BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

dokumen-dokumen yang mirip
DESA (DD), ALOKASI DANA DESA (ADD) DAN BAGI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI TERHADAP BELANJA DESA BIDANG PERTANIAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Dalam 30 tahun terakhir pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Desentralisasi merupakan suatu istilah yang mulai populer di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat mengarah pada reformasi. Salah satu bentuk dari reformasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan tersedianya fasilitas yang memadai untuk kesejahteraan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia berasal dari sektor pertanian dan menjadikan sektor petanian sebagai salah satu pilar utama perekonomian Indonesia.Itulah mengapa negara kita disebut sebagai negara agraris. Disamping itu Indonesia juga memiliki wilayah potensial untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian. Salah satunya adalah letak Indonesia yang berada digaris khatulistiwa dan mempunyai iklim tropis, oleh sebab itu Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik dengan didukung kelimpahan sumber daya alam dan kondisi lingkungan yang strategis. Walaupun Indonesia memiliki kekayaan sektor pertanian yang cukup besar tapi kenyataannya masih belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah. Berdasarkan data kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan total luas daratan Indonesia sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 %) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 %) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha dan lahan 1

2 kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air pertanian. Sektor pertanian Indonesia mempunyai peran strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Peranansignifikan tersebut dapat dilihat dimana sektor ini menyerap 35,9% dari total angkatan kerja di Indonesia dan menyumbang 14.7% GNP Indonesia (BPS,2012). Fakta-fakta tersebut menguatkan bahwa sektor pertanian adalah salah satu pilar utama yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Namun sayangnya sektor pertanian di Indonesia kurangmendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam membangun bangsa. Hal tersebut dapat dilihat dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain yang tidak menguntungkan bagi sektor ini. Banyaknya program pembangunan pertanian yang tidak terarah juga semakin menjerumuskan sektor ini pada keterpurukan. Banyak juga alih fungsi lahan menjadi permukiman, pertokoan, perindustrian dan dalan tol atau fasilitas-fasilitas lainnya yang mengakibatkan semakin sempitnya lahan untuk usahatani. Meski demikian sektor pertanian masih tetap menjadi mata pencaharian sebagian besar warga Indonesia, banyak tenaga kerja yang

3 kemudian menggeluti usahatani untuk memenuhi kebutuhanya (http://handokoberbagi.blogspot.co.id). Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki kekayaan SDA cukup melimpah, wilayah strategis, serta mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian di sektor pertanian. Bisa dilihat dari Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai 12 kecamatan terdiri atas 150 desa dan 17 kelurahan, dengan ibu kota kabupaten yang terletak di Kecamatan Bendosari yang berjarak 12 km dari Kota Surakarta. Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam sistem hidrologiyang berada pada aliran sungai.dimana kawasan tersebut dilalui beberapa sungai yang tergolong besar seperti Sungai Bengawan Solo, Sungai Proyek Waduk GM, sebagai daerah aliran. Akibat limpahan debit air dari sungai yang melintas mengakibatkan sering terjadinya banjir pada musim penghujan pada daerah tersebut. Pola tata guna lahan terdiri dari Perumahan, Tegalan, Kebun campuran, Sawah, Perusahaan, Jasa, Industri dan Penggunaan lainnya dengan sebaran sawah sebesar 45,26 %, dan lahan bukan sawah 54,74%, dari lahan sawah tersebut terdiri dari 70,17% irigasi teknis, irigasi setengah teknis 8,98%, irigasi sederhana 9,17% dan sawah tadah hujan 11,67 %.Dimana sistem irigasi berfungsi sebagai urat nadi pemberdayaan sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten sukoharjo memiliki jumlah penduduk sekitar 900.000 jiwa dengan luas lahan 46,67 kilometer persegi atau 1,43 persen luas wilayah Provinsi Jawa Tengah dan menjadi bagian dari sebuah kawasan dinamis yang

4 disebut Solo Raya, Sukoharjo memang masih mengandalkan sektor pertanian. Namun, sejumlah industri manufaktur dan tekstil serta garmen skala besar juga beroperasi di kabupaten ini (http://sukoharjoka.go.id/). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Kabupaten Sukoharjo relatif tinggi berdasarkan Visi Kabupaten Sukoharjo. Sektor pertanian itu sendiri merupakan sektor yang menjadi tumpuan dan harus dikembangkan. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan memerlukan strategi pengembangan, baik strategi pengembangan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk itu perlu adanya kajian lebih mendalam mengenai strategi pengembangan yang tepat dalam pembangunan sektor petanian Kabupaten Sukoharjo. Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan sistem irigasi yang ada di Kabupaten Sukoharjo ini pada dasarnya sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan perannya tersebut Pemerintah melaksanakan rehabilitasi sistem yang ada dengan tujuan untuk dapat meningkatkan potensi pertanian yang ada di Kabupaten Sukoharjo (http://dskenokorejo.blogspot.co.id). Awal tahun 1997 pemerintahan Indonesia dilanda krisis ekonomi membuat sektor perekonomian terpuruk serta menjadikan pemerintah melepas sebagian wewenang pengelolaan keuangan daerahnya sebagai akibat pressure dari lembaga donor (Bawono, 2015). Harapannya di setiap daerah secara efesien dan efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan masing-

