Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 1 No. 2 Tahun 2016

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

LUMBUNG PAKAN RUMINANSIA. Bernadete Barek Koten 1), Lilo J.M. Ch. Kalelado 1) dan Redempta Wea 1)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

DAMPAK PEMELIHARAAN TERNAK DI KAWASAN PANTAI UTARA KABUPATEN TTU TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

POTENSI INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN JERUK KEPROK SOE DI DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA KABUPATEN TTS

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan pupuk anorganik dipasaran akhir-akhir ini menjadi langka.

PERILAKU KOMUNIKASI WANITA TANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Kasus di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT)

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN MELALUI PEMBUATAN KOMPOS DAN SILASE PADA KELOMPOK PETERNAK SAPI DAN KELOMPOK WANITA PETANI HOLTIKULTURA 1

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. PERMASALAHAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA NIFUBOKE KECAMATAN NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA. (Selasa, 19 Mei 2015)

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK PADA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI KABUPATEN KUPANG

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V SUMBER DAYA ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PARTISIPASI TENAGA KERJA WANITA DALAM USAHA PEMELIHARAAN TERNAK DI NUSA TENGGARA TIMUR (KASUS AMARASI)

PEMANFAATAN BOKHASI, IRIGASI PROBASA, HIDROPONIK PADA TANAMAN HORTIKULURA PADA LAHAN KERING

POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KAMBING LOKAL DALAM MENDUKUNG USAHA AGRIBISNIS TERNAK DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM SAPI POTONG DI KELOMPOK SAIYO SAKATO KECAMATAN IV ANGKEK KABUPATEN AGAM

Transkripsi:

PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS ORGANIK Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay 1) Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Email: jermiasjohanis@gmail.com; denivitatome@yahoo.co.id ABSTRAK Dua masalah dalam bidang peternakan dan pertanian yang dihadapi oleh Kelompok Tani Moin Fe u dan Kelompok Wanita Tani Moin Fe u di Kelurahan Nonbes Kabupaten Kupang adalah: 1) invasi gulma semak bunga putih di padang penggembalaan yang mengancam ketersediaan pakan hijauan bagi ternak sapi; dan 2) ketergantungan terhadap pupuk anorganik untuk usaha pertanian tanaman hortikultura. Untuk membantu menyelesaikan kedua persoalan tersebut maka telah dilaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan memanfaatkan gulma tersebut sebagai bahan pembuat pupuk organik bokhasi bersama dengan feces sapi dan limbah pertanian lainnya. Kegiatan ini telah dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan demonstrasi plot. Selanjutnya pupuk organik tersebut telah diaplikasikan pada tanaman hortikultura yang ditanam di pekarangan rumah dan lahan percontohan. Luaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah: i) penurunan gulma di padang penggembalaan sehingga meningkatkan ketersediaan pakan bagi ternak sapi milik mitra yang dipelihara secara ekxtensif; ii) terciptanya pemahaman mitra akan manfaat dari gulma semak bunga putih; iii) pemanfaatan feces sapi menjadi bahan dasar pembuatan pupuk organik; iv) penurunan tingkat ketergantungan mitra terhadap pupuk anorganik; v) keterampilan mitra dalam pembuatan pupuk organik; vi) produk berupa pupuk organik bokhasi; vii) lahan percontohan pertanian organic; dan viii) produk pertanian organik Kata Kunci: bokhasi, organik, hortikultura, semak bunga putih 1

