Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

PALLIATIVE CARE HENDRA

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

PRINSIP-PRINSIP KEDOKTERAN. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. (CM-FM), MPd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

Culture and Treatment of Abnormal Behavior

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wanita dan penyebab kematian tertinggi pada wanita umur tahun (Bland,

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

Konsep dasar mengenai isu psikososial dalam perawatan paliatif. Rosiana Eva Rayanti

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT


BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

MENTAL HEALTH, PSYCHIATRY and COMPREHENSIVE HOLISTIC APPROACH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan

Pembimbing: dr Tumpal Siagian, Sp.S. Allert Benedicto Ieuan Noya (07-110)

PROSES TERJADINYA MASALAH

Kesehatan memiliki nilai yang sangat penting dalam kehidupan. manusia, sehat bukan hanya sebagai kondisi bebas dari penyakit atau

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

GOOD MEDICAL PRACTICE

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

Curriculum Vitae Riwayat Akademis: Jabatan saat ini:

KEPUASAN PASIEN DITINJAU DARI ORIENTASI KOMUNIKASI DOKTER. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum Andri Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) andri@ukrida.ac.id PENDAHULUAN Psikoterapi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan psikiater dalam merawat pasien-pasiennya. Beberapa kasus psikiatri yang ditemukan di klinik malahan lebih mengedepankan psikoterapi daripada psikofarmaka. Psikiater yang bekerja di rumah sakit umum sebagai bagian dari tenaga konsultan ataupun sebagai anggota tim dari suatu tim medis khusus juga akan sering melakukan psikoterapi pada pasiennya. Hanya saja biasanya psikoterapi yang dilakukan oleh psikiater pada pasien dengan kondisi medis umum agak berbeda dengan apa yang dilakukan pada pasien psikiatri yang tanpa mengalami kondisi medis umum. (Wise and Rundell,2005) Pasien dengan kondisi medis umum sering kali mengalami gangguan mental emosional karena menderita sakitnya. Mereka juga sering kali menggunakan mekanisme adaptasi yang kurang dewasa walaupun pada banyak kondisi keadaan sakit berat pun dapat diterima dengan baik oleh pasien. Laporan dari Academy of Psychosomatic Medicine yang dipaparkan pada presentasi berjudul Value Added by CL/PM Services to Prevention & Treatment of Mental Disorders in the General Hospital mengatakan bahwa faktor psikososial bertanggung jawab terhadap 18-20% hari perawatan pasien di rawat inap (Saravay et al, 2010). Walaupun demikian pasien biasanya tidak menyadari adanya kondisi mental emosional yang dialaminya. Hal ini yang membuat proses konsultasi dan psikoterapi oleh psikiater biasanya terjadi karena permintaan dokter yang merawat pasien dan bukan dari pasiennya sendiri. PSIKOTERAPI MEDIS Psikoterapi yang dilakukan oleh pasien dengan kondisi medis umum di rumah sakit umum pada banyak kepustakaan dikenal dengan istilah psikoterapi medis atau medical psychoterapy (Wise and Rundell, 2005). Psikoterapi yang dilakukan oleh psikiater biasanya dilakukan di ruang praktek psikiatri yang terjamin kerahasiaan dan

