Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENURUNAN MINYAK DAN TSS PADA AIR LIMBAH BALAI YASA DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI TERHADAP PENURUNAN KADAR ION LOGAM Fe DAN Mn, KEKERUHAN SERTA WARNA PADA PENGOLAHAN AIR GAMBUT SECARA BATCH

PENURUNAN INTENSITAS WARNA REMAZOL RED RB 133 DALAM LIMBAH BATIK DENGAN ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN NaCl

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

PENGOLAHAN AIR KOLAM RENANG MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI DENGAN ELEKTRODA ALUMUNIUM GRAFIT

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

FILTER AIR DENGAN METODE ELEKTROLISA

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.

PENURUNAN BOD dan TSS PADA LIMBAH INDUSTRI SAUS SECARA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe, Cu dan STAINLESS

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR LABORATORIUM DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI GITA MELISA YOLANDA

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

BAB. 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental laboratorium, yaitu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI KHROMIUM DAN TEMBAGA DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING ARTIFICIAL DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

BAB III METODE PENELITIAN. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan februari 2015 dan berakhir pada bulan agustus 2015.

Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan

PERCOBAAN AWAL PROSES ELEKTROKOAGULASI SEBAGAI METODE ALTERNATIF PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

OPTIMASI KONDISI ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TIMBAL (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

I. Tujuan. Dasar Teori

KIMIA ELEKTROLISIS

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN PROSES ELEKTROLFOKULATOR SECARA BATCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian Yang Relevan

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PENINGKATAN KUALITAS AIR MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI DAN FILTER KARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

TINJAUAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

PERBANDINGAN METODE ELEKTROKOAGULASI DENGAN PRESIPITASI HIDROKSIDA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT RUSYADI WICAHYO AULIANUR

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

Yunus Tonapa, Agustinus Ngatin, Mukhtar Gozali

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI LOGAM KROMIUM DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

STUDI PENURUNAN KROMIUM DAN NIKEL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

APLIKASI ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN PASANGAN ELEKTRODA ALUMINIUM UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM KADMIUM (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING TUGAS AKHIR SKRIPSI

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

PROSES ELEKTROKOAGULASI PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

penanganan limbah, yaitu dengan menampung limbah laboratorium tersebut,

Lokasi pengambilan sampel yaitu di Tempat Pembuangan Akhir Sampah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

APLIKASI ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

(Kode : D-16) PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI PADA PENURUNAN KADAR LOGAM BERAT Cu DALAM AIR LIMBAH PABRIK TEKSTIL

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

Pengolahan Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

REKAYASA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KECIL BATIK DENGAN METODE ELEKTROLISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Transkripsi:

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : boni8poro@physics.untan.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang peningkatan kualitas air tanah gambut dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air tanah gambut setelah melewati proses penjernihan dengan metode elektrokoagulasi. Pengambilan sampel dilakukan di Desa Bintang Mas II Rasau Jaya. Sampel yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Dalam penelitian ini digunakan variasi jumlah plat, waktu kontak, dan tegangan yang diberikan oleh power supply pada saat melakukan metode elektrokoagulasi. Parameter yang diuji meliputi ph, TDS (Total Dissolve Solid), suhu dan warna. Kondisi awal air tanah gambut sebelum menggunakan metode elektrokoagulasi yaitu nilai ph sebesar 4,53, nilai suhu sebesar 30,3 0 C, warna berskala 107 Pt.Co dan nilai TDS sebesar 989 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai yang telah memenuhi standar kualitas air bersih yaitu pada penggunaan 6 buah plat dan tegangan sebesar 30 Volt setelah waktu kontak selama 120 menit. Pada variasi ini diperoleh nilai optimum setelah waktu kontak selama 420 menit, dengan nilai ph sebesar 9, warna pada skala 13 Pt.Co dan nilai TDS sebesar 108 mg/l. Kata Kunci : Metode Elektrokoagulasi, ph, TDS 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sehari-hari, seperti untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 kualitas air minum yang memenuhi standar persyaratan kesehatan adalah tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa [1]. Air gambut merupakan sumber air baku yang berpotensi untuk diolah menjadi air bersih. Ciri-ciri air gambut yaitu memiliki ph sekitar 3-4 yang bersifat sangat asam, dengan kadar organik, kadar besi dan kadar mangan yang tinggi serta berwarna kuning atau coklat tua, sehingga tidak layak untuk dijadikan air baku dan air minum. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang layak maka air gambut perlu diolah secara spesifik dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Metode elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan proses flokulasi-koagulasi karena memiliki nilai efisiensi yang cukup tinggi dan tidak diperlukan penambahan bahan kimia. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Prayinto dan Kismolo (2012) elektrokoagulasi secara teknis dapat digunakan sebagai metode reduksi volume limbah yang harus dikembangkan karena mampu mereduksi kontaminan dalam limbah di atas 80 % [2]. Menurut Hari dan Harsanti (2010), pengolahan limbah cair tekstil menggunakan proses elektrokoagulasi menghasilkan suhu dan ph sebesar 30 0 C-43 0 C dan 9-10 saat waktu kontak 10-30 menit pada penambahan 6 plat Al [3]. Menurut Yulianto dkk (2009), elektrokoagulasi juga merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana salah satu elektrodanya adalah aluminium ataupun besi. Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi reduksi dimana logam-logam akan direduksi dan diendapkan di kutub negatif, sedangkan elektroda positif (Fe) akan teroksidasi menjadi [Fe(OH) 2] yang berfungsi sebagai koagulan [4]. Menurut siringo-ringo dkk (2013) proses elektrokoagulasi menggunakan logam aluminium sebagai sacrificial electrode menghasilkan nilai TDS sebesar 57,14 % [5]. Dalam penelitian ini dilakukan peningkatan kualitas air tanah gambut menggunakan metode elektrokoagulasi dengan variasi jumlah plat, waktu kontak dan suhu. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air gambut seperti ph, warna, TDS dan suhu. 77