PENDAHULUAN Kecamatan Amarasi adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kecamatan ini memiliki 8 desa dan 1 Kelurahan. Masyarakat di Kecamatan ini umumnya adalah petani/peternak yang hidup dari bercocok tanam dan memelihara ternak. Jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman padi (sawah) dan tanaman hortikultura, sedangkan jenis ternak yang dipelihara adalah sapi, kuda, kerbau, kambing, babi, dan ayam (BPS Kabupaten Kupang, 2014). Kecamatan Amarasi merupakan salah satu kantong produksi ternak sapi Kabupaten Kupang. Hal ini dibuktikan dengan posisi Kecamatan Amarasi pada urutan 2 dari data sebaran populasi ternak sapi di Kabupaten Kupang dengan jumlah populasi sebanyak 19.243 ekor atau sebesar 12.68% dari total sapi di Kabupaten Kupang (BPS Kabupaten Kupang, 2014). Sistem pemeliharaan ternak sapi yang diterapkan oleh masyarakat di Kecamatan ini terdiri dari 2 (dua) sistem yakni intensif dan ekstensif. Pemeliharaan sapi secara intensif di wilayah ini dikenal dengan dengan budaya Paron, dimana dalam budaya ini pemilik sapi mengikat sapi-sapi jantan dewasa di bawah pohon atau dibuatkan kandang dengan tujuan untuk digemukkan dan dijual sebagai ternak potong ke luar NTT melalui pedagang antar pulau. Setelah sapi djual, maka peternak akan berusaha mencari sapi bakalan yang baru untuk digemukkan lagi. Dalam sistem ini, peternak hanya memanfaatkan hasil utamanya saja sedangkan hasil ikutan berupa feces tidak dimanfaatkan atau dibiarkan begitu saja, padahal sistem ini menghasilkan feces sebagai bahan baku pupuk organik yang sudah terkonsentrasi disekitar lokasi pemeliharaan. Pemeliharaan ekstensif diterapkan pada ternak sapi induk dan anak, yakni ternak dilepaskan mencari makan di padang penggembalaan dan dikandangkan pada waktu malam. Sistem pemeliharaan ini merupakan sumber utama penghasil bibit dan bakalan bagi usaha peternakan sapi di Kecamatan Amarasi khususnya dan di wilayah Timor Barat pada umummya. 2

Saat ini pemeliharaan induk dan anak sapi mengalami permasalahan yang cukup serius yakni menurunnya jumlah dan mutu padang penggembalaan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya alih fungsi padang penggembalaan menjadi areal pemukiman akibat pertambahan populasi penduduk dan invasi gulma semak bunga putih (Chromolaena odorata). Semak bunga putih adalah tanaman yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang sangat cepat walaupun di lahan kritis. Tumbuhan ini menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin (Prawiradiputra, 2006). Selanjutnya menurut Prawiradiputra (2007), tanaman ini dianggap suatu gulma yang sangat merugikan karena: (1) dapat mengurangi kapasitas tampung padang penggembalaan, (2) dapat menyebabkan keracunan, bahkan mungkin sekali kematian ternak, (3) menimbulkan persaingan dengan rumput pakan, sehingga mengurangi produktivitas padang rumput, dan (4) dapat menimbulkan bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau Salah satu wilayah di Kecamatan Amarasi yang mengalami masalah akibat invasi gulma semak bunga putih adalah Kelurahan Nonbes. Penyebaran semak bunga putih di wilayah ini berjalan sangat cepat sehingga menyebabkan penurunan wilayah menggembala yang cukup signifikan. Usaha mengatasi tanaman ini sudah dilakukan dengan berbagai cara diantaranya menebas dan membakar namun tanaman ini kembali tumbuh lagi sehingga saat ini masyarakat cenderung pasrah menghadapi masalah tersebut. Keadaan ini tidak akan terjadi jika masyarakat mengetahui potensi yang dimiliki tanaman ini dan cara memanfaatkannya. Pada sisi yang lain, usaha pertanian masyarakat di desa Nonbes (usaha pertanian sawah dan tanaman hortikultura) selalu mengandalkan pupuk kimia untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pupuk kimia. Ketergantungan ini menyebabkan kebingungan bagi masyarakat ketika suplai dan distribusi pupuk tidak berjalan lancar seperti saat ini yang menyebabkan pengunduran musim tanam di sawah dan penurunan produksi tanaman hortikultura. Penggunaan pupuk kimia dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan berdampak pada kondisi fisik tanah semakin buruk (Dwiyanto, dkk, 2001). 3