kenyamanannya. Hal ini sering kali tidak terjadi pada saat kondisi psikoterapi yang dilakukan pada pasien dengan kondisi medis umum di ruang rawat. Psikoterapi yang dilakukan di praktek psikiatri dengan yang dilakukan di ruang rawat agak berbeda baik dari segi kebutuhan pasien dan kondisi yang terkait dengan tindakan psikoterapi itu sendiri. Pada psikoterapi yang dilakukan pada pasien dengan gangguan medis umum di ruang rawat inap maka biasanya kebutuhan akan konsultasi psikiatri termasuk di dalamnya psikoterapi adalah atas keinginan dokter yang merawat pasien. Pada kondisi ini psikiater yang memilih pasien dan bukan sebaliknya. Hal yang mendorong dokter untuk mengkonsultasikan kepada psikiater untuk dilakukan psikoterapi biasanya berhubungan dengan kondisi mental emosional pasien yang mempersulit penyembuhan dan perawatan pasien. Kondisi mental emosional yang dimaksud biasanya berhubungan dengan ciri kepribadian tertentu yang dimiliki pasien. Selain itu pasien dikonsulkan kepada psikiater untuk dilakukan psikoterapi jika terdapat masalah hubungan komunikasi antara pasien dan staf rumah sakit yang sekiranya dianggap dapat menghambat terapi pasien. Pada kenyataan di praktek sehari-hari, pasien sering kali banyak yang tidak mengetahui dirinya dikonsulkan kepada psikiater. Walaupun seharusnya ada informasi sebelumnya dari pihak dokter yang merawat kepada pasien akan kepentingan konsultasi ke psikiater, tapi banyak juga pasien baru menyadari dirinya dikonsulkan ke psikiater saat psikiater sudah ada di samping tempat tidurnya. Inilah yang membuat pasien kurang termotivasi untuk menjalani psikoterapi yang diberikan atas saran dokter yang merawat karena bukan atas keinginan pasien sendiri. Namun demikian banyak pasien yang menyenangi proses psikoterapi ini. Pasien sering menganggap bahwa konsultasi dengan psikiater dalam cakupan psikoterapi adalah suatu bonus dalam perawatan medisnya. Banyaknya hal yang mempengaruhi proses psikoterapi pada pasien dengan kondisi umum di perawatan inap membuat psikiater biasanya melakukan psikoterapi secara singkat. Singkat dalam hal ini diartikan dari waktu pertemuan dan jumlah sesi psikoterapi yang diberikan. PSIKOTERAPI SINGKAT Psikoterapi singkat adalah suatu teknik psikoterapi yang dilakukan dengan keterbatasan waktu untuk tiap sesi dan keterbatasan jumlah sesi yang direncanakan.

Psikoterapi singkat juga biasanya hanya membahas satu atau dua topik utama saja di setiap sesi psikoterapinya (Lolak, 2010). Hal ini dilakukan karena pasien dalam kondisi medis umum sering dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu dengan psikiater dalam waktu yang cukup dan dengan tingkat privasi yang diharapkan. Beberapa hal yang menghambat dan perlu mendapatkan modifikasi ketika melakukan psikoterapi pada pasien dengan gangguan medis umum adalah keterbatasan waktu dan kondisi medis serta kognitif pasien. Keterbatasan waktu saat melakukan psikoterapi pada pasien gangguan medis umum sebenarnya juga disebabkan karena kondisi medis umum serta kognitif pasien sendiri. Kita mengetahui bahwa pasien seringkali dikonsultasikan ke psikiater biasanya jika dokter yang merawat pasien menemukan adanya suatu gejala-gejala demoralisasi yang biasanya diterjemahkan dengan permintaan konsultasi Apakah terdapat depresi pada pasien?. Mohon tata laksana di bidang sejawat (Griffith JL dan Gaby L, 2005) Demoralisasi mengacu pada berbagai hal yang berhubungan dengan ketidakberdayaan, putus asa, kebingungan dan perasaan tidak mampu yang subyektif yang dirasakan seseorang. Mereka merasa gagal memenuhi harapan diri sendiri dan harapan orang lain terhadap mereka dalam mengatasi kondisi yang menantang hidup. (Griffith JL dan Gaby L, 2005). Sering kali kita menemukan pasien yang menjadi tidak nyaman karena menjadi beban bagi keluarga yang merawatnya. Pasien demikian biasanya merasakan dirinya tidak mampu untuk memenuhi harapan dirinya untuk tetap sehat. Sering kali kondisi ini memicu suatu afek depresi pada pasien. Demoralisasi sering kali disamakan dengan depresi yang juga sering dikemukakan pasien sebagai gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan tidur, kurangnya nafsu makan dan kelelahan. Hal ini bisa dibedakan dari gangguan depresi karena respon mood terhadap perubahan situasi masih ada terutama untuk hal-hal yang menyenangkan pasien. Kunjungan teman, berita yang baik akan prognosis penyakit dan membaiknya gejala adalah hal-hal yang bisa secara cepat mengubah mood pasien. Seorang ahli bernama De Figueiredo menyatakan bahwa demoralisasi adalah lebih kepada perasaan inkompeten yang subyektif tentang apa yang bisa dilakukan pasien terhadap dirinya. Gambaran klinis apati merupakan yang paling sering digambarkan pada pasien yang mengalami demoralisasi. (Griffith JL dan Gaby L, 2005).

