menilai surat kuasa tidak sah, biasanya argumen hukum beserta bukti-bukti selama persidangan dikesampingkan begitu saja. Dalam studi kasus putusan perkara perdata No. 12/Merek/2003/PN. Niaga. Jkt. Pst. PT.Supermax International Private Limited suatu perusahaan yang didirikan menurut hukum negara India, berkedudukan di malhotra house 4 th Floor, OPP.G.PO, Fort,Mumbai, 400.001. India dalam hal ini diwakili oleh kuasanya Kartini Muljadi,SH Dkk Advokad dan Pengacara pada kantor hukum Kartini Muljadi & Rekan di Gedung Bina Mulia I, Lantai 5 & 6 Jl.H.R Rasuna Said Kav.10 Jakarta 12950, berdasarkan surat kuasa tanggal 4 Maret 2003 (PENGGUGAT) melawan Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia qq Komisi Banding Merek Direktorat Merek berkantor di Jl.Daan Mogot Km 24 Tangerang (TERGUGAT). Berdasarkan penilaian dan pertimbangan hukum didapat fakta bahwa surat kuasa khusus yang digunakan kuasa penggugat mengandung cacat hukum dan tidak memenuhi syarat formal surat kuasa khusus sebagaimana diwajibkan dalam beracara di pengadilan. Tidak sahnya surat kuasa berakibat sebuah perkara diputus niet onvankelijk verklaard (No) tidak dapat diterima, Putusan niet onvankelijk verklaard (No), artinya ada syarat formal yang tidak terpenuhi, menurut Sudikno Mertokusumo, dosen hukum acara, putusan niet onvankelijk verklaard (No) sekaligus menunjukan bahwa belum ada pembuktian atau belum masuk ke pokok perkara. 4

Maka Penulis tertarik untuk mengetahui pemberian kuasa khusus, dengan dasar pertimbangan betapa pentingnya pemberian kuasa khusus dalam kehidupan masyarakat kita sekarang ini. Disamping itu maksud dari pada penulisan ini untuk mengetahui sampai sejauh mana pemberian kuasa khusus dilaksanakan dalam praktek sehari-hari, baik di dalam maupun di luar persidangan, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya akibat hukum yang timbul sebagai akibat adanya tindakan memberi dan menerima kuasa. Menurut kebiasaan pemberian kuasa khusus dalam perkara perdata yang dibuat oleh pemberi kuasa dengan penerima kuasa dinyatakan secara tegas didalam perjanjian. Hal ini dilakukan dengan mengingat bahwa pemberian kuasa itu sifatnya khusus untuk menyelenggarakan perkara tertentu di muka pengadilan. Akan tetapi, walaupun perjanjian itu telah dinyatakan secara tegas kadangkala timbul suatu peristiwa yang tidak dapat dielakkan oleh kedua pihak,dimana si penerima kuasa yang seharusnya bertindak untuk mewakili kepentingan pemberi kuasa ternyata tidak dapat melaksanakan kehendaknya dengan sempurna. 5

B. Pokok Permasalahan Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dan agar pembahasan nantinya dapat terarah dengan baik, perumusan masalah berisikan antara lain: 1. Apa syarat pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa? 2. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hukum surat kuasa khusus tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) oleh majelis hakim? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis yang berkaitan dengan pemberian kuasa khusus dalam perkara perdata. 2. Untuk pengetahuan penulis sampai sejauh mana pemberian kuasa khusus dilaksanakan ditinjau dari segi aspek-aspek hukum perdata. D. Definisi Operasional Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian,dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya untuk atas namanya, menyelenggarakan suatu urusan (pasal 1792 KUHPerdata). 2 2 R.Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cetakan 38, (Jakarta : pradnya Paramitha, 2007), hlm.457 6