Kelompok Tani Moin Fe u di RT. 13 RW. 7 Kelurahan Nonbes adalah kelompok yang juga menghadapi persoalan invasi gulma semak bunga putih di padang penggembalaan dan ketergantungan yang tinggi terhadap pupuk kimia pada usaha pertanian. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka telah dilaksanakan suatu kegiatan pengabdian masyarakat dalam bidang peternakan dan pertanian secara terpadu dengan memanfaatkan biomasa semak bunga putih, limbah usaha paronisasi sapi dan limbah pertanian untuk menghasilkan pupuk organic. MASALAH Berdasarkan kondisi di atas maka beberapa masalah yang telah diupayakan pemecahannya, yakni: 1). Ancaman penurunan ketersediaan jumlah pakan secara kontinyu di padang penggembalaan akibat pesatnya perkembangan tanaman gulma semak bunga putih 2). Terbatasnya pemahaman mitra akan manfaat yang bisa didapatkan dari gulma semak bunga putih 3). Belum optimalnya pemanfaatan limbah (feces) dari usaha peternakan sapi intensif (paron) yang memiliki potensi besar bagi usaha pertanian 4) Ketergantungan mitra yang tinggi akan pupuk anorganik sehingga ketika suplai dan distribusi pupuk anorganik terhambat akan berpengaruh terhadap waktu tanam dan hasil panen tanaman hortikultura 5). Terbatasnya pemahaman dan pengalaman mitra dalam membuat dan menggunakan pupuk organik dalam usaha pertanian mereka. METODE PELAKSANAAN Guna membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh mitra selama ini, maka bentuk kegiatan yang telah dilakukan adalah melakukan penyuluhan dan demonstrasi yang berkaitan dengan masalah mitra tersebut. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dalam bentuk ceramah dan diskusi mengenai: 1). Mengenal tanaman gulma semak bunga putih dan potensi yang dimiliki; 2). Pembuatan pupuk organic (bokhasi) dengan menggunakan tanaman gulma semak bunga putih, limbah paronisasi sapi (feces), dan limbah pertanian; 3). Aplikasi pupuk bokhasi pada tanaman hortikultura 4

Selanjutnya guna memperjelas pemahaman mitra maka telah dilakukan demonstrasi plot pembuatan bokhasi dan aplikasinya pada usaha pertanian tanaman hortikulutra dengan menggunakan pupuk bokhasi yang dibuat sendiri oleh mitra. Aplikasi ini dilakukan pada tanaman yang ditanam di pekarangan rumah dan di lokasi lahan percontohan kelompok. Aplikasi ini juga sekaligus merupakan suatu kegiatan pengamatan bersama antara tim pelaksana kegiatan pengabdian dan kelompok sasaran untuk membuktikan kemanjuran dari pupuk bokhasi dibandingkan dengan pupuk anorganik sehingga diharapkan dengan melihat langsung hasil panen tanaman hortikultura yang menggunakan pupuk bokhasi maka akan menghasilkan tingkat adopsi mitra yang tinggi terhadap teknologi bokhasi. Produk dari kegiatan ini berupa pupuk bokhasi berbahan dasar gulma semak bunga putih, limbah peternakan, dan pertanian dan produk berupa hasil pertanian hortikultura organic yang sebagian telah berhasil dijual oleh mitra ke pasar.. Adapun pola kegiatan dalam solusi yang ditawarkan di atas adalah sebagai berikut: Kegiatan yang telah dilaksanakan bersifat stimulant dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mitra. Dalam kegiatan ini mitra dilibatkan secara aktif 5