Karena hal itu maka pada psikoterapi yang dilakukan pada pasien dengan kondisi medis umum, psikiater bahkan bisa memberikan pasien kenyamanan dalam satu kali pertemuan saja (Lolak, 2010). Hal ini disebabkan karena psikiater CL diharapkan dapat mengkombinasikan wawancara diagnostik, menentukan kepribadian, menentukan diagnosis dinamik dan melakukan psikoterapi dalam satu kali pertemuan saja. Salah satu teknik wawancara yang dianggap cocok apalagi bagi psikiater CL adalah anamnesis asosiatif yang merupakan turunan dari proses psikoanalitik asosiasi bebas.(wise and Rundell, 2005). Penggagasnya Deutsch dan Murphy (1955) menemukan bahwa data psikologis dan fisiologis bisa didapatkan dengan membiarkan pasien berbicara panjang lebar tentang gejala-gejalanya. Mereka melihat bahwa pasien pada saat melakukan anamnesis asosiatif tersebut terbawa dalam komunikasi yang tanpa sadar mencampurkan keluhan-keluhan emosional dan fisik. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa pada kondisi ini sangat mungkin mengobservasi keluhan fisik dan keluhan psikis secara bersamaan. Lewat pengulangan kata-kata kunci yang berhubungan dengan suasana perasaan dan keluhan fisik, pasien secara aktif distimulasi oleh psikiater untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. (Wise and Rundell,2005). Beberapa komponen yang dilakukan pada saat psikiater melakukan psikoterapi singkat kepada pasiennya perlu memenuhi beberapa hal di bawah ini : A. Mengidentifikasikan masalah dan tujuan Beberapa masalah yang dapat merespon baik psikoterapi singkat yang dilakukan oleh psikiater CL adalah depresi, gangguan penyesuaian, kehilangan dan kedukaan, beradaptasi dengan kondisi sakit dan berita-berita terkaitnya, konflik dengan staf rumah sakit dan keluarga, ketakutan akan prosedur pengobatan dan tindakan serta demoralisasi. Sedangkan tujuan yang biasanya ditetapkan dalam melakukan psikoterapi singkat adalah mengurangi intensitas gejala, lebih mampu beradaptasi dengan menggunakan mekanisme pertahanan yang lebih adaptif, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan hubungan baik dengan staf serta meningkatkan kerjasama pasien untuk proses penyembuhan yang lebih baik.

B. Mengevaluasi Kepribadian dan Psikodinamika Pasien Salah satu hal yang bisa ditentukan saat wawancara pertama dalam proses psikoterapi pasien dengan gangguan medis umum adalah menentukan kekuatan egonya (ego strength) apakah termasuk yang baik atau tidak. Hal ini akan menentukan sekiranya jenis psikoterapi apa yang bisa dilakukan. Selain itu juga seorang psikiater CL yang terampil dapat menentukan ciri kepribadian pasien, kemampuan kognitif saat ini dan mekanisme pertahanan yang biasa digunakan pasien. Kebanyakan pasien yang dikonsulkan untuk menjalani psikoterapi singkat dengan seorang psikiater CL di rumah sakit biasanya memiliki ego strength yang kurang baik. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang psikiater CL pada kondisi ini adalah melakukan atau memberikan saran-saran yang aktif dan berusaha melatih pasien menjalankan saran-saran itu. Psikiater juga berusaha untuk memanipulasi lingkungan di sekitar pasien salah satunya dengan memberikan bantuan religius, bantuan dari keluarga dan berbicara dengan dokter atau staf yang merawat pasien. Komunikasi antar pasien dan dokter serta staf rumah sakit harus diefektifkan yang sayangnya hal ini kadang tidak terjadi pada kenyataan sehari-hari. Sering kali pasien kebingungan akan apa yang terjadi pada dirinya, untuk itu psikiater CL yang bertugas juga perlu memahami tentang kondisi medis pasien dan dampaknya terhadap kondisi mental emosional pasien. Pasien juga dibantu untuk mengekspresikan apa yang dialami atau bagaimana mengungkapkan hal tersebut dengan cara yang lebih sehat. Psikiater CL dapat memberikan ijin kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan dan frustasinya tentang kondisi sulit yang dialaminya. Prinsip yang perlu diketahui oleh psikiater CL yang melakukan psikoterapi singkat adalah bahwa hal-hal yang dialami pasien itu mempunyai makna dan kesuksesan terapi itu didasarkan pada kemampuan untuk memahami hal-hal tersebut. Kondisi medis pasien saat ini juga memicu konflik-konflik di masa lalu yang belum selesai berhubungan dengan diri sendiri dan keluarga yang terkadang terkait dengan trauma masa lalu. Dalam hal ini seorang psikiater CL di ranah medis lebih sering menggunakan teknik psikoterapi suportif yang juga berfungsi sebagai penghubung antar berbagai aspek pada diri pasien. Intervensi yang dilakukannya juga berhubungan dalam meningkatkan rasa percaya diri pasien terhadap kondisi yang dialaminya.

