BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )

LEMBARAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB IV PEMBAHASAN Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BIDANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 28 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 18 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA, TENTANG

WALIKOTATARAKAN PROVINSI KALIMANTANUTARA PERATURANDAERAH KOTATARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

lq". '#,, Bangunan Perdesaan dan Perkotaan perlu dilakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. hak untuk mengurus sendiri rumah tangga daerahnya. Papua merupakan salah satu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XI/2013 Tentang Pajak Terhadap Pusat Kebugaran

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 4 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12

BAB II LANDASAN PUSTAKA 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soemohamijaya dalam Diana Sari (2013:22) pengertian pajak

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 SERI B.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

Menimbang: a. bahwa pajak hiburan merupakan salah satu sum be r pendapatan daerah yang penting guna membiayai

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN BUPATI TANAH BUMBU,

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 3 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2011

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Sari pengertian pajak adalah : Menurut Soemitro (1988) pengertian pajak adalah :

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

b. PP No. 91 Tahun 2010 tentang Pembayaran Pajak yang ditetapkan oleh Bupai dan Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemerintah yang bersifat wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-Undang

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN

BUPATI TELUK WONDAMA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN DI KABUPATEN PASURUAN TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 12 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 6 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK HIBURAN

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan Suatu karya ilmiah harus berbekal pada teori sebab teori berfungsi untuk

Kunjungan Kerja DPRD Kabupaten Magetan. Ruang Rapat Gabungan Komisi. Tohari Aziz, S. H. (Wakil Ketua DPRD Kota Balikpapan)

b. Perda Nomor 03 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah c. Perda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional, maka pelaksanaan pembangunan harus merata dan ini tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah menetapkan undang-undangn otonomi daerah di mana dengan adanya otonomi daerah tersebut pemerintah daerah diberikan kewenangan dalam hal pengelolaan keuangan. Paradigma pembangunan daerah berubah menjadi paradigma membangun yang didekati dengan prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab; asas keseimbangan pertumbuhan antar daerah serta antara desa dan kota; pemberdayaan masyarakat; serta pendayagunaan potensi sumber daya alam dengan berpegang pada kelestarian lingkungan hidup. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Pada hal ini Padang juga menerapkan undang-undang otonomi daerah yang berguna untuk mengatur stabilitas pendapatan asli daerah di Padang. Oleh karena itu pemerintahan Padang melakukan pemungutan pajak daerah dalam rangka 1

upaya peningkatan dan pengoptimalisasi dalam pendapatan asli daerah di wilayahnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang "Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah" yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari: a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain PAD yang sah (meliputi penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; jasa giro; pendapatan bunga; keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah). Tabel 1.1 Tabulasi Pendapatan Asli Daerah Kota Padang Tahun 2011-2015 Tahun Realisasi PAD (Rp) Pajak Daerah (Rp) Retribusi Daerah (Rp) Jumlah Kekayaan Daerah yang dipisahkan (Rp) Lain-lain PAD yang Sah (Rp) 2011 149.874.800.461 102.412.436.200 23.457.002.851 8.996.686.425 15.008.674.985 2012 189.450.840.075 128.595.100.667 30.325.980.534 8.403.534.687 22.126.224.187 2013 238.871.896.576 165.460.994.275 39.409.960.663 8.415.720.596 25.585.221.042 2014 315.678.797.930 194.620.516.566 55.736.712.374 10.832.007.020 54.489.561.970 2015 370.413.732.165 232.870.240.318 50.512.577.718 15.352.567.191 71.678.346.938 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Padang 2

Penyediaan pembiayaan dari pendapatan asli daerah dilakukan melalui peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis pajak daerah, retribusi, dan sumber pendapatan lainnya. Sehingga pendapatan asli daerah menjadi sangat penting karena berperan sebagai sumber pembiayaan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pajak daerah, sebagai salah satu komponen PAD, merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya (Riduansyah, 2003). Dasar hukumnya ditetapkan berdasarkan ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 28 Tahun 2009. Salah satu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pajak hiburan. Menurut Perda Kota Padang No 4 Tahun 2011, pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan bayaran. Objek Pajak hiburan adalah tontonan film, pagelaran musik, tari dan busana, kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya, pameran, diskotik, karaoke, klab malam, music room, cafe music, dan sejenisnya, sirkus, akrobat, dan sulap, permainan bilyard, golf, dan bowling, kendaraan bermotor dan permaian ketangkasan, pacuan kuda, kolam pemancingan, mandi uap/spa, panti pijat, refleksi dan pusat kebugaran (fitness center), pertandingan oleh raga. Sebenarnya potensi penerimaan pajak daerah bisa lebih ditingkatkan, 3