mengikuti kegiatan mulai dari ceramah, diskusi, penyiapan bahan-bahan pembuat bokhasi semak bunga putih (feces sapi, tanaman semak bunga putih, dan limbah lainnya), persiapan lahan untuk uji coba pupuk bokhasi semak bunga putih, aplikasi pupuk bokhasi semak bunga putih pada tanaman hortikultura (tomat, cabai, terung dan sayur-sayuran), pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman hortikulutra yang menggunakan pupuk bokhasi semak bunga putih serta membandingkannya dengan tanaman hortikultura yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk anorganik. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah produk berupa sistem peternakan dan pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang terintegrasi dan berbasis organik. Diharapkan hasil kegiatan ini dapat menjadi suatu motivator bagi kelompok tani dalam mengatasi gulma di padang penggembalaan, memanfaatkan limbah peternakan dan pertanian, dan mengatasi ketergantungan terhadap pupuk anorganik. Keuntungan lanjutan yang diharapkan diperoleh dari kegiatan ini adalah dapat memperbaiki kondisi tanah akibat penggunaan pupuk anorganik pada waktu yang lalu. Selanjutnya pengetahuan yang telah dimiliki mitra tersebut diharapkan dapat disebarluaskan kepada masyarakat lain sehingga usaha pertanian dan peternakan di desa Nonbes akan berkembang menjadi lebih baik. HASIL YANG DICAPAI Dari kegiatan pengabdian ini telah dihasilkan suatu integrasi usaha peternakan-pertanian yang berbasis organik dengan memanfaatkan gulma semak bunga putih dan limbah peternakanpertanian. Secara spesifik, luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat di Kelompok Tani Moin Fe u yang menghadapi masalah invasi gulma semak bunga putih di padang penggembalaan dan ketergantungan terhadap pupuk anorganik dalam usaha pertanian adalah sebagai berikut: 6

1. penurunan gulma semak bunga putih di padang penggembalaan sehingga meningkatkan ketersediaan pakan bagi ternak sapi milik mitra yang dipelihara secara ekxtensif 2. terciptanya pemahaman mitra akan manfaat dari gulma semak bunga putih 3. pemanfaatan feces sapi menjadi bahan dasar pembuatan pupuk organic 4. penurunan tingkat ketergantungan mitra terhadap pupuk anorganik 5. keterampilan mitra dalam pembuatan pupuk organik bokhasi 6. produk berupa pupuk organik bokhasi 7. lahan percontohan pertanian organik 8. produk pertanian organic KESIMPULAN Hasil evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarajat ini menunjukkan adanya penurunan jumlah titik semak bunga putih di padang Penggembalaan. Selain itu kegiatan ini telah mampu membuat kelompok tidak menggunakan pupuk anorganik selama musim tanam tahun 2015. Kegiatan ini telah mendapatkan sambutan yang antuasis dari anggota kelompok sasaran dalam bentuk partisipasi yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya upaya pembukaan lahan pertanian baru untuk dijadikan lahan pertanian organik dengan menggunakan pupuk organik bokhasi. Karena itu maka disarankan agar perlu dilakukan kegiatan lanjutan dalam kelompok ini untuk menunjang dan mensukseskan rencana mewujudkan pertanian hortikultura berbasis organik dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Berbagai kegiatan lanjutan yang dibutuhkan antara lain: manajemen organisasi kelompok tani, manajemen keuangan, penanganan hama dan penyakit tanaman secara organic, strategi memanfaatkan air yang jumlahnya terbatas, dan pertanian terpadu yang menggabungkan usaha pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan dengan konsep zero waste. 7

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang, (2014). Kabupaten Kupang dalam Angka 2013. Dwiyanto, K., Prawiradiputra, B.R., Lubis, D. (2001). Integrasi Tanaman-Ternak dalam pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Berkerakyatan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Prawiradiputra, B.R. (2007). Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H. Robinson): Gulma Padang Rumput yang Merugikan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia (WARTAZOA), Volume 17 No. 1. Prawiradiputra, B.R. (2006). Hijauan Pakan Ternak di Indonesia. Badan Litbang Pertanian pada tahun 2006. 8