Untuk itu sering kali psikiater CL perlu lebih aktif, fleksibel dan kadang bersikap informal untuk meningkatkan hubungan terapeutik yang lebih baik dengan pasiennya. Kemampuan mengkomunikasikan kepada pasien bahwa psikiater mengerti akan apa yang dialami pasien mampu membuat pasien merasa lebih dihargai, meningkatkan mawas dirinya dan mengurangi perasaan terisolasi. (Lolak, 2010) C. Hal Yang Harus Dipenuhi Terapis Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang psikiater yang bekerja melakukan psikoterapi singkat untuk pasiennya di ruang rawat inap medis. Beberapa di antaranya adalah : C.1. Efisien Karena waktu yang singkat maka psikiater CL yang melakukan psikoterapi pada pasien di ruang rawat harus segera menjalin hubungan terapeutik yang baik. Rapport yang baik dapat terbina dengan melakukan aturan tata cara bedside yang baik. Ada dua belas cara yang disarankan untuk melakukan tata cara bed side yang baik. 1. Mengambil tempat duduk dan melakukan terapi sambil duduk 2. Bersalaman dengan pasien, menyentuh atau tersenyum 3. Merespon terhadap kebutuhan dasar pasien ; mengambilkan air, menutupi tubuh pasien dengan selimut atau membantu posisi pasien yang nyaman 4. Memulai dengan mengatakan kepada pasien apa yang kita ketahui dan tanyakan respon pasien terhadap hal itu. 5. Tanyakan kepada pasien apa yang menjadi perhatiannya saat ini dan yang paling membuatnya tidak nyaman 6. Tanyakan kepada pasien tentang apa yang dia ketahui dan apa yang menjadi perhatiannya terhadap asal, penyebab dan prognosis penyakitnya 7. Tanyakan tentang dampak dari penyakit yang diderita pasien terhadap hubungannya dan perannya dalam kehidupan sehari-hari. 8. Tanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian pasien dalam proses terapi dan berikan pujian atas hal itu 9. Menyadari dan memperhatikan adanya penderitaan yang dialami pasien 10. Peka terhadap latar belakang pasien terkait budaya, agama, latar belakang politik. Jika kita tidak yakin tanyakan

11. Jelaskan kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan MMSE 12. Mengakhiri wawancara dengan sesuatu yang konkret dan hindarkan penggunaan jargon medis yang membingungkan Efisiensi waktu juga diharapkan terjadi pada proses wawancara. Terutama untuk pasien yang mengalami gangguan nyeri dan kesulitan untuk berbicara lama, maka psikiater perlu untuk membatasi diri dan waktu dalam melakukan wawancara. Selain itu juga psikiater juga diharapkan mengerti bahwa kebanyakan pasien di ruang rawat inap seringkali disibukkan oleh adanya keluarga atau teman yang ingin mengunjungi pasien. C.2 Fleksibel Teknik yang digunakan mungkin akan berbeda untuk tiap sesi yang dimungkinkan untuk melakukan psikoterapi. Gunakan segala prinsip psikoterapi yang baik walaupun demikian kita harus tetap mampu untuk memodifikasi hal-hal yang sesuai dengan kenyataan di praktek. Psikiater yang bekerja di ruang rawat inap juga harus siap jika wawancaranya diganggu oleh sesuatu hal dan tetap merasa nyaman walaupun psikoterapi yang dia lakukan tidak tuntas. Untuk itu psikiater CL yang melakukan psikoterapi ini perlu untuk mampu menyesuaikan tujuan dan strategi tergantung situasi pasien. Terkadang juga psikiater tidak langsung memfokuskan terapi pada pasien yang dikonsulkan tetapi lebih kepada lingkungan pasien yang sekiranya bisa membantu tujuan membantu pasien tercapai. C.3. Ekletik Psikoterapi dalam konteks Consultation Liaison lebih mendasarkan pada bunga rampai dari ekletisme dengan tujuan agar lebih memahami pasien (dikutip dari Lipsitt 2002 oleh Lolak 2010). Psikiater dalam melakukan psikoterapi pada pasien dengan konteks CL memilih dan menggunakan berbagai macam keterampilan dan teknik yang sesuai sehubungan dengan kondisi pasien dan tujuan dari pengobatan. Kondisi ini akan membuat psikiater membutuhkan lebih dari satu pendekatan atau pendekatan yang berbeda di setiap kunjungannya (Lolak, 2010)