mengingat masih banyaknya pusat-pusat hiburan yang belum terdapat sebagai objek pajak. Efektif merupakan segala tindakan dan usaha yang memiliki akibat atau efek yang membawa hasil. Pemerintah daerah harus mampu mewujudkan target yang sudah ditetapkan, sehingga kinerjanya dikatakan efektif. Tentunya target yang diinginkan setiap daerah dalam kontribusi peningkatan PAD ialah hasil yang positif dan signifikan. Semakin besar target yang didapat, semakin efektif pula kerja pemerintah dalam memungut pajak hiburan dan meningkatkan pendapatan asli daerah Kontribusi dari pajak hiburan dalam peningkatan PAD dapat dilihat dari seberapa banyak tempat-tempat hiburan yang menyetorkan pajak. Semakin besar setoran pajak yang masuk dalam pemerintah daerah, semakin besar pula peningkatan pendapatannya. Kontribusi yang dicapai dari pendapatan tersebut dilihat dari seberapa besar disalurkan untuk membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kota Padang melalui Perda No.4 Tahun 2011 telah berupaya meningkatkan realisasi pajak hiburan untuk Kota Padang dan juga menambah objek pajak hiburan Kota Padang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elfayang Rizki Puspitasari (2014) yang hasil penelitiannya yaitu (1) tingkat efektivitas untuk pajak daerah dan retribusi daerah selama tahun 2009-2013 masuk dalam kategori sangat efektif, (2) kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Blora dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 kurang berkonribusi, namun tingkat rasio kontribusinya cenderung naik. kemudian yang dilakukan Asrul Firmansyah, 4

Srikandi Kumadji, dan Achmad Husaini (2015) yang hasil penelitiannya yaitu Efektivitas pajak hiburan tahun 2012-2014 selalu berada diatas 100% namun cenderung fluktuatif. Kontribusi pendapatan pajak hiburan terhadap pendapatan pajak daerah Tulungagung selama tahun 2012-2014 selalu termasuk kategori sangat kurang. Kontribusi terbesar pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,75%. Kemudian penelitian yang dilakukan Arvian Triantoro (2007) yang hasil penelitiannya yaitu Tingkat efektivitas pemungutan pajak reklame di kota Bandung pada tahun 2006 cukup baik, mencapai 53,56%, laju pertumbuhan Pajak Iklan selama enam tahun terakhir menunjukkan rata-rata mencapai 53,94 % per tahun. Potensi pajak reklame yang harus diperoleh oleh kota Bandung dapat mencapai Rp48.736.796.510, pajak reklame pada tahun 2006 dan kontribusi terhadap Pajak Daerah untuk tahun 2006 berdasarkan realisasi mencapai 15,84%, sedangkan berdasarkan potensinya mampu mencapai 29,77%. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dara Rizky Supriadi, Dwiatmanto, Suhartini Karjo (2015) yang hasil penelitiannya yaitu Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah masih sangat kurang. Rata-rata tingkat kontribusi pajak hiburan terhadap pajak daerah sebesar 1,75% sedangkan terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 1,25%. Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah di atas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah telah mampu melaksanakan kinerja keuangannnya dengan sangat efektif. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kustanti Dian Puspitasari (2010) yang hasil penelitiannya yaitu efektivitas penerimaan pajak hotel menunjukkan penurunan tiap tahunnya, tahun sebesar 118,75% (efektif), tahun 2008 sebesar 106,10% (efektif), dan tahun 2009 88,26% (cukup efektif). Demikian juga kontribusi Pajak Hotel terhadap 5

Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan, tahun 2007 sebesar 8,55%, tahun 2008 sebesar 8,28% dan tahun 2009 sebesar 7,53%. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin lebih mengetahui lebih lanjut tentang sejauh mana upaya Dinas Pendapatan kota Padang dalam memungut pajak hiburan. Untuk itu penulis memberi judul penelitian ini "Analisis Efektivitas Pajak Hiburan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Padang". 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana klasifikasi potensi penerimaan pajak hiburan di Kota Padang? 2) Apakah penerimaan pajak hiburan pajak hiburan di Kota Padang telah efektif? 3) Bagaimana kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah kota Padang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumsusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menggambarkan klasifikasi potensi penerimaan pajak hiburan di Kota Padang. 2) Mengetahui efektivitas pajak hiburan di Kota Padang. 3) Menggambarkan kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kota Padang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi penulis, dapat membantu menambah pengetahuan tentang pajak hiburan. 2) Bagi instansi terkait, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi instansi terkait dalam menetapkan kebijakan atau peraturan sehubungan dengan 6

usaha instansi terkait dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah khususnya pada penerimaan pajak hiburan. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian Bab II Landasan teori, menjelaskan tentang pajak, fungsi pajak, pengelompokan pajak, pajak daerah, pajak hiburan, efektivitas pajak hiburan serta kontribusi pajak hiburan terhadap PAD, dan reviu penelitian terdahulu. Bab III Metodologi penelitian, menjelaskan tentang desain penelitian, variabel, jenis data dan metode pengumpulan data. Bab IV Hasil dan Pembahasan, menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang dilakukan Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran dari penulis 7