2. Metodologi Alat-alat yang digunakan pada penelitian yaitu amperemeter, plat aluminium, ph meter, stopwatch, power supply TDS meter dan multimeter. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah air tanah gambut yang diambil dari Desa Bintang Mas 2 Rasau Jaya. Metode Pengambilan Sampel Sebanyak 100 ml sampel air gambut yang diambil kemudian disimpan ke dalam botol alluvial. Penyimpanan dilakukan untuk menghindari kontaminasi air dengan keadaan lingkungan luar. Sampel air gambut murni kemudian diuji parameter fisika dan kimia, yaitu ph, warna, TDS dan suhu. Metode Elektrokoagulasi Batch Metode elektrokoagulasi merupakan sebuah metode sederhana yang menggunakan prinsip pemunian air dengan cara koagulasi (penggumpalan) yang memanfaatkan elektroda sebagai anoda dan katoda tanpa aliran [5]. Proses elektrokoagulasi umumnya menggunakan elektroda alumunium. Rangkaian peralatan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Rangkaian peralatan elektrokoagulasi Pengukuran ph Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter digital combo waterproof. Pengukuran ph dilakukan sebelum pemurnian dan setelah pemurnian air gambut. Hasil yang terukur merupakan ph air gambut murni dan ph air gambut hasil pemurnian. Pengukuran Suhu Suhu diukur dengan menggunakan alat termometer digital. Pengukuran dilakukan dengan cara mencelupkan termometer digital kedalam air gambut. Suhu yang terukur merupakan suhu air gambut murni dan suhu air gambut setelah pemurnian. Pengukuran Warna Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat colorimeter atau color reader. Dalam hal ini colorimeter akan berubah sehingga kita dapat menganalisa konsentrasi zat tertentu pada medium atau objek tersebut. Pengukuran warna dilakukan sebelum pemurnian air gambut dan setelah pemurnian air gambut. Hasil yang diperoleh merupakan warna air gambut murni dan warna air gambut hasil pemurnian. Pengukuan TDS Pengukuran TDS dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter. Cara kerja alat ini adalah sampel air yang berada dalam gelas ukur diukur menggunakan probe TDS meter. Pengukuran dilakukan sebelum pemurnian dan setelah pemurnian air gambut. Hasil yang diperoleh merupakan nilai TDS air gambut murni dan nilai TDS air gambut hasil pemurnian. Pemurnian Air Gambut Pemurnian air gambut dengan metode elektrokoagulasi dilakukan dengan variasi jumlah plat, waktu kontak dan tegangan. Variasi jumlah plat adalah 2 plat, 4 plat, dan 6 plat. Tegangan listrik sebesar 10 Volt, 20 Volt dan 30 Volt. Variasi waktu kontak selama 60 menit, 90 menit dan 120 menit, sedangkan untuk memperoleh nilai optimum yang memenuhi nilai standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia diberikan penambahan waktu kontak dengan kelipatan 60 menit hingga nilai konstan. Analisa Hasil Pemurnian Air Gambut Untuk mengetahui kualitas di kelayakan air tanah gambut murni dan air gambut hasil pemurnian dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dilakukan analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif air gambut dilakukan dengan membandingkan dengan nilai standar air bersih yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum [1] 3. Hasil dan Pembahasan Kadar Air Gambut Sebelum Pemurnian Pengukuran kadar air gambut murni dilakukan sebelum pemurnian. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat nilai perubahan parameter-parameter uji sebelum pemurnian air 78

