2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Fatma Nurmulia, 2015 ANALISIS KEYAKINAN DAN KEMANDIRIAN GURU TENTANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hella Jusra, 2013

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang melibatkan proses belajar (Suryabrata, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan proses globalisasi, terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor pembentuk pribadi manusia, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa, dan berbagai kebijakan akademis yang mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar, Junal Anima, (Vol. XI, No. 42, Januari-Maret/1996), hlm Murjono, Inteligensi dalam Hubungannya dengan Prestasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kualitas yang dimiliki manusia adalah kemampuannya untuk melakukan kontrol atas dirinya (Schraw, Crippen, Hartley, 2006). Kemampuan tersebut menurut Zimmerman (2000) memungkinkan manusia bertahan hidup bahkan berkembang. Bandura (1995) meyakini bahwa manusia dapat berpikir, bertindak dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan bukan hanya budak yang menjadi obyek pengaruh lingkungan. Pengendalian diri oleh banyak ahli psikologi disebut self-regulation. Schunk dan Zimmarman (1997)memahami self-regulation sebagai suatu proses penggunaan atau pengaktifan pikiran, perilaku dan affects yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh individu. Akan tetapi, lanjut Zimmerman (2002, hlm. 65) self-regulation bukanlah kemampuan mental atau performansi keterampilan akademik, melainkan sebuah proses pengarahan diri (self-directive process) dimana peserta didik mentransformasikan kemampuan mental menjadi keterampilan akademik. Self-regulation termasuk tema yang paling sering dipilih dalam penelitian psikologi. SebagaiilustrasiLeventhal, BrisettedanLeventhaldalam Ridder dan Wit (2006, hlm. 3) menemukan bahwa duapertiga lebih dari2.700publikasiyang berisikata kunci''self-regulation'' diterbitkansetelah tahun 1990. Namun dari beberapa penelitian tersebut, peneliti belum menemukan penelitian tentang program self-regulated learning dalam kaitannya meningkatkan self-efficacy peserta didik khususnya dalam menghafal Al-Qur an. Self-regulated learning diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan sebutan pembelajaran mandiri. Tetapi agar tidak rancu dan menghindari kesalah fahaman, penulis akan tetap menggunakan istilah self-regulated learningdengan 1

bahasa aslinya. Strategi tersebut sangat dipentingkan dewasa ini, mengingat banyaknya permasalahan yang peserta didik hadapi, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks seperti bergonta-gantinya sekolah, kegagalan dalam meraih prestasi akademik, ketergantungan terhadap guru dan sarana-prasarana, perasaan frustrasi dengan tugas-tugas sekolah, menuntut strategi pembelajaran yang harus diprakarsai dan diarahkan sendiri oleh peserta didik (Martinez Pons, 2002). Demikian juga dalam sistem pembelajaran dewasa ini, bahwa tujuan pembelajaran diantaranya untuk membebaskan peserta didik dari ketergantungan terhadap guru, sehingga peserta didik dapat terus belajar secara mandiri sepanjang hidupnya (Slavin, 2009; Jacobsen, dkk.,2009; Woolfolk, 2008), karena kegagalan dan keberhasilan peserta didik dalam menjalani hidupnya, baik pendidikan, karir dan keluarga ditentukan oleh peserta didik itu sendiri bukan orang lain.untuk itu, agar peserta didik tersebut terus belajar secara mandiri, maka ia harus menjadi seorang pembelajar berdasarkan self-regulated learning(woolfolk, 2008). Berikut ini, penulis akan mengemukakan beberapa riset terkait dengan selfregulated learning dalam berbagai disiplin ilmu.pintrich dan DeGroot (1990) telah melakukan penelitian terhadap peserta didik kelas tujuh pada pelajaran Ilmu Pengetahuan dan kelas Bahasa Inggris untuk mengukur hubungan antara komponen self-regulated learning dan prestasi akademik. Mereka menemukan bahwa peningkatan kinerja akademik berkorelasi dengan strategi self-regulated learning. Dua dekade kemudian, Kistner, dkk. (2010) melakukan penelitian yang sama terhadap sembilan peserta didik kelas matematika di Jerman dan menemukan bahwa self-regulated learningmemberikan dampak yang sangat positifdalam kinerja akademik. Penelitian lebih lanjut juga dilakukan oleh Paris dan Paris (2001) untukmendukung multidimensionalitas self-regulated learningdengan cara menghubungkanpenggunaan strategi kognitif, metakognisi, motivasi, dan keterlibatan tugas untuk kepentingan proses pembelajaran di kelas. Mereka menemukan bahwa semua faktor yang terlibat dalam proses self-regulated 2

