BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tawas dapat digunakan sebagai pengering / pengawet, juga membersihkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

LAPORAN PRAKTIKUM PERSIAPAN MEDIA DAN STERILISASI OLEH : : RITA ANGGREANI WIDIASTUTI NIM : D1C KELOMPOK : IV KELAS : TPG-A 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang penting bagi kehidupan manusia

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

Faktor Lingkungan Mikroba

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Proses Pembuatan Madu

BAB II TINJUAN PUSTAKA

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Gelas beker 3. Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/l. Labu Erlenmeyer 4. Daging segar tanpa lemak 200 gr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan dan kerang merupakan sumber protein yang utama bagi penduduk

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

NUTRISI DAN MEDIUM MIKROBA

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

Sistem Ekskresi Manusia

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

TUJUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Kegunaan Bawang Batak (A. cinense) Jadi mirip bawang daun berbentuk mungil dengan daun kecil panjang, dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

PEMANFAATAN TETES TEBU (MOLASES) DAN UREA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN NITROGEN DALAM PRODUKSI ALGINAT YANG DIHASILKAN OLEH BAKTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal bahkan mungkin

Materi 2: Isolasi dan Purifikasi Bakteri Simbion pada Organisme Laut

KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI OD dan CFU

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

4 Hasil dan Pembahasan

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tawas(Al 2 (SO 4 ) 3 14H 2O ) Rahayu ( 2004 ) tawas adalah senyawa kimia berupa kristal bening. Tawas dapat digunakan sebagai pengering / pengawet, juga membersihkan sumur, sebagai bahan kosmetik, zat warna tertentu, dan zat penyamak kulit. Penggunaan tawas yang berlebihan akan menimbulkan gangguan kesehatan karena kebanyakan aluminium (AL) dalam tubuh. Di alam tawas didapatkan dalam dua bentuk yaitu bentuk padat dan cair. Tawas terjadi dari proses pelapukan dari batuan yang mengandung mineral sulfida di daerah vulkanis (solfatara) atau terjadi di daerah batu lempung, serpih atau batu sabak yang mengandung pirit (=Fe) dan markasit (=FeS 2 ). Kebanyakan tawas dijumpai dalam bentuk padat pada batu lempung, serpih atau batu sabak ( Sukandarrumidi,1999 ). Tawas bersifat asam, mengandung AL, dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan melisiskan sel bakteri. Dalam teknologi Pengolahan ikan laut fungsi larutan tawas adalah sebagai bahan pengawet yaitu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae yang tidak tahan terhadap asam sehingga dapat memperpanjang umur simpan ikan (Nurrahman dan Isworo,2002) 4

5 B. Vibrio cholerae 1. Morfologi Vibrio cholerae merupakan kuman batang gram negatif, bentuk batang bengkok, memiliki flagel tunggal, bersifat aerob, tumbuh baik pada PH(8,5-9,5),suhu 37 o c dan pembenihan khusus yang mengandung garam (Jawetz,Melnick dan Adelberg,1996) 2. Sifat-sifat biakan Vibrio cholerae Vibrio cholerae membentuk koloni yang konveks, halus, bulat, opak dan bergranula pada sinar cahaya. Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada suhu 37 0 C. Pada berbagai pembenihan, termasuk pembenihan khusus yang mengandung garam-garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada media Thiosulfat Citrat Bile Sukrosa Agar (TCBSA), yang akan menghasilkan koloni berwarna kuning. Bersifat oksidase positif. Ciri khasnya, organisme ini tumbuh pada ph (8,5-9,5) dan dengan cepat dibunuh oleh asam. Oleh karena itu, biakan yang mengandung karbohidrat yang dapat diragikan akan cepat menjadi steril. 3. Patogenitas dan patologi Manusia merupakan hospes tunggal alami. Gejala yang timbul berpangkal pada usus halus. Bila kuman tertelan, lolos dari barier asam lambung langsung bermultiplikasi dalam suasana alkalis di usus halus.

6 Sambil berkembangbiak kuman membentuk eksotoksin yang sangat paten yaitu enterotoksin yang dianggap bertanggung jawab terhadap patolgis penyakit tersebut. Toksin secara terus menerus merangsang sel mukosa dinding usus untuk mengeluarkan cairan isotonis, dengan mekanisme kerja yaitu enterotoksin diserap oleh epitel isis, mengakibatkan adenil cyclase dalam mukosa meningkatkan ATP menjadi ADP. Pengaruh ADP ini meningkatkan pengeluaran air dan elektrolit secara hebat oleh dinding usus, sehingga terjadi sekresi cairan isotonis dari dinding usus tersebut. Epitel dinding usus maupun dinding kapiler pada lamina proparia tidak mengalami peradangan. Kuman sendiri tetap tinggal pada rongga usus. Tidak pernah menyebabkan bakteriemia atau menyebar ke organ lain. Dengan demikian bakeri ini bersifat invasi. Oleh karena itu, patofisiologinya berhubungan langsung dengan aktifitas usus dalam pengeluaran Na bikarbonat dan K bikarbonat. Akibatnya, terjadi hemokonsentrasi, peningkatan kadar protein dalam plasma, sehingga terjadi hipovolemi shook dan asidosis (Prof. Imam Supardi, Drs. Sukamto, 1999) C. Media Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba diperlukan makanan sebagai substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri

7 sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Media yang digunakan untuk mengkultur Vibrio cholerae adalah media APW (Alkali Pepton Water ), yaitu media yang digunakan untuk pertumbuhan kuman Vibrio cholerae yang mempunyai ph alkali (8,5-9,5) dan mengandung natrium carbonat sebagai sumber nutrisi.untuk mengetahui daya hambat bakteri Vibrio cholerae digunakan modifikasi media yaitu media APW yang telah ditambahkan tawas dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%. Dan media TCBSA ( Thiosulfat Sitrat Bile Sukrosa Agar ) untuk pertumbuhan kuman Vibrio cholerae akan menghasilkan koloni berwarna kuning karena memfermentasi karbohidrat menjadi asam (Suriawiria, 1985). A. Pertumbuhan 1. Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen didalam sel hidup. Pada organisme sel tunggal pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel yang berarti juga pertambahan organisme, misalnya pertumbuhan yang terjadi pada suatu kultur bakteri. Sedangkan untuk kematian bakteri didefinisikan bahwa kematian berarti kehilangan kemampuan yang permanen untuk bereproduksi (tumbuh dan membelah).

8 Tes empiris dari suatu kematian bakteri adalah suatu sel yang dianggap mati bila gagal menghasilkan suatu koloni pada perbenihan padat. Dan pada media cair tidak terjadi kekeruhan. 2. Fase Pertumbuhan a. Fase lag / fase adaptasi Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian) ataupun fase pengaturan jasad untuk suatu aktifitas didalam lingkungan yang baru. b. Fase eksponensial atau logaritmik Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu (sel). c. Fase stasioner Pengurangan sumber nutrient serta faktor-faktor yang terkandung di dalam jasadnya sendiri, maka sampailah puncak aktifitas pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampui lagi. d. Fase pengurangan pertumbuhan Berupa keadaan puncak dari fase logaritmik sebelum mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah individu mulai berkurang atau menurun yang disebabkan oleh banyak faktor, antara lain

9 berkurangnya sumber nutirent didalam media, tercapainya jumlah kejenuhan pertumbuhan jasad dan sebagainya. e. Fase kematian Ini merupakan akhir dimana jumlah individu secara tajam akan menurun (Suriawiria, 1985).