2. Kuasa Khusus adalah kuasa yang berisi suatu tugas tertentu yang ditujukan kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu atau beberapa hal tertentu saja (pasal 1795 KUHPerdata). 3 3. Kuasa adalah kekuasaan atau wewenang yang diberikan untuk melakukan perbuatan hukum atas nama orang lain itu dalam bahasa belandanya dinamakan volmacht. 4 4. Kuasa atau Volmact Yang dimaksud dengan kuasa adalah tindakan hukum sepihak yang diberikan wewenang atau kekuasaan kepada penerima kuasa untuk mewakili pe,beri kuasa dalam melakukan suatu tindakan hukum tertentu. 5 5. Perkara dalam pengertiannya tersimpul dua keadaan, yaitu ada perselisihan dan tidak ada perselisihan. Dari pengertian diatas maka penulis menggunakan pengertian perkara dalam hal perselisihan, dimana ada sesuatu yang menjadi pokok perselisihan,ada yang dipertengkarkan, diperseketakan 6 6. tidak sahnya surat kuasa berakibat sebuah perkara di putus No tidak dapat diterima artinya ada syarat formal yang tidak terpenuhi,dari persepektif hukum acara, putusan No sekaligus menunjukan bahwa belum ada pembuktian atau belum masuk ke pokok perkara. 7 3 Ibid, hlm.458 4 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1995) hlm.142 5 Herlin sumampouw 1982: 49 6 Abdulkadir Muhamad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung : Alumni, 1982), hlm.30 7 Sudikno Mertokusumo, dosen hukum acara perdata pada Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada. 7

F.Metode Penelitian Penulis menggunakan bentuk metode penelitian guna memahami objek dari penulisan ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian Normatif dan Studi Kepustakaan dengan melakukan penelusuran literatur atau data-data maupun buku-buku yang dikumpulkan. Penelitian ini memiliki Tipe Deskritif. Data-data yang dipakai dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu data-data yang berupa tulisan-tulisan yang terdiri dari : 1.Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang isinya mempunyai kekuatan hukum yang mengikat pada masyarakat,yaitu: a. Peraturan Perundang-undangan a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. b. HIR c. RBg d. Brv e. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA). 2.Bahan Hukum Sekunder,yaitu bahan-bahan yang isinya menjelaskan tentang materi dari bahan-bahan primer, terdiri dari : a. Buku-buku b. Doktrin atau pendapat para sarjana hukum Bahan-bahan yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian akan di analisa secara kualitatif. Yang dimaksud dengan analisa secara Kualitatif ialah analisa data dengan lebih menentukan pada kualitas atau isi dari data yang diperoleh. 8

G.Sistematika penulisan Penulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab masing-masing bab diuraikan dengan sistematika berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis ingin menguraikan mengenai apa yang menjadi landasan pemikiran yang dituangkan dalam latar belakang masalah, rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Dan sistematika Penulisan skripsi. BAB II :TINJAUAN PEMBERIAN KUASA PADA UMUMNYA. Dalam Bab ini dijelaskan tentang pengertian Kuasa Pada Umumnya, pengertian Berkarakter Garansi-Kontrak, Syarat Sahnya Pemberian Kuasa, Cara dan Bentuk Pemberian Kuasa, Kewajiban Pihak-Pihak, Berakhirnya Pemberian Kuasa. BAB III :TINJAUAN TENTANG PEMBERIAN KUASA KHUSUS DALAM PERKARA PERDATA. 9

Dalam bab ini menjelaskan tentang pengertian Kuasa Khusus, Dasar hukum pemberian kuasa khusus, bentuk kuasa didepan pengadilan, surat kuasa khusus diterbitkan berdasarkan kuasa umum, surat kuasa tidak menyebut kompetensi relatif, surat kuasa yang dibuat di Luar Negeri BAB IV : ANALISIS STUDI KASUS PERKARA PERDATA No:12 /MEREK/2003/ PN.NIAGA.JKT.PST Dalam Bagian ini membahas putusan atas kasus perkara Perdata,dan analisis hukum terhadap putusan ini. BAB V : PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terakhir dari seluruh kegiatan penulisan,yang berisi kesimpulan dan uk kemudian disertai dengan beberapa saran dapat masukan berarti. 10