1 BAB I PENDAHULUAN. - Pusat : pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Judul. Perancangan Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dengan Pendekatan Deafspace Guidelines

BAB II TINJAUAN DIFABEL DAN PUSAT PELAYANAN DIFABEL

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

BAB I PENDAHULUAN. (sumber:kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 2. Menurut pakar John C. Maxwell, difabel adalah

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB I PENDAHULUAN I.1

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

GRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SekoU? Luar Biasa DTuna Daksa

BAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta,

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

RUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mendefinisikan citra diri dalam remaja itu sendiri sebagai transisi dari masa anak ke

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari.

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015), hal. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL B. LATAR BELAKANG MASALAH. Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep. Surga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Melisa, Fenny. 09 April Republika Online Anak Indonesia Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan disamping kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Suatu kesehatan

BAB I PENDAHULUAN [AUTHOR NAME] I-1

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

RUMAH SAKIT KHUSUS LANSIA DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Post Modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi suatu daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. vol.65, Jakarta: YPJ, 2010), hal. 17 1

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek. Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 101

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Judul Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa Di Gunungkidul Perancangan Dengan Konsep Healing Environment 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Untuk memperjelas judul pembahasan Pra Tugas Akhir ini, maka perlu diketahui definisi tiap kata yang menyusun judul. Penjabarannya adalah sebagai berikut: - Pusat : pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb) (KBBI) - Rehabilitasi : perbaikan anggota tubuh yang cacat atas individu supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat (KBBI). - Anak tuna daksa : Anak yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh 1 - Gunungkidul : sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukota Wonosari. - Perancangan : proses, cara, perbuatan merancang (KBBI) - Healing Environment : Healing Environment merupakan sebuah lingkungan binaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek secara psikologis maupun fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. 2 Dari definisi di atas, maka dapat diambil pemahaman sebagai berikut : Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa Di Gunungkidul Perancangan Dengan Konsep Healing Environment merupakan sebuah sarana untuk merehabilitasi anak tuna daksa yang berada di kabupaten Gunungkidul yang dirancang dengan konsep healing environment untuk mendukung proses rehabilitasi pasien. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/anak_berkebutuhan_khusus diakses 20 Februari 2014 2 Mayang Sari, Sriti. Peran Warna Pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien dimuat dalam Dimensi Interior, Vol 1, No. 2, Desember 2003 : 141-156. 1

1.1.3 Latar Belakang Permasalahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat pasal 9 menyebutkan bahwa Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Selanjutnya pada pasal 12 disebutkan Setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan,jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya. Sebagaimana disebutkan dalam pasalnya yang ke-16, Pemerintah menyelenggarakan upaya berupa rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan pendidikan dan pengalaman. Rehabilitasi, sebagaimana dimaksud pada meliputi rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan, dan sosial. 3 Rehabilitasi bagi difabel sebaiknya dilakukan sejak usia dini guna membina, membekali, dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu. Rehabilitasi sejak usia dini tidak hanya bermanfaat bagi difabel itu sendiri, namun juga memberikan pemahaman bagi orang tua anak untuk membantu anak mandiri dengan keterbatasannya dan mampu mengembangkan potensi diri. Namun pada kenyataannya, tidak semua difabel khususnya usia anak mendapatkan rehabilitasi yang menunjang untuk mencapai kesamaan dalam aspek kehidupan dan penghidupannya. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab mengapa difabel tidak mendapatkan rehabilitasi, antara lain, minimnya panti/pusat rehabilitasi di suatu daerah ; kapasitas pusat yang tidak mencukupi ; minimnya informasi tentang adanya panti/pusat rehabilitasi tersebut ; dan lain sebagainya. 1.1.4 Kondisi difabel di Yogyakarta Definisi penyandang disabilitas menurut Buku Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) Tahun 2012 adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan 3 UU Nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat 2

hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya secara layak. Adapun kriteria penyandang disabilitas yaitu, mengalami hambatan untuk melakukan suatu aktivitas fisik sehari-hari ; mengalami hambatan dalam bekerja seharihari; tidak mampu memecahkan masalah sehari-hari; penyandang dengan disabilitas fisik: tubuh, netra, rungu wicara ;penyandang dengan disabilitas mental: mental retardasi dan eks psikotik; penyandang dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda. 4 Berdasarkan data Dinas Sosial provinsi DIY tahun 2007, jumlah difabel di DIY setidaknya mencapai angka 42.000 (empat puluh dua ribu) orang, dengan persebaran di kabupaten Kulon Progo mencapai 6.000 dan selebihnya tersebar di kabupaten / kota lain di DIY. Diasumsikan, jumlah sebenarnya masih lebih banyak dibanding data yang ada, mengingat bahwa pendataan difabel sejauh ini seperti halnya gunung es yang hanya muncul di permukaan saja dan hingga saat ini, diyakini belum ada data falid mengenai jumlah difabel. Dari jumlah di atas, 70% dari difabel usia produktif tidak mempunyai pekerjaan. Sedangkan sisanya (30%) tersebar pada sektor-sektor pekerjaan seperti buruh pabrik/penyedia jasa, serta pegawai negeri. Sementara itu, dalam Buku Panduan Pemutakhiran Data PMKS dan PSKS Tahun 2012 (Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), tercatat jumlah ADK (Anak Dengan Kedisabilitasan) sebanyak 3.910 anak. Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang berusia 18 tahun ke bawah yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari anak dengan disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental dan anak dengan disabilitas fisik dan mental. Adapun kriteria Anak Dengan Kedisabilitasan yakni, anak dengan disabilitas fisik: tubuh, netra, rungu wicara; anak dengan disabilitas mental: mental retardasi dan 4 Buku Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) Tahun 2012, Dinas Sosial DIY. 3

eks psikotik ; anak dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda; tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari-hari. 5 Tabel 1. Tabel jumlah dan presentase ADK di DIY NO JENIS JUMLAH DAN PRESENTASE DI KAB/KOTA PMKS KP % BTL % GK % SLM % YK % JUMLAH 1 ADK 687 17.57 940 24.04 1026 26.24 926 23.66 332 8.49 3910 Sumber : Laporan Hasil Pemutakhiran Data PKMS dan PSKS Tahun 2012, Dinas Sosial DIY 1.1.5 Keberadaan Pusat Rehabilitasi Difabel di Yogyakarta Pusat rehabilitasi menjadi salah satu fasilitas penting untuk memenuhi kebutuhan penyembuhan bagi difabel. Namun pada kenyataannya masih sedikit sekali Pusat Rehabilitasi yang terdapat di Provinsi DIY. Terdapat dua pusat rehabilitasi difabel yakni di YAKKUM, Jalan Kaliurang km.13 dan Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat Pundong, Bantul. Pusat Rehabilitasi YAKKUM menyediakan pelayanan rehabilitasi untuk anakanak dan remaja penyandang cacat, terutama bagi mereka yang secara ekonomi tidak mampu, yatim-piatu, dan mengalami ketidakberuntungan secara sosial. Pusat Rehabilitasi YAKKUM mencoba untuk memberdayakan para penyandang cacat untuk menjadi percaya diri di dalam semua aspek kehidupan keseharian mereka, mampu mendapatkan penghasilan melalui ketrampilan- ketrampilan yang mereka miliki yang didapat selama berada di dalam sentra 6. Pusat Rehabilitasi YAKKUM memiliki kapasitas maksimal untuk penghuni antara 60 75 orang. Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat (PRTPC) Pundong, Bantul, dibangun sebagai bentuk respon atas gempa bumi Mei 2006 lalu di Yogyakarta. Sasaran PRTPC ini adalah difabel usia produktif dan jompo dengan akomodasi untuk 120 orang. 1.2 Konsep Healing Environment sebagai Pendukung Proses Rehabilitasi Healing Environment, for healthcare buildings describes a physical setting and organizational culture that supports patients and families through the stresses imposed 5 Buku Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) Tahun 2012, Dinas Sosial DIY. 6 http://www.yakkum-rehabilitation.org/? Diakses tanggal 25 Oktober 2013. 4

by illness, hospitalization, medical visits, the process of healing, and sometimes, bereavement. 7 Healing Environment merupakan sebuah lingkungan binaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek secara psikologis maupun fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. 8 Konsep Healing Environment mungkin belum begitu sering didengar. Healing Environment bertujuan menciptakan suasana seimbang guna mendukung kesehatan jiwa maupun raga dalam satu kesatuan utuh dan terintegrasi. Faktor psikologis dapat membantu proses pemulihan pasien yang sedang sedang dalam masa rehabilitasi. Faktor tersebut dapat dibentuk melalui suasana ruang pada fisik bangunan pusat rehabilitasi. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Dalam konteks tersebut, kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar (40%) dalam proses penyembuhan, faktor medis 10%, faktor genetis 20% dan faktor lain 30% (Kaplan dkk, 1993). Unsur dalam konsep Healing Environment mencakup elemen tata ruang luar dan dalam. Elemen tata ruang luar berupa taman. Keberadaan taman berfungsi sebagai sarana terapi alam bagi pasien. Sedangkan elemen tata ruang dalam mencakup pemilihan warna, pencahayaan alami, penggunaan tekstur, ruang-ruang yang lapang serta tidak melorong dengan bukaan-bukaan sebagai vista terhadap alam sekitar. Aplikasi konsep ini pada Pusat Regabilitasi Anak Tuna Daksa diharapkan mampu membantu proses rehabilitasi pasien. 9 1.3 Rumusan Masalah 1.3.1 Umum Bagaimana merancang bangunan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa(cacat tubuh) di Gunungkidul sebagai salah satu fasilitas yang mampu mewadahi pelayanan rehabilitasi bagi anak tuna daksa. 7 http://en.wikipedia.org/wiki/healing_environment diakses 9 Desember 2013 pukul 08.33 8 Mayang Sari, Sriti. Peran Warna Pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien dimuat dalam Dimensi Interior, Vol 1, No. 2, Desember 2003 : 141-156. 9 Mayang Sari, Sriti. Peran Warna Pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien dimuat dalam Dimensi Interior, Vol 1, No. 2, Desember 2003 : 141-156. 5

1.3.2 Khusus Bagaimana merancang tata ruang luar dan tata ruang dalam Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa melalui penekanan Konsep Healing Environment, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan fasilitas rehabilitasi bagi anak dengan kedisabilitasan, khususnya anak dengan tuna daksa. 1.4 Tujuan 1.4.1 Umum Merumuskan konsep perancangan bangunan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Yogyakarta sebagai salah satu fasilitas yang mampu mewadahi pelayanan rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan, dan sosial. 1.4.2 Khusus Mengetahui unsur-unsur tata ruang luar dan tata ruang dalam Konsep Healing Environment yang dapat diaplikasikan dalam proses perencanaan dan perancangan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Yogyakarta. 1.5 Sasaran 1.5.1 Umum Mendapatkan gambaran kegiatan pelayanan rehabilitasi anak tuna daksa. Mengidentifikasi karakteristik dan hubungan ruang dalam pusat rehabilitasi anak tuna daksa. Mengidentifikasi aktivitas dan karakteristik pusat rehabilitasi anak tuna daksa 1.5.2 Khusus Memahami konsep Healing Environment Mengetahui aplikasi konsep Healing Environment terhadap tata ruang luar dan tata ruang dalam pada bangunan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa. 1.6 Lingkup Pembahasan 1.6.1 Pembahasan Non Arsitektural Mengidentifikasi karakter dan kebutuhan calon pengguna Mengidentifikasi karakteristik kegiatan 6

1.6.2 Pembahasan Arsitektural Mengidentifikasi proses kegiatan rehabilitasi bagi anak tuna daksa untuk memperoleh program ruang. Mengidentifikasi kebutuhan tata ruang luar dan tata ruang dalam sesuai dengan konsep Healing Environment 1.7 Metode Pembahasan 1.7.1 Pengumpulan Data Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data terkait dengan perancangan Pusat Rehabilitasi untuk difabel usia anak sampai remaja di Yogyakarta. Studi Literatur Data yang diperoleh merupakan data-data tertulis dari buku, internet, dan lain-lain. Data yang diperoleh merupakan data-data faktual, standar-standar yang digunakan untuk menganalisa, mengidentifikasi masalah arsitektural dan non arsitektural Pusat Rehabilitasi Difabel untuk anak dan remaja di Yogyakarta. Adapun data yang mendukung studi literatur antara lain : 1. Pengumpulan data dari instansi yang terkait dengan difable : - Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta untuk memperoleh data jumlah statistik tentang difabel di Yogyakarta - BPS,tentang keberadaan fasilitas kesehatan di Yogyakarta 2. Studi literatur tentang rehabilitasi difabel 3. Studi literatur tentang konsep Healing Environment Survey Lapangan Metode survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat. Adapun survey yang dilakukan yakni survey ke lokasi Pusat rehabilitasi YAKKUM dan Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) di Pundong, Bantul Wawancara Wawancara langsung (interview) dengan beberapa narasumber. 7

1.7.2 Pengolahan dan Analisis Data Analisa data yang bersifat kuantitatif meliputi data tentang standar ukuran, program ruang, besaran ruang Analisa data yang bersifat kualitatif meliputi data tentang kualitas ruang yang sesuai untuk pengguna dan fungsi yang spesifik dan mengacu pada konsep Healing Environment. 1.7.3 Sintesis/ Perumusan Konsep Menarik kesimpulan dari hasil olahan data menjadi rumusan perancangan pusat rehabilitasi anak tuna daksa yang dapat mengakomodasi kegiatan rehabilitasi secara optimal. 1.8 Sistematika Pembahasan BAB I. Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan,metode pembahasan, keaslian karangan. BAB II. Tinjauan Teori Berisi tentang tinjauan faktual terhadap rehabilitasi, difabel, dan kajian tentang Healing Environment. BAB III. Studi Kasus dan Tinjauan Lokasi Berisi tentang studi kasus bangunan rehabilitasi dan bangunan dengan tipologi sejenis yang menerapkan konsep Healing Environment, tinjauan tentang lokasi dan site yang terpilih sebagai site Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Gunungkidul. BAB IV. Analisis Pendekatan Program Bangunan Berisi tentang analisis pendekatan program bangunan dan pendekatan konsep Healing Environment dengan maksud mendapatkan kesimpulan yang digunakan untuk merumuskan konsep perencanaan dan perancangan. BAB V. Konsep Awal Perancangan Berisi tentang rumusan konsep awal yang melandasi perencanaan dan perancangan yang akan digunakan dalam mendesain Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Gunungkidul Perancangan Dengan Konsep Healing Environment. 8

1.9 Kerangka Pemikiran Gambar 1. Kerangka Pemikiran Sumber : Analisis Penulis, 2013 9

1.10 Keaslian Penulisan Untuk menghindari kesamaan penulisan, keaslian penulisan dapat dibandingkan dengan judul dan permasalahan yang ditekankan dari skripsi terdahulu yaitu : a. Judul dan permasalahan berkaitan dengan Pusat Rehabilitasi Difabel Panti Rehabilitasi Cacat Tubuh di Yogyakarta, Suroto, UGM : 1986 Pusat Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh di Surakarta, Mulyono, Slamet. UGM : 1985. Pusat Pelayanan Rehabilitasi Cacat Tubuh di DIY, Widyani,Novita,UGM : 2001. Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh Di Yogyakarta,Perancangan Tatat Ruang Dalam dan Luar Menggunakan Prinsip Feng Shui, Anis, samuel Abdul, UGM : 2009. Fasilitas Rehabilitasi Terpadu penyandang cacat tubuh dengan konsep teori Benard Tschumi : mengenai Disjuction, Fatchurrahman, Agung, UGM : 2011. b. Judul dan permasalahn berkaitan dengan konsep Healing Environment Instalasi rawat Jalan Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Penekanan Pada Healing Environment, Hasan, Akbar, UGM : 2013 Pusat Pemulihan Psikis Remaja Pasca Trauma dengan Penekanan Konsep Healing Environment, Kurniawati, Febriani, UGM : 2012. Sekolah khusus dan sekolah terapi autis di Bekasi :dengan penekanan pada Healing Environment, Nisa, Aviana Hanivatun, UGM : 2011 Redesain Rumah Sakit Patmasuri Bantul Penekanan Pada Healing Environment, Purnawam, Setya, UGM : 2009 Dengan demikian tema yang dibahas tentang Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa Di Gunungkidul merupakan gagasan asli penulis karena memiliki objek tulisan yang berbeda dengan hasil tulisan di atas. 10