gambut dan setelah pemurnian air gambut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai parameter air gambut murni sebelum dilakukan pemurnian dengan menggunakan metode elektrokoagulasi diperoleh nilai ph sebesar 4,53 pada suhu 30,3 0 C, warna pada skala 107 Pt.Co dan TDS sebesar 989 mg/l. Perubahan ph Perubahan nilai ph air gambut menggunakan metode elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 3. Grafik hubungan ph terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 2 plat Gambar 4. Grafik hubungan ph terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 4 plat Gambar 5. Grafik hubungan ph terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 6 plat Gambar 6. Grafik hubungan ph terhadap waktu optimum untuk elektrokoagulasi menggunakan 6 plat pada tegangan 30 Volt Pengaruh tegangan dan waktu kontak pada proses elektrokoagulasi terhadap ph memberikan hasil yang berbanding lurus. Semakin besar tegangan yang diberikan dan semakain lama waktu kontak. yang diberikan makan nilai ph yang didapatkan semakin memenuhi standar. Berdasarkan grafik hubungan ph terhadap waktu kontak terlihat bahwa nilai ph air tanah gambut yang memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 ditunjukkan pada Gambar 4 dengan nilai ph sebesar 6,53, tegangan 30 Volt, waktu kontak 120 menit serta jumlah plat sebanyak 6 buah. Nilai ph optimum air gambut sebesar 9 pada penggunaan 6 buah plat dan tegangan sebesar 30 Volt setelah waktu kontak selama 420 menit yang ditunjukkan pada Gambar 6. Peningkatan waktu, tegangan dan jumlah plat akan mengoptimalkan nilai ph yang dihasilkan. Penambahan aluminium juga dapat menyebabkan kandungan limbah yang bersifat asam semakin lama semakin berkurang akibat proses dari koagulasi. Hal ini terlihat dengan adanya gumpalan-gumpalan kecil yang melayang-layang pada air hasil elektrokoagulasi. Menurut Hari dan Harsanti (2010) proses ini juga terjadi pada reaksi plat aluminium yang mengindikasikan ion-ion Al +2 mengikat polutan atau pengotor secara efektif, sehingga ion dari logam-logam yang ada saling 79

Warna (Pt.Co) PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 2 (2017), Hal. 77-82 ISSN : 2337-8204 berkompetisi untuk menempel pada plat elektroda [3]. Perubahan Warna Nilai perubahan warna air gambut menggunakan metode elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, dan gambar 10. Perubahan nilai warna terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 6 plat waktu kontak dan tegangan memberikan hasil yang linier. Semakin lama waktu kontak dan semakin besar tegangan yang diberikan maka penurunan warna semakin baik yang terbaca oleh alat colorimeter. Gambar 7. Grafik hubungan warna terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 2 plat Gambar 8. Grafik hubungan warna terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 4 plat 105 90 75 60 45 30 15 60 90 120 Waktu Kontak (menit) Gambar 9. Grafik hubungan warna terhadap Air gambut 10 V 20 V 30 V Gambar 10. Grafik hubungan warna terhadap waktu optimum untuk elektrokoagulasi menggunakan 6 plat pada tegangan 30 Volt Berdasarkan grafik hubungan warna terhadap waktu kontak diperoleh warna pada skala 17,5 Pt.Co saat tegangan 30 Volt dengan waktu kontak 120 menit dan jumlah plat sebanyak 6 buah yang ditunjukkan pada Gambar 9. Warna air gambut hasil pemurnian pada skala 0-15 Pt.Co telah memenuhi standar kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010. Nilai optimum perubahan warna pada air tanah gambut diperoleh pada penggunaan 6 buah plat dan tegangan sebesar 30 Volt setelah waktu kontak selama 420 menit, dengan warna pada skala 13 Pt.Co yang ditunjukkan pada Gambar 10. Menurut Yulianto dkk (2009) perubahan nilai warna disebabkan oleh proses adsorbsi, dimana subtansi molekul meninggalkan larutan dan bergabung pada permukaan zat padat (koagulan) dari proses metode elektrokoagulasi. Proses adsorbasi sendiri dapat berfungsi untuk menyisihkan senyawa-senyawa anorganik dan organik terlarut [4]. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian tentang uji kualitas air gambut terlihat bahwa semakin tinggi tegangan dan semakin lama waktu kontak yang diberikan maka semakin besar pula persentasi penurunan warna yang terjadi. Penurunan warna pada air gambut diduga karena adanya reaksi antara plat aluminium dengan zat tersuspensi yang ada di dalam air tanah gambut, dimana 80