C.4. Kreatif Psikiater CL yang melakukan psikoterapi kepada pasien diharapkan mampu untuk berlaku kreatif sehubungan dengan pengobatan yang dilakukan kepada pasien. Mendayagunakan segala potensi yang dimiliki rumah sakit adalah salah satunya. Kerjasama dengan tim lain di dalam rumah sakit misalnya terapis okupasi dalam hal meminta tanggapan balik atas apa yang telah dilakukan. Pada kondisi tertentu misalnya berhubungan dengan pasien yang memiliki kepribadian narsisistik atau yang memiliki rasa percaya diri yang rendah, psikiater bisa membuat pasien menjadi sarana belajar bagi yang lain misalnya mahasiswa kedokteran atau residen. C.5. Apa Adanya Seringkali psikiater tidak menyadari dirinya telah terlalu lelah atau kelebihan beban dalam kehidupan prakteknya sehari-hari. Untuk itu dia harus sadar bahwa hal tersebut bisa terjadi. Menerima kondisi ini sebagai bagian dari suatu hal yang biasa terjadi pada praktek sehari-hari akan membuat psikiater lebih mampu melayani pasiennya dengan baik. Psikiater juga perlu untuk mengetahui gayanya sendiri, kekuatan dan keterbatasannya. Kondisi ini sebenarnya berhubungan dengan ketika berhubungan dengan pasien karena pasien mengetahui jika psikiaternya tidak tulus dan tidak berlaku apa adanya. Untuk itulah psikiater diharapkan dapat menjaga dirinya sendiri agar hal-hal yang tidak nyaman berhubungan dengan diri sendiri dan pasien bisa diatasi. KESIMPULAN Psikoterapi singkat yang dilakukan oleh psikiater CL di rumah sakit umum pada pasien rawat inap adalah hal yang mungkin dan bisa dilakukan. Keterbatasan waktu, tempat dan privasi adalah hal-hal yang bisa menjadi hambatan dalam terapi. Namun demikian dengan melakukan tata laku bedside yang baik maka hal itu bisa dimungkinkan. Psikiater yang melakukan psikoterapi singkat pada pasien juga perlu memiliki sifat-sifat efisien, fleksibel, eklektik, kreatif, dan apa adanya agar proses dan tujuan psikoterapi tercapai. Referensi : Brief Bedside Psychotherapy in the Medically Ill ; Practical Steps and Suggestions by Sermsak Lolak, MD. Presented in Academy of Psychosomatic Medicine Meeting 2010.

Clinical Manual of Psychosomatic Medicine ; A Guide to Consultation Liaison Psychiatry. Wise MG,Rundel JR editors. American Psychiatric Publishing, Washington,2005. Griffith JL, Gaby L. Brief Psychotherapy at the Bedside: Countering Demoralization From Medical Illness Psychosomatics 2005; 46:109 116 Saravay SM,Pazuelo L, Kathol R, Kunkel E, Desan P, Steinberg M, Wulsin L. Value Added by CL/PM Services to Prevention & Treatment of Mental Disorders in the General Hospital in Adding Value to Healthcare Through Consultation-Liaison Psychiatry, Academy of Psychosomatic Medicine Module, 2007. Wyszynski AA. Psychological Issues in Medical Patients Autonomy, Fatalism, and Adaptation to Illness. in Manual of Psychiatric Care for the Medically Ill. Wyszynski AA, Wyszynski B. editors. American Psychiatric Publishing, Washington,2005.