5 masing daerah. Otonomi daerah menciptakan kemandirian untuk membangun daerah secara optimal dan tidak lagi terkonsentrasi di pusat sehingga meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah serta memberikan porsi belanja daerah yang lebih besar untuk sektor-sektor yang produktif di daerah (Erdi dan Meita, 2015). Menurut Riko N. dan Rafudin H. (2015), dengan adanya otonomi daerah diharapkan terciptanya kemandirian dalam pengelolaan keuangan, yang ditandai dengan makin kuatnya kapasitas fiskal atau PAD suatu daerah. Sehingga daerah tidak selalu bergantung kepada Pemerintah Pusat maupun Provinsi melalui Dana Perimbangan, sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi yaitu untuk mendukung terciptanya kemandirian daerah. Menurut Evelin Balandatu (2015), otonomi adalah kebijakan tentang penyerahan wewenang daerah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang berguna dalam mengatur, mengurus kebutuhan dan kepentingan masyarakat di daerah, sehingga konsep pembangunan lebih mengarah pada tingkatan yang terendah dalam pemerintahan. Pemerintahan desa sendiri diharapkan lebih berperan dalam meningkatkan pendapatan yang ada di desa agar dapat membantu memberikan kontribusi terhadap pembangunan berskala nasional. Salah satu sumber pendapatan desa adalah Pendapatan Asli Desa (PADesa) yaitu pendapatan yang berasal dari desa itu sendiri dan terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, serta lain-lain pendapatan desa yang sah. PADesa digunakan

6 untuk memperkuat keuangan desa dalam pengelolaan dan pembangunan desa. Oleh karena itu, peningkatan PADesa menjadi hal yang sangat penting, jika PADesa meningkat maka pemasukan untuk belanja desa,dana pengelolaan desa, dan pembiayaan pembangunan desa menjadi meningkat. Sehingga akan terwujud kemandirian desa dalam memenuhi kebutuhan pembangunan fasilitas-fasilitas umum di desa. Syarifah V.H dan Amri (2015), Pembangunan daerah yang diprioritaskan pada pedesaan adalah salah satu upaya pemerintah desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan upaya tersebut dibutuhkan dana yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah salah satunya adalah Dana Desa, dana yang bersumber dari APBN yang digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 72 Ayat 1 menyebutkan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan yang diperoleh dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten untuk dibagikan kepada tiap-tiap desa guna untuk meningkatkan pembangunan di desa dan kesejahteraan masyarakat desa. Di samping itu, Misno (2015), menyatakan desa mempunyai hak bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten serta bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten. Pernyataan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 6 yang menjelaskan bahwa pemerintah daerah dapat

7 mengalokasikan dana perimbangan kepada desa dengan memperhatikan prinsip keadilan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 4 yang menjelaskan bahwa sesungguhnya Desa memiliki peran dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Peneliti ingin meneliti pada sektor Desa, khususnya tentang penganggaran desa (APBDesa), yang mana belum pernah digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya karena penelitian-penelitian sebelumnya hanya fokus pada penganggaran daerah (Kabupaten/Kota) saja. Untuk itu, Peneliti tertarik untuk meneliti tentang penganggaran desa dikarenakaningin mengetahui perihal keuangan desa yang berfokus pada seberapa jauh perubahan pendapatan desa terhadap belanja desa sektor pertanian dan pemanfaatan sektor agraris yang ada di Kabupaten Sukoharjo disebabkan belum adanya penelitian terdahulu yang meneliti tentang desa se- Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini berjudul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Desa(PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian Tahun 2016 (Studi Empiris di Seluruh Desa Se-Kabupaten Sukoharjo).

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka perumusan masalah yang dapat ditarik dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh Pendapatan Asli Desa (PADesa) terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian? 2. Apakah terdapat pengaruh Dana Desa (DD) terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian? 3. Apakah terdapat pengaruh Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian? 4. Apakah terdapat pengaruh Bagi Hasil Pajak dan Retribusi terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitin yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Desa (PADesa) terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian. 2. Untuk menganalisis pengaruh Dana Desa (DD) terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian. 3. Untuk menganalisis pengaruh Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian. 4. Untuk menganalisis pengaruh Bagi Hasil Pajak dan Retribusi terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian.

9 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk mengembangkan teori dalam kajian ilmu akuntansi sektor publik khususnya dalam bidang perencanaan penganggaran pemerintah desa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir dalam hal pengembangan wawasan di bidang belanja desa dalam pemerintah desa serta sebagai ajang ilmiah yang menerapkan berbagai teori yang diperoleh selama perkuliahan dan membandingkannya dengan kenyataan yang ada. b. Bagi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Pendapatan Asli Desa (PADesa), Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Terhadap Belanja Desa Bidang Pertanian Tahun 2016 (Studi Empiris di Seluruh Desa se-kabupaten Sukoharjo). c. Bagi pemerintah kabupaten dan desa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah dan desa, terkait dengan perhitungan dana

10 yang diberikan melalui dan oleh pemerintah Kabupaten Sukoharjo baik Dana Desa Maupun Alokasi Dana Desa, dan pendapatan asli desa secara proporsional dan disajikan secara transparan sehingga terwujud good governance. d. Bagi pembaca dan almamater Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dalam rangka pemenuhan informasi dan referensi atau bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang belanja desa di pemerintaha desa. e. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan memberi efek positif bagi masyarakat terhadap pembangunan desa di masa yang akan datang. E. Sistematika Penulisan Sauatu karya ilmiah memerlukan sistematika dalam penulisan yang baik, teratur dan terperinci. Berikut adalah sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang memuat teori-teori secara konseptual yang diharapkan mampu mendukung pokok-pokok permasalahan yang diteliti, tinjauan

11 terhadap penelitian terdahulu, kerangka teoritis dan perumusan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, data dan sumber data, metode pengumpulam data, variabel penelitian dan metode analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan mengenai analisis data, temuan empiris yang diperoleh dari penelitian, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil analisis data. BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran, dan implikasi yang diharapkan berguna dan relevan bagi penelitian selanjutnya.