reaksi katoda dari ion H + yang bersifat asam akan direduksi menjadi gas hidrogen, sehingga elektroda aluminium tersebut lama kelamaan akan membentuk seperti gelembung-gelembung gas dan buih [4]. Perubahan TDS Hasil pengukuran perubahan TDS air gambut menggunakan metode elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 11, Gambar 12, Gambar 13 dan Gambar 14. Dari hasil penelitian perubahan TDS dapat dilihat bahwa besarnya tegangan yang diberikan dan lamanya waktu kontak yang diberikan selama proses elektrokoagulasi memberikan hasil yang sebanding dengan penurunan TDS dalam air tanah gambut. Semakin besar tegangan dan lama waktu kontak yang diberikan maka nilai TDS air semakin menurun. Gambar 11. Grafik hubungan TDS terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 2 plat Gambar 12. Grafik hubungan TDS terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 4 plat Gambar 13. Grafik hubungan TDS terhadap waktu untuk elektrokoagulasi menggunakan 6 plat Gambar 14. Grafik hubungan TDS terhadap waktu optimum untuk elektrokoagulasi menggunakan 6 plat pada tegangan 30 Volt Grafik hubungan TDS terhadap waktu kontak menunjukkan adanya perubahan nilai TDS pada air tanah gambut yaitu sebesar 587 mg/l pada tegangan 30 Volt, waktu kontak 120 menit dan jumlah plat sebanyak 6 buah yang dapat dilihat pada Gambar 13. Nilai tersebut telah memenuhi syarat standar untuk mendapatkan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang memiliki skala 0-1000 mg/l. Nilai optimum diperoleh setelah penambahan waktu kontak selama 420 menit, dengan nilai TDS yang didapatkan sebesar 108 mg/l pada penggunaan 6 buah plat dan tegangan sebesar 30 Volt yang ditunjukkan pada Gambar 14. Menurut siringo-ringo dkk (2013) perubahan nilai TDS diduga karena semakin lama waktu kontak dan semakin tinggi tegangan yang diberikan akan menyebabkan ion-ion yang dilepaskan elektroda aluminium menghasilkan aluminium hidroksida yang mampu mengikat bahan-bahan organik membentuk flok-flok yang dapat menggumpalkan padatan tersuspensi dalam limbah, sehingga kadar TDS air tanah gambut berkurang [5]. Selain itu dikarenakan adanya penurunan absorbansi akibat interaksi yang cepat antara polutan organik dengan kation yang dibebaskan dari elektroda aluminium sehingga kadar dari polutan dalam air tanah gambut semakin berkurang seiring penambahan waktu kontak [5]. 81

4. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. Semakin tinggi tegangan dan semakin lama waktu kontak yang diberikan, maka air yang dihasilkan dari penggunaan metode eleltrokoagulasi semakin bersih dan layak untuk digunakan. Hasil yang memenuhi standar adalah pada penggunaan 6 plat, dengan tegangan 30 Volt selama waktu kontak 120 menit. Nilai optimum yang diperolah yaitu ph sebesar 9, nilai TDS sebesar 108 mg/l dan warna pada skala 13 Pt.Co, pada penggunaan 6 plat dengan tegangan sebesar 30 Volt saat waktu kontak selama 420 menit. Daftar Pustaka [1] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. ; 2010. [2] Prayitno, Kismolo E. Percobaan Awal Proses Elektrokoagulasi Sebagai Metode Alternatif Pada Pengolahan Limbah Cair. In Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah; 2012; Yogyakarta. p. 94-99. [3] Hari B, Harsanti M. Pengolahan Limbah Cair Tekstil Menggunakan Proses Elektrokoagulasi Dengan Sel Al-Al. Teknik Kimia 'Kejuangan'. 2010;(1693-4393): p. 1-7. [4] Yulianto A, Hakim L, Purwaningsih I, Pravitasari V. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Pada Skala Laboratorium Dengan Mengunakan Metode Elektrokoagulasi. Teknik Lingkungan. 2009; 5. [5] Siringo-ringo E, Kusrijadi A, Sunarya Y. Penggunaan Metode Elektrokoagulasi Pada Pengolahan Limbah Industri Penyamaan Kulit Menggunakan Aluminium Sacrificial Electrode. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 2013; 4(2087-7412). 82