PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

PENDAHULUAN. Tanah Ultisol tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan diperkirakan menduduki hampir 30 % dari seluruh dataran di

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan lahan gambut

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. Perkebunan merupakan sektor yang strategis bila dilihat dari tingkat

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-An am ayat 99:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belangkang. Dalam usaha peningkatan produksi pertanian perluasanya pengelolaan tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

Agus Supriyo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KAL-SEL

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan sumber makanan utama bagi masyarakat Asia pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan 3,5 ton/ha untuk perkebunan besar (Fauzi dkk, 2002). Data dilapangan menunjukkan kecenderungan pengembangan luas areal perkebunan kelapa sawit beralih ke lahan-lahan marginal seperti gambut. Dari segi potensi luas gambut, Indonesia merupakan negara keempat terbesar didunia dengan luas sekitar 17 juta ha. Namun dari sekian luas gambut tersebut baru sekitar 0,531 juta hektar yang telah dimanfaatkan, terutama untuk perkembangan pertanian. Rendahnya pemanfaatan sumber daya alam ini terutama disebabkan oleh besarnya dana investasi yang harus ditanamkan. Faktor lokasi yang jauh di pedalaman dengan sarana dan prasarana transportasi yang sulit karena hanya mengandalkan transportasi air dan faktor lingkungan hidup yang tidak sehat seperti air yang asam dan jangkitan penyakit yang tinggi seperti malaria, cacing dan penyakit kulit menjadi kendala untuk pembukaan dan pemukiman penduduk dikawasan gambut (Fauzi dkk, 2002). Dalam pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan dijumpai berbagai masalah fisik, kimia dan biologi tanah antara lain kesuburan tanah yang sangat rendah, cepat mengalami degradasi kesuburan, memiliki potensi jangkitan penyakit (virulensi) yang tinggi, ratio C/N tinggi, unsur hara P yang rendah, serta rendahnya jumlah dan aktivitas mikroorganisme heterotrop pada tanah tersebut

sehingga menyebabkan laju pematangan gambut menjadi lambat. Semua masalah itu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Tanah gambut memiliki kadar P yang rendah dan N-total yang tinggi tetapi N tersebut tidak tersedia untuk tanaman, ditunjukkan oleh tingginya rasio C/N. Dari segi biologi, jumlah dan aktivitas mikroorganisme heterotrop pada tanah gambut sangat rendah, sehingga menyebabkan laju pematangan gambut menjadi lambat, padahal tingkat kematangan gambut merupakan salah satu penentu kesuburan tanah gambut tersebut. Dari segi fisik, yakni jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman, kapasitas memegang air tanah gambut merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Akan tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal. Pemberian kapur sebagai amandemen, mikoriza dan MOS sebagai pupuk hayati tampaknya akan memberikan pengaruh positif, akan tetapi pemberian lumpur laut sebagai amandemen tampaknya akan memberikan pengaruh negatif terhadap pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian. Oleh karena itu perlu dikaji sejauh mana pengaruh rhizobia dan amandemen tersebut terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada tanah gambut. Pemberian amandemen seperti abu, pengapuran, pemberian pupuk kandang, pencampuran dengan bahan mineral seperti lumpur laut dapat meningkatkan produktifitas gambut dan aktifitas mikrorganisme yang bermanfaat. Kation polivalen dari amandemen akan berfungsi mengontrol pelapukan bahan

organik dengan cara bereaksi dengan senyawa- senyawa organik membentuk komplek khelat yang tahan terhadap biodegradasi. Pemberian mikoriza dapat meningkatkan ketersediaan P dari tanah gambut dan efisiensi pemupukan batuan fosfat yang diberikan. Rajagukguk (1991) dalam Triana Anggraini (2002) mengatakan bahwa di Indonesia tanah gambut merupakan jenis tanah terluas kedua setelah podsolik dan merupakan negara ke-4 dalam luasan gambut setelah negara Kanada, Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Penyebaran tanah gambut di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Perumusan Masalah Pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian alternatif memiliki banyak kendala seperti ph rendah, ketersedian unsur hara yang rendah, dan KTK tinggi sedangkan kejenuhan basanya rendah. Pemberian kapur dan Lumpur laut sebagai amandemen serta mikoriza dan berbagi sumber isolat sebagai pupuk hayati tampaknya akan memberikan pengaruh positif terhadap pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian. Pemberian lumpur laut sebagai alternatif pengganti dolomit sebagai amandemen akan berpengaruh positif jika tepat dan seksama dalam penggunaan dan pengelolaan lumpur tersebut. Oleh karena itu dikaji sejauh mana pengaruh mikoriza dan amandemen tersebut terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Tujuan Penelitian 1. Mengkaji pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap serapan hara N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu. 2. Mengkaji pengaruh pemberian amandemen terhadap serapan hara N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu. 3. Mengkaji pengaruh interaksi pemberian antara pupuk hayati dan amandemen terhadap serapan hara N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada Tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu. Hipotesis Penelitian 1. Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan serapan N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu. 2. Pemberian amandemen dapat meningkatkan serapan N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu. 3. Pemberian interaksi antara amandemen dan pupuk hayati dapat meningkatkan serapan N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.

Kegunaan Penelitian - Sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai alternatif pengganti lahan kering dengan memanfaatkan lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit. - Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.