learning harus bekerja sama untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif di kelas. Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 2004, Cleary dan Zimmerman (2004) terus memajukan penelitian dalam bidang self-regulated learningdan mereka menemukanbahwapeserta didik harus diajarkan strategi belajar secara siklis untuk berkembang menjadi pembelajar mandiri yang sukses dikemudian hari. Gambaran hasil riset di atas, menjelaskan tentang pentingnya pemahaman terhadap self-regulated learning bagi setiap peserta didik guna mencapai tujuan yang diinginkan, termasuk para penghafal Al-Qur an. Pentingnya pemahaman tersebut berkaitan dengan penetapan tujuan dalam proses menghafal dengan cara memonitor, meregulasi, dan mengontrol aspek kognisi, motivasi, dan perilaku. Sehingga, seluruh proses kegiatannya akan diarahkan dan didorong oleh tujuan yang disesuaikan dengan konteks lingkungan.selain itu, program inisangat menguntungkan saat dilakukan di ruang kelas karena guru dapat menilai penggunaan strategi peserta didik mereka untuk memberikan umpan balik yang konstruktif selama proses menghafal(godfrey, 2014). Disamping self-regulated learning, keyakinan peserta didik akan kemampuannya atau kapasitas dirinya untuk berhasil melakukan sesuatu juga memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan. Keyakinan tersebut menurut teori sosial kognitif Bandura (1977) disebut self-efficacy. Bandura (1986) dan Schunk (1991) meyakini bahwa self-efficacy merupakan faktor penentu dalam mengubah perilaku individu, karena melaluinya individu akan mengambil pra-keputusan sebelum bertindak secara nyata, mengeluarkan upaya sekuat tenaga, dan tetap tekun dalam segala macam bentuk kesulitan.sehingga, keyakinan self-efficacy merupakan faktor kunci sumber tindakan manusia (human egency), karena apa yang peserta didik pikirkan, percaya, dan rasakan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak (Bandura, 1997). Peserta didik yang merasa mampu akan bekerja lebih keras dan bertahan lebih lama ketika mereka menghadapi kesulitan daripada mereka yang meragukan kemampuan mereka sendiri (Schunk, 1991; Pintrich, 2000). Dengan demikian, 3

peserta didik dengan self-efficacy yang rendah cendrung menghindari tugas-tugas belajarnya, khususnya untuk tugas-tugas yang ia pandang berat, sedangkan individu dengan self-efficacy yang tinggi merasa tertantang dan mempunyai keinginan yang kuat untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Kedua teori tersebut, baik self-regulated learning maupunself-efficacy termasuk tema yang paling sering dipilih dalam penelitian psikologi. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Bandura pada tahun 1977, banyak penelitian yang memperluas peran keduanya sebagai mekanisme yang mendasari perubahan perilaku, khususnya self-efficacy. Mouselides dan Philippou (2005) bahkan menemukan kaitan keduanya, dimana strategi self-regulated learning merupakan prediktor yang kuat terhadap self-efficacy dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik termasuk dalam menghafal Al-Quran. Salah satu sekolah yang peserta didiknya mengalami permasalahan rendahnya self-efficacykhususnya dalam menghafal Al-Qur an adalah peserta didik SMA Daarul Ilmi, Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil wawancara awal dengan peserta didik, peneliti menyimpulkan bahwa salah satu masalah besar yang dihadapi peserta didik dalam menghafal Al-Qur an khususnya bagi pemula adalah rendahnya kepercayaan dan keyakinan mereka terhadap kemampuannya untuk menghafal 30 juz Al-Qur an, 114 surat dan 6666 ayat, sehingga mempengaruhi mereka dalam menentukan target hafalan. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak mencapai target hafalan yang sudah ditentukan, baik target harian, mingguan maupun bulanan, bahkan beberapa peserta didik mengundurkan diri dari program hafalan. Mengingat menghafal Al-Qur an dalam kaitannya memelihara dan menjaga kemurnian Al-Qur an sangatlah penting, serta menghindari banyaknya peserta didik yang mengundurkan diri dari program hafalan, maka peneliti berusaha untuk melakukan penelitian serta kajian lebih lanjut mengenai upaya menangani permasalahan rendahnya self-efficacy pada peserta didiksma Daarul Ilmidalam menghafal Al-Qur an melalui program self-regulated learning. B. Rumusan Masalah Penelitian 4

Berdasarkan beberapa fenomena yang sudah dipaparkan diatas bahwa dengan melakukan strategiself-regulated learning akan sangat membantu peserta didik meningkatkan self efficacy dalam menghafal Al-Qur an. Secara lebih rinci masalah utama tersebut akan diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat self-efficacypeserta didik SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al-Qur an sebelum diberikan strategi self-regulated learning? 2. Bagaimana pengembangan strategi self-regulated learning untuk meningkatkan self-efficacypeserta didik dalam menghafal Al-Qur an? 3. Bagaimana tingkat self-efficacypeserta didik SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al-Qur ansetelah diberikan strategi self-regulated learning? 4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat self-efficacy peserta didik SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al-Qur an sebelum dan sesudah diberikan strategi self-regulated learning? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan self-efficacy dalam menghafal Al-Qur an peserta didik SMA Daarul Ilmi melaui program selfregulated learning. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk: 1. Mengetahui tingkatself-efficacypeserta didik SMA Daarul Ilmidalam menghafal Al-Qur ansebelum diberikan strategiself-regulated learning. 2. Mengetahui pengembangan strategi self-regulated learning untuk meningkatkan self-efficacypeserta didik dalam menghafal Al-Qur an 3. Mengetahui tingkatself-efficacypeserta didik SMA Daarul Ilmidalam menghafal Al-Qur ansetelah diberikan strategiself-regulated learning. 4. Mengetahui tingkat perbedaan self-efficacy peserta didik SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al-Qur an sebelum dan setelah diberikan strategiselfregulated learning? D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 5

1. Bagi peserta didik Dikembangkannya strategiself-regulated learninguntuk meningkatkan selfefficacy peserta didik, khususnya SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al- Qur an. 2. Bagi guru pembimbing. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam meningkatkan rendahnya self-efficacypeserta didik dalam menghafal Al-Qur an melaui program self-regulated learning. 3. Bagi akademisi dan para peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta kajian bagi pengembangan penelitian selanjutnya. E. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi tesis terdiri dari lima bab, yaitu berupa pendahuluan, landasan teoritis, metodologi penelitian, temuan dan pembahasan, dan yang terahir kesimpulan. Berikut ini penjelasannya. Bab I Pendahuluan. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II landasan teoritis. Pada bagian ini dibahas tentang landasan teori selfregulated learningyang terdiri dari pengertian self-regulated learning,karakteristik self-regulated learning,strategi self-regulated learning, dan manfaat self-regulated learning. Berikutnya dibahas juga landasan teori dariself-efficacy,pengertian selfefficacy,faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy,sumber self-efficacy,dan pengukuran self-efficacy. Pembahasan terahir dari bab II adalahhasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan strategi self-regulated learning dan selfefficacyserta bagaimana peneliti memposisikan penelitiannya. Bab III metodologi penelitian. Pada bagian ini akan diungkap desain penelitian, lokasi, populasi dan sampel, sertavariabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat serta definisi masing-masing variabel. Berikutnya akan dibahas instrumen penelitian yang terdiri dari pengembangan kisi-kisi instrumen,pedoman skoring,penimbangan instrumen,uji keterbacaan instrumen 6

danuji coba instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya akan diuraikanrancangan strategi self-regulated learning, analisis data, hasil uji normalitas dan homogenitas serta prosedur penelitian yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Bab IV berupa hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian ini akan diuraikan profil self-efficacykelas XII SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al- Qur ansebelum diberikan treatmen, modelstrategi self-regulated learning untuk meningkatkan self-efficacy peserta didik dalam menghafal Al-Qur an, dan profil self-efficacykelas XII SMA Daarul Ilmi dalam menghafal Al-Qur ansetelah diberikan treatment. Berikutnya akan diuraikan hasil uji efektivitas strategi selfregulated learning, dan ditutup dengan pembahasan hasil penelitian. Bab V merupakan bab terakhir pada penelitian